Menuju konten utama

Apakah Naluri Ibu hanya Dimiliki oleh Perempuan?

Naluri keibuan terhadap anak ternyata tidak hanya dimiliki oleh kaum perempuan saja, laki-laki juga.

Apakah Naluri Ibu hanya Dimiliki oleh Perempuan?
Ilustrasi ibu dan anak. FOTO/Istock

tirto.id - Seorang ibu pastinya selalu merawat dan membesarkan anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, dengan hati yang tulus, tidak pernah menuntut, dan tanpa pamrih. Tetapi, apakah naluri dan sifat mulia seorang ibu hanya dimiliki oleh kaum perempuan saja? Penelitian membuktikan, ternyata tidak selalu seperti itu.

Sarah Blaffer Hrdy, penulis buku Myths, Monkeys and Motherhood: An Intellectual Autobiography (2010), mengungkapkan bahwa saat ia dan suaminya bertemu dengan cucu mereka, hormon oksitosin atau kadar otak yang dikaitkan dengan naluri keibuan, sama-sama meningkat.

Tes laboratorium menunjukkan, oksitosin yang diteliti dari Ludah suami Sarah menunjukkan lonjakan 26 persen setelah pertemuan awalnya, tetapi beberapa hari kemudian, ludah Sarah meningkat menjadi 63 persen.

“Tidak ada perbedaan dalam hasil akhir antara saya dan suami, hanya butuh sedikit lebih banyak interaksi kepada cucu untuk sampai ke sana,” jelas Sarah.

Menurut Sarah, itu tidak hanya terjadi pada wanita yang secara fisik melahirkan. Ibu yang mengadopsi pun harus dianggap sebagai “ibu biologis” berdasarkan perubahan yang terjadi di tubuh mereka ketika menjadi orangtua.

"Keduanya (ibu yang melahirkan dan ibu adopsi) mengalami transformasi neuroendokrinologis yang serupa, bahkan tanpa adanya kelahiran atau menyusui," papar Sarah.

Hal ini disebabkan karena otak laki-laki dan perempuan tidak terlalu memiliki perbedaan yang mecolok. Penelitian berjudul “Sex Beyond the Genitalia: The Human Brain Mosaic” mengatakan bahwa meskipun ada perbedaan jenis kelamin, otak manusia tidak termasuk dalam salah satu dari dua kategori yang berbeda.

Jadi, tidak selalu berarti bahwa otak perempuan secara mendasar terhubung ke naluri keibuan. Hal ini menunjukkan untuk penting kiranya memahami bagaimana otak manusia merespons secara spesifik terhadap perubahan hormon.

"Kami menemukan bahwa otak kebanyakan manusia terdiri dari mosaik fitur yang unik, beberapa dalam bentuk yang lebih umum pada wanita dibandingkan dengan pria, dan beberapa dalam bentuk lebih umum pada pria dibandingkan dengan wanita. Beberapa mosaik bahkan umum di kedua otak perempuan dan laki-laki,” ungkap Daphna Joel, ilmuwan saraf dari Universitas Tel-Aviv, Israel.

Tetapi, perempuan memang secara alami cenderung memiliki sifat keibuan itu. Saat tim peneliti ilmu saraf dari Universitas Columbia yang dipimpin Bianca J. Marlin menyuntik tikus jantan dengan oksitosin, mereka menemukan bahwa tikus jantan membutuhkan waktu lebih lama daripada tikus betina untuk mengubah perilaku mereka.

“Jantan memang bisa merawat. Tapi skala waktunya jauh lebih lama dibandingkan dengan betina. Perawan belajar untuk mengambil dalam 12 jam, laki-laki belajar untuk bertindak dalam 3 hingga lima hari, " beber Bianca.

infografik SC naluri keibuan

infografik SC naluri keibuan. (tirto.id/Quita)

Selain secara biologis, naluri keibuan juga dipengaruhi faktor sosial. Dilansir National Geographic, usaha pengasuhan anak di zaman modern telah menunjukkannya, di mana para perawat atau pengasuh, termasuk yang laki-laki, justru lebih dekat dengan anak-anak ketimbang ibu mereka sendiri.

Hal itu bisa terjadi karena manusia sebagai spesies tetap didorong secara biologis untuk membentuk ikatan dengan bayi yang ditempatkan dalam perawatan mereka, tidak peduli jenis kelamin atau status sosial mereka.

Kesimpulannya, tidak hanya perempuan saja yang memiliki naluri keibuan, laki-laki juga bisa.

Baca juga artikel terkait HARI IBU atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Febriansyah
Editor: Iswara N Raditya