Menuju konten utama

Apa yang Guru Lakukan Jika Murid Jadi Pelaku atau Korban Bully?

Bagaimana cara mengurangi bullying di sekolah dan apa yang harus dilakukan guru jika muridnya menjadi pelaku bully atau korban bully di sekolah?

Apa yang Guru Lakukan Jika Murid Jadi Pelaku atau Korban Bully?
Konselor psikologi Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) Kota Semarang Fitri Marsela (kiri) berinteraksi dengan siswa saat kampanye antibullying atau perundungan bertajuk "Don't Bully, Be A Friend," di SDN Pedalangan 02, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (17/11/2017). ANTARA FOTO/Aji Styawan

tirto.id - Kasus bullying yang terjadi pada anak kembali mencuat dan ramai diperbincangkan warganet usai seorang anak SD di Tasikmalaya meninggal.

Meninggalnya seorang anak berinisial FH (11) di Tasikmalaya itu diduga karena depresi, mengeluhkan sakit tenggorokan sampai tak bisa makan dan minum lantaran di-bully hingga dipaksa memperkosa kucing.

Bullying di sekolah memang kerap kali terjadi, biasanya bully di sekolah berawal dari aksi saling ejek hingga berujung pada intimidasi sampai pemukulan.

Bullyingadalah pola perilaku, bukan insiden yang biasanya terjadi sekali-kali atau berulang kali. Sering kali, anak-anak yang melakukan bullying berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya.

Sedangkan anak-anak yang paling rentan menghadapi risiko untuk di-bully adalah anak-anak yang berasal dari masyarakat terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas, atau anak-anak migran dan pengungsi.

Apa yang harus dilakukan guru jika anak jadi korban bully di sekolah?

Lantas, apa yang harus dilakukan guru di sekolah jika ada siswa atau murid yang menjadi korban bully hingga pelecehan?

Dilansir dari laman Unicef, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan guru jika mendapati muridnya menjadi korban bully,

1. Tanggapi kejadian dugaan bully itu dengan serius.

2. Hargai dan berterima kasihlah pada siswa yang melapor soal adanya kasus bully di sekolah yang menimpa temannya.

3. Tunjukkan empati Anda terhadap siswa yang menjadi korban bully.

4. Bantu anak yang di-bully untuk membela dirinya sendiri, bahwa dia bisa mengatakan tidak suka jika dikerjai oleh temannya.

5. Tanyakan kepada anak tentang apa yang dapat dilakukan untuk membuat dia merasa aman.

6. Bicaralah dengan setiap anak yang terlibat dalam situasi ini secara terpisah. Hindari menyalahkan, mengkritik, atau meneriaki di depan wajah mereka. Dorong dan hargai nilai kejujuran.

7. Pertimbangkan peran atau pengaruh 'kelompok sebaya'. Bullying terkadang dilakukan oleh kelompok. Jika bullying dilakukan oleh seorang anak, dengan bantuan atau dukungan dari anak-anak lain, mereka semua juga harus menanggung konsekuensinya bersama, terutama agar mengetahui dampak perbuatan mereka kepada anak yang di-bully, serta meminta maaf.

8. Ambil tindakan kepada pelaku bullying. Beritahu si anak, orang tuanya, dan kelas mengenai perkembangan kasusnya, dengan tetapi menghormati semua pihak.

9. Tindak lanjuti secara teratur dengan anak tersebut mengenai kemajuan yang dibuat mengenai masalah ini sesudahnya.

10. Jika perlu, carilah bantuan dari pihak eksternal. Ketika Anda menghadapi masalah yang parah atau signifikan yang tidak Anda ketahui cara mengatasinya, laporkan kepada guru konseling sekolah, atau pekerja sosial, atau psikolog. Anda mungkin perlu menghubungi Telepon Pelayanan Sosial Anak (TePSA) di 1500771.

Apa yang harus dilakukan guru jika anak jadi pelaku bully di sekolah?

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan guru saat mendapati siswa atau muridnya menjadi pelaku bully,

1. Dengarkan cerita versi mereka (pelaku maupun korban).

2. Soroti perilaku yang tidak pantas dan tidak dapat diterima dan ingatkan mereka akan aturan serta pedoman anti-bullying yang dibuat di tingkat sekolah / kelas.

3. Bantu mereka dengan memahami alasan di balik perilaku bullying yang mereka lakukan (seperti apakah mereka punya masalah di rumah, kurangnya perhatian, pengalaman bullying sebelumnya, dll.)

4. Tunjukkan empati dan kasih sayang dengan membagikan perasaan anak yang di-bully.

5. Terapkan konsekuensi tertentu untuk membantu mereka belajar dari situasi ini. Konsekuensi yang diberikan harus berhubungan dengan kesalahan mereka, tetap menghormati anak sebagai pelaku, masuk akal dan logis, serta dapat diterima untuk mengajarkan anak agar berperilaku lebih baik.

6. Anak harus memperbaiki kesalahannya. Misalnya, dengan meminta maaf kepada anak yang di-bully, melakukan sesuatu yang baik padanya agar dia merasa lebih baik, membantunya menyelesaikan sesuatu yang sedang dia kerjakan, memperbaiki atau mengganti sesuatu yang mereka hancurkan atau curi, dll.

7. Menghargai dan mengenali segala perubahan perilaku yang positif, termasuk mengakui kesalahan.

8. Jelaskan bahwa untuk menerima hak di kelas/sekolah, mereka harus mematuhi peraturan. Hak tersebut misalnya untuk berpartisipasi dalam acara sekolah, bergabung dalam ekskul, perjalanan study tour, pelajaran olahraga, kegiatan pentas seni, atau apa pun yang dianggap sesuai dan menarik oleh anak agar mereka tetap berusaha berbuat baik.

9. Bicaralah kepada orang tua mereka dan saling menyetujui rencana agar berbuat baik.

Cara mengurangi bullying di sekolah

Menurut Cohn Canter, 2003; Hyman & others, 2006; Limber, 2004 berikut beberapa strategi untuk mengurangi bullying terutama di sekolah:

1. Perketat monitoring dari orang yang lebih dewasa.

2. Menetapkan peraturan dan sanksi terhadap bullying dengan tegas.

3. Membuat pesan terkait program anti-bullying.

4. Mengajak orang tua untuk menjadi model yang baik bagi anaknya dan menerapkan pola pengasuhan yang positif.

5. Cepat tanggap dalam mengidentifikasi korban bullying

6. Memberikan training terkait sosial skills dalam menghadapi bullying

7. Mengajak orang tua menghubungi psikolog, konselor atau profeesional lain untuk membantu korban ataupun pelaku bullying.

Baca juga artikel terkait GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya