Menuju konten utama

Apa Penyebab Resesi Ekonomi di Rusia Tahun 2022?

Rusia mengalami resesi ekonomi di tahun 2022 ini. Lantas apa penyebabnya?

Apa Penyebab Resesi Ekonomi di Rusia Tahun 2022?
Presiden Rusia Vladimir Putin mengangkat tangan saat berpidato dalam sidang pleno Forum Ekonomi Timur di Vladivostok, Rusia, Jumat (3/9/2021). ANTARA FOTO/Alexander Zemlianichenko/Pool via REUTERS/HP/djo

tirto.id - Rusia dilaporkan sedangkan menghadapi guncangan resesi. Kabar itu mencuat setelah badan statistik pemerintah, Rosstat merilis data pada minggu ini. Output ekonomi negara telah menyusut selama dua kuartal berturut-turut.

Sebagai gambaran, menurut KBBI, resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, serta menurunnya kegiatan dagang dan industri.

CBS News memberitakan, pada periode Juli-September, output ekonomi Rusia mengalami penurunan sebesar 4 persen dibandingkan periode sama tahun 2021.

Sektor yang turun selama tahun 2022, menurut Rosstat, adalah aktivitas grosir, eceran, pengiriman dan manufaktur. Sementara sektor konstruksi dan pertanian mengalami pertumbuhan.

Pada periode April-Juni output ekonomi Rusia turun sebesar 4,1 persen atas sektor aktivitas perdagangan, pengapalan, pembuangan limbah, restoran dan hotel.

Apa Penyebab Resesi Ekonomi di Rusia?

Seperti dikutip Alarabiya, perekonomian Rusia masuk ke dalam jurang resesi karena produksi domestik bruto (PDB) negara itu turun sebesar empat persen pada kuartal ketiga.

Penurunan PDB itu mengikuti penurunan sebesar empat persen pada kuartal kedua karena harus menghadapi sanksi negara Barat atas invasi Rusia di Ukraina.

Resesi itu didorong oleh penurunan di sektor perdagangan grosir sebesar 22,6 persen dan penurunan perdagangan ritel sebesar 9,1 persen.

Kabar baiknya adalah, terjadi pertumbuhan sebesar 6,7 persen di bidang konstruksi dan pertanian sebesar 6,2 persen.

Sebenarnya, ekonomi Rusia mengalami perbaikan pada awal 2022 yang ditandai dengan meningkatnya PDB sebesar 3,5 persen. Tetapi kini turun setelah Barat melakukan serangkaian sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina.

Perekonomian Rusia benar-benar terbebani oleh pembatasan ekspor dan impor, kekurangan staf, dan masalah pasokan suku cadang. Pada 8 November, bank sentral Rusia memprediski PDB akan berkontraksi sebesar 3,5 persen tahun 2022.

Sedangkan IMF dan Bank Dunia memperkirakan, PDB Rusia mengalami penurunan sebesar 3,4 persen dan 4,5 persen. Walaupun ekonomi berkontraksi, menurut Rosstat, tingkat pengangguran Rusia mencapai 3,9 persen pada September 2022.

Pada bulan Oktober, bank sentral Rusia mempertahankan suku bunga utama di angka 7,5 persen. Ini pertama kalinya sejak awal serangan militer di Ukraina.

Nabiullina mengatakan, bank sentral tidak berencana mengubah suku bunga hingga akhir tahun. Pasca-Rusia mendapat sanksi Barat atas serangan Ukraina, bank secara drastis menaikkan suku bunga acuan dari 9,5 persen menjadi 20 persen dalam upaya untuk melawan inflasi.

Pada awal pekan ini, Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina memperingatkan anggota bahwa gambaran ekonomi di Rusia dapat memburuk.

"Kita benar-benar perlu melihat situasi dengan sangat bijaksana, dengan mata terbuka," katanya kepada Duma, majelis rendah Rusia, seperti dilansir kantor berita Interfax.

Nabiullina mengatakan kepada para pejabat agar "bersiap untuk perkembangan apa pun [...] Ya, situasinya bisa memburuk, kami memahami ini," kata dia sambil menyerukan "restrukturisasi" ekonomi.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya