Menuju konten utama

Apindo Sebut Banyak PR untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya bisa digenjot apabila pemerintah mampu memberikan kepastian usaha dan perizinan.

Apindo Sebut Banyak PR untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen
Kendaraan melintas dengan latar belakang matahari tenggelam (sunset) di kawasan Ibu Kota Jakarta, Minggu (31/12). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 mencapai 5,17 persen. Menurut Ketua Penelitian dan Pengembangan Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Apindo, Bob Azam, Indonesia sebenarnya bisa melampaui angka itu.

Ia menilai pada dasarnya Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi setidaknya 6 persen dan masih bertumbuh lagi ke angka 7 persen bila mampu melakukan percepatan.

Hanya saja, Azam menyoroti adanya sejumlah pekerjaan rumah (PR) pemerintah yang dianggap menjadi penghambat. Contohnya biaya logistik di angka 12 persen dari total PDB sedangkan seharusnya mampu ditekan di bawah angka 12 persen dari PDB. Menurutnya, tingkat biaya itu masih terlalu mahal.

Contoh lainnya juga dirasakan pada harga gas yang dianggap kurang kompetitif karena berada di kisaran 9 dolar AS per MMBTU dari seharusnya 6 dolar AS per MMBTU.

Di samping itu, ia juga menilai pemerintah belum mampu memberikan kepastian usaha dan perizinan. Seperti misalnya program land reform yang belum efektif hingga kebijakan upah minimum yang berada di luar perhitungan ekonomis perusahaan.

“PR-PR ini harus dieksekusi lagi. Terobosan pemerintah dalam kebijakan itu ada, tapi eksekusinya menemukan kendala,” ucap Azam saat dihubungi reporter Tirto pada Kamis (7/2/2019).

Walaupun demikian, Azam menuturkan pencapaian angka 5,17 persen pemerintah sebenarnya sudah cukup baik. Sebab angka itu tergolong realistis saat Indonesia sedang berhadapan dengan gejolak perekonomian dunia.

“Tahun ini masih masuk di rentang antara 5-5,4 persen. Not bad lah,” ucap Azam.

Namun, ia mendesak pemerintah untuk segera melakukan pembenahan pada sejumlah kebijakan yang belum mampu mendorong geliat dunia usaha. Pasalnya, ia menilai perekonomian global mulai membuka peluang pertumbuhan yang lebih baik jika Indonesia dapat memanfaatkan momentumnya.

Ia mencontohkan adanya perang dagang Amerika-Cina yang berdampak pada relokasi industri Cina ke negara tetangga. Menurutnya, jika pemerintah dapat mengambil manfaat dari relokasi itu, tentu perekonomian Indonesia dapat terdorong.

Sama halnya dengan dampak perang dagang pada lambatnya kenaikan suku bunga AS. Ia mengatakan banyaknya arus modal yang masuk kembali ke Indonesia perlu diantisipasi peluangnya.

“Sekarang ada momentumnya. Kalau Indonesia bisa menangkap sebagian saja, bisa lebih kenceng lagi (tumbuhnya). Kita bisa ke 7 persen,” ucap Azam.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Agung DH