tirto.id - Angkatan udara Arab Saudi berhasil menghalau serangan tujuh rudal balistik yang ditembakkan oleh kelompok milisi Houthi di Yaman. Rudal-rudal tersebut diarahkan ke penjuru kota di Saudi termasuk ibu kota Riyadh pada Minggu (25/3/2018) malam.
Tiga rudal ditembakkan ke Riyadh, dua menuju Jazan, dan masing-masing menuju Khamis Mushayt dan Najran, menurut saluran berita negara Saudi Al Ekhbariya yang dikutip Arab News.
Rudal ditargetkan di daerah pemukiman, mengakibatkan satu pekerja sipil Mesir tewas dan dua lainnya terluka. Tidak disebutkan di mana tempat korban didasarkan. Ledakan keras dan kilatan terang muncul di langit di Riyadh, menurut para saksi, yang disebabkan oleh rudal ditembak jatuh.
Kelompok pemberontak Houthi telah menembakkan rudal balistik ke wilayah Saudi berulang kali selama tiga tahun terakhir. Para pejabat Saudi dan AS menuduh Iran memasok rudal dan senjata lainnya ke Houthi, tuduhan yang ditolak pemerintah di Teheran.
Serangan beruntun pada Minggu malam ini menunjukkan adanya eskalasi tajam dari provokasi Houthi. Kondisi ini dinilai membahayakan upaya terbaru PBB untuk menengahi pembicaraan damai mengakhiri perang.
Pada 4 November lalu, Houthi juga menembakkan rudal ke Riyadh dengan sasaran Bandara King Khalid. Pasukan Pertahanan Udara Saudi mencegat dan menembak jatuh rudal itu, tapi tidak ada kerusakan.
Sebuah panel yang ditunjuk Dewan Keamanan PBB mengkonfirmasi bahwa rudal itu diproduksi di Iran, bersama dengan tiga rudal lainnya yang ditembakkan dari Yaman ke arah Saudi tahun ini.
Mengutip Washington Post, serangan terbaru ini terjadi ketika putra mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman tengah melakukan kunjungan ke AS. Tujuannya untuk menarik investor dan mempresentasikan program reformasi ekonomi Saudi.
Serangan itu juga terjadi pada hari peringatan intervensi koalisi Arab Saudi di Yaman. Koalisi, yang mencakup Uni Emirat Arab, telah dikutuk oleh kelompok hak asasi manusia karena melakukan serangan udara yang telah menewaskan ribuan warga sipil Yaman, dan memberlakukan blokade yang menyebabkan krisis kemanusiaan. Namun, AS turut menyediakan bantuan militer dan intelijen untuk koalisi ini.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari