tirto.id - Beberapa waktu lalu, akun Twitter bernama @ThePr0diga1S0n mengunggah sebuah video protes dan mengklaim bahwa video berdurasi 43 detik itu merupakan protes atas tirani COVID-19 di Belanda (tautan, arsip). Tidak hanya itu, akun tersebut juga menambahkan narasi seperti korporasi media tidak memberi ruang pada protes anti Covid-19 dan pemaksaan vaksinasi.
Video ini diunggah oleh akun tersebut pada 16 Januari 2022 pukul 12:16 WIB. Hingga 25 Januari 2022, video ini telah disaksikan sebanyak 159 ribu kali. Video tersebut menunjukkan bunyi seperti sirine yang sangat kuat. Video juga menunjukkan suasana malam yang berkabut dan lentera berkelap-kelip yang dibawa orang-orang di jalan.
Lalu, apakah itu memang kejadian sebenarnya?
Penelusuran Fakta
Sebetulnya, cukup mudah untuk melacak asal usul video ini. Sebab, si pengirim, @ThePr0diga1S0n, juga menautkan akun Twitter yang mulanya membagikan video ini, yakni akun Twitter @pvrieling.
Lalu, ketika melacak akun Twitter @pvrieling, kami menemukan unggahan protes pada malam hari seperti yang diunggah akun @ThePr0diga1S0n. Video tersebut merupakan sebuah utas dengan tagar #respectvoorGroningen atau 'hormat untuk Groningen' dan juga tagar #Fakkeltocht, yang berarti ‘obor’.
Video dari akun @pvrieling atau Paul Vrieling mulanya diunggah pada 16 Januari pada pukul 02:06 WIB, yang berarti pukul 20:06 malam waktu setempat di Groningen, Belanda.
Setengah jam selanjutnya, atau pukul 20:27 waktu setempat, Paul Vrieling kembali mengetwit protes yang masih berlangsung. Video tersebut berdurasi 43 detik, seperti yang dibagikan akun @ThePr0diga1S0n. Video tersebut diunggah dengan deskripsi, “Half uur later still goin strong #indrukwekkend #Fakkeltocht #respectvoorGroningen” atau “Setengah jam kemudian masih berlangsung #menakjubkan #obor #hormatuntuk Groningen”.
Sementara itu, video Paul Vrieling kembali diunggah @ThePr0diga1S0n pada pukul 06:16 pagi waktu setempat.
Lantas, protes apa yang terjadi di Groningen pada 16 Januari?
Hasil pencarian di Google dengan kata kunci “Groningen 16 January protest” menunjukkan sebuah berita di situs NL Times berjudul “Ribuan penentang gas di Groningen menuntut kompensasi kerusakan akibat gempa”.
Menurut berita itu, diperkirakan delapan hingga sepuluh ribu orang di Groningen melakukan protes untuk menentang ekstraksi gas di provinsi tersebut. Protes itu diselenggarakan sebagai tanggapan atas keputusan Kabinet untuk menggandakan produksi gas di Groningen. Padahal, produksi gas di Groningen telah dihentikan selama bertahun-tahun karena daerah tersebut tidak aman sebab rawan gempa bumi.
Lalu, pada 16 Januari, ribuan orang menunggu berjam-jam untuk mengantri subsidi sebesar 10 ribu Euro sebagai kompensasi untuk perbaikan rumah mereka, yang disebut terlalu sedikit.
Demonstrasi dimulai pada pukul 8 malam di Vismarket, Groningen, dan berakhir di sana juga. Para pengunjuk rasa membawa tanda dan spanduk dengan tulisan "cukup sudah" dan "Kebakaran gambut tak terpadamkan. Rasa hormat tak ternilai harganya." Sepanjang rute, banyak traktor yang membunyikan klakson mereka untuk mendukung para demonstran.
Apa yang disampaikan oleh akun Paul Vrieling sesuai dengan kronologi dari berbagai berita yang tersebar. Unggahan Vrieling juga telah disebarkan berkali-kali lewat Retweet dan Quote Tweet untuk mencegah informasi tidak benar bahwa demonstrasi di Groningen merupakan demo anti Covid-19.
Sebagai tambahan informasi, akun @ThePr0diga1S0n memang kerap membagikan potongan video dan tangkapan layar potongan artikel. Akun ini juga menuliskan deskripsi: Agregator berita/data/info yang tidak diamplifikasi oleh media pada publik.
Selain dibagikan oleh @ThePr0diga1S0n, video yang serupa dengan unggahan Paul Vrieling juga ramai di jagat maya. Beberapa diantaranya bisa ditemukan di sini dan sini. Meski, salah satu tautan sudah dihapus oleh pemiliknya.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa unggahan akun @ThePr0diga1S0n bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading). Protes di Groningan tidak terjadi untuk menentang Covid-19, tapi untuk menentang ekstraksi gas di provinsi tersebut.
==============
Tirto mengundang pembaca untuk mengirimkan informasi-informasi yang berpotensi hoaks ke alamat email factcheck@tirto.id atau nomor aduan WhatsApp +6287777979487 (tautan). Apabila terdapat sanggahan atau pun masukan terhadap artikel-artikel periksa fakta maupun periksa data, pembaca dapat mengirimkannya ke alamat email tersebut.
Editor: Nuran Wibisono