Menuju konten utama

Aparat Keamanan Jadi Target Teror, Polri Duga Bukan Motif Politik

Mabes Polri menyatakan pelaku teror ditangani karena merencanakan target teror (amaliyah) terhadap aparat keamanan dan tidak terpaut dengan unsur politis jelang hari pencoblosan.

Aparat Keamanan Jadi Target Teror, Polri Duga Bukan Motif Politik
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo. ANTARA News/ Anita Permata Dewi.

tirto.id - Sejak bulan lalu, Densus 88 Antiteror menangkap terduga teroris di kawasan Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Penangkapan ini terjadi dalam rangkaian Pemilu 2019.

Jajaran Mabes Polri menyatakan terduga pelaku teror merencanakan target teror (amaliyah) terhadap aparat keamanan dan tidak terpaut dengan unsur politis jelang hari pencoblosan.

“Kalau mereka menargetkan aparat keamanan sebagai sasaran, itu terkait masalah ideologi dan mereka merasa terganggu dengan proses penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat selama ini,” ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Kamis (4/4/2019).

Ia kembali menegaskan tidak ada motif politik. “Tidak ada kaitan dengan pemilu,” sambung Dedi. Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menyatakan para terduga teroris bergerak sendiri dan tidak berkelompok.

Para terduga teroris aktif berkomunikasi dan mereka masih satu jaringan, hanya wilayah tempat tinggal sebagai pembeda, tapi tidak dengan niat amaliyah. “Mereka berasal dari kelompok kecil yang memiliki sasaran wilayah operasi dan pemimpin kelompok yang berbeda-beda, tapi satu jaringan komunikasi,” jelas Dedi.

Jaringan ini biasa berkomunikasi melalui sosial media maupun aplikasi chat seperti WhatsApp, yang dibahas pun beragam, bisa terkait ideologi atau perencanaan amaliyah. Polri terus memantau keberadaan para terduga teroris baik secara siber maupun fisik.

‘Pembersihan’ terduga teroris bermula ketika Densus 88 Antiteror meringkus Putera Syuhada alias Rinto di Jalan Sam Ratulangi, Gang Suhada, Kelurahan Penengahan Raya, Kecamatan Kedaton, Bandar Lampung, Sabtu (9/3/2019).

Tiga hari berikutnya giliran Asmar Husen alias Abu Hamzah yang tertangkap di dekat rumahnya di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Pancuran Bambu, Sibolga, Sumatera Utara.

Selasa (12/3/2019), rekan Abu Hamzah yakni Azmil Khair alias Ameng dan Zulkarnaen Panggabean alias Ogek Zul juga turut diringkus Densus 88.

Rabu (13/3/2019), aparat menangkap Roslina alias Syuhama dan Malik di Tanjung Balai Sumatera Utara. Yuliati Sri Rahayuningrum alias Khodijah yang asal Klaten, Jawa Tengah, juga dicokok Densus 88 pada Kamis (14/3/2019) sore.

Densus 88 kembali tangkap terduga teroris atas nama M alias Abu Harkam, Selasa (19/3/2019), di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Tim juga menangkap K di Lampung, Jumat (22/3/2019).

Densus 88 meringkus Panji di Jalan Arteri Supadio, Gang Parit Sembin 2, Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Minggu (10/3/2019) sekitar pukul 15.15 WIB. Disusul Riky Gustiadi alias Abu Riky di Jalan Utama, Kelurahan Bagan Kota, Kecamatan Bangko, Kabupaten Rokan Hilir, Riau, Kamis (14/3/2019).

Belum dipastikan apakah dua nama terakhir merupakan satu jaringan dengan Asmar Husen, sedangkan sisanya terbukti merupakan satu jaringan dengan pria asal Sibolga itu.

Tim juga mencokok WP alias Sahid di rumah kontrakannya di Desa Bojongmalaka, Bale Endah, Bandung, Jawa Barat, Kamis (28/3/2019). Semua penangkapan ini merupakan pengembangan dari satu penangkapan berdasarkan hasil pemeriksaan terduga teroris.

Baca juga artikel terkait KASUS TERORISME atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Maya Saputri