Menuju konten utama

Apakah Silent Treatment dalam Keluarga Bisa Merusak Hubungan?

Silent treatment bukan cara yang produktif untuk menangani perselisihan dalam banyak kasus, termasuk dalam konflik lingkup keluarga.

Apakah Silent Treatment dalam Keluarga Bisa Merusak Hubungan?
Ilustrasi mendiamkan. FOTO/IStockphoto

tirto.id - Silent treatment sering diterapkan dalam berbagai bentuk hubungan, mulai dari pasangan hingga anggota keluarga. Bagi sebagian orang cara ini dinilai efektif untuk meredam konflik.

Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa silent treatment justru dapat merusak hubungan. Namun, sebelum membahas dampak dari silent treatment lebih lanjut, ada baiknya mengenal apa itu silent treatment.

Silent treatment atau sikap mendiamkan adalah tindakan menolak berkomunikasi secara verbal dengan orang lain. Selain itu, seseorang yang melakukan silent treatment biasanya akan memperlihatkan sikap tidak peduli pada orang lain, bahkan lebih buruk dari itu.

Menurut Life Hack tindakan ini juga disebut sebagai metode hukuman psikologis yang diterapkan dalam hubungan keluarga, pertemanan, atau antar kekasih.

Alasan Seseorang Melakukan Silent Treatment

Tentu tindakan silent treatment bukan dilakukan tanpa alasan. Umumnya, seseorang melakukan silent treatment karena ingin menyampaikan rasa kesal dan kecewa kepada si tertuju.

Melalui tindakannya tersebut, ia ingin menyalahkan pasangan atau keluarga atas kesalahan yang mereka lakukan.

Menurut jurnal yang dipublikasikan oleh Communication Monographs pada 2013, kebanyakan orang melakukan silent treatment untuk menghentikan perilaku atau kata-kata si tertuju, bukan untuk memancing emosi.

Silent treatment juga dapat digunakan sebagai tindakan 'menuntut.' Orang yang mengalami silent treatment dari keluarga atau pasangan, dipaksa harus patuh dan meminta maaf hingga ia tidak lagi diabaikan.

Di sisi lain, silent treatment juga digunakan oleh seseorang untuk meredam emosinya. Pada banyak kasus keluarga atau pasangan, silent treatment menjadi indikasi bahwa satu atau dua orang yang terlibat membutuhkan sedikit ruang sebelum menyelesaikan masalah.

Seseorang melakukan silent treatment karena tidak tahu harus berkata apa atau ingin menghindari konflik.

Apakah Silent Treatment dalam Keluarga Bisa Merusak Hubungan?

Melansir Medical News Today, silent treatment bukan cara yang produktif untuk menangani perselisihan dalam banyak kasus, termasuk dalam konflik lingkup keluarga. Sebaliknya, komunikasi yang jelas dan langsung jauh lebih direkomendasikan untuk hubungan yang sehat.

Silent treatment dalam satu titik dapat menghambat perdamaian. Misalnya dalam kasus keluarga, sang adik ingin membicarakan permasalahan mereka, namun kakaknya menarik diri sehingga pembicaraan tidak bisa dilakukan.

"Itu dapat menyebabkan emosi negatif seperti kemarahan dan kesusahan," catat konselor dan psikoterapis Jayne Leonard seperti yang dikutip dari Medical News Today.

Lebih lanjut, menurut Leonard kondisi tersebut dapat berdampak pada kesehatan sebuah hubungan, meskipun orang yang diam berusaha menghindari konflik. Padahal konflik yang dihindari oleh pasangan dapat terjadi kembali di masa depan jika tidak segera diselesaikan.

Mengutip Pairedlife, yang terpenting dalam permasalahan bukan lah diam, mengabaikan, atau menyalahkan orang lain.

Konflik seharusnya diselesaikan dengan cara memberi semua orang yang terlibat untuk saling introspeksi diri, saling mendengar, dan saling memaafkan.

Hal ini hanya bisa dicapai dengan komunikasi yang efektif, bukan dengan mementingkan kemauan sendiri.

Dampak Silent Treatment di Lingkungan Keluarga

Melalui kesempatan yang sama, Leonard mengungkapkan bahwa silent treatment terkadang bisa jadi bentuk pelecehan emosional.

Hal ini karena orang yang melakukan silent treatment dapat mengontrol dan memanipulasi si tertuju untuk mengikuti keinginannya.

Akibatnya, jika hal tersebut sering dilakukan dalam jangka waktu lama seseorang dapat mengalami:

  • tingkat harga diri yang rendah;
  • kurangnya rasa memiliki pasangan atau keluarga;
  • menganggap makna mereka lebih rendah dibanding orang lain.

Dampak silent treatment mungkin dapat berbeda-beda pada setiap orang, bisa jadi lebih ringan atau lebih berat. Sebelum dampak tersebut terjadi, sebaiknya tindakan silent treatment dapat dihentikan dan beralih ke alternatif lain yang lebih sehat, yaitu berkomunikasi.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora