tirto.id - Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah atau PHIWM merupakan panduan keseharian anggota Muhammadiyah sesuai dengan nilai Al-Quran dan Sunah. Lantas, apa ciri-ciri gerakan Muhammadiyah?
Muhammadiyah sendiri merupakan salah satu organisasi masyarakat Islam (ormas) terbesar di Indonesia, setelah Nahdlatul Ulama (NU).
Dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Kelas (2020) yang ditulis Moh. Sulaiman, organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman, Yogyakarta pada 8 Zulhijah 1330 H atau 18 November 1912.
Kelahiran Muhammadiyah melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah KH. Ahmad Dahlan sebagai pendirinya.
KH. Ahmad Dahlan memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Qur’an dan Sunah dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, serta memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah.
Apa Itu PHIWM?
Mengutip dari laman resmi Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah atau yang disingkat PHIWM adalah seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunah.
Tujuannya untuk menjadi panduan tingkah laku warga persyarikatan Muhammadiyah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, tercermin kepribadian islami agar terwujud masyarakat yang sebenar-benarnya.
Cakupan dari PHIWM meliputi kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya.
Perumusan PHIWM bertujuan untuk membentuk perilaku individu dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah dengan menunjukkan keteladanan yang baik menuju terwujudnya masyarakat Islam sebenar-benarnya.
Landasan dan sumber PHIWM adalah Al-Qur’an dan Sunah yang merupakan pengembangan dan pengayaan dari pemikiran-pemikiran formal di Muhammadiyah.
Pemikiran formal itu adalah Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Matan Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan Muhammadiyah serta hasil keputusan Majelis Tarjih Muhammadiyah.
Dilansir Suara Muhammadiyah, rumusan PHIWM bersifat aktual, ideal, memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat keteladanan, mengandung ajaran dan pesan yang membuahkan kesalehan, serta bersifat taisir atau panduan yang mudah dipahami dan diamalkan.
Ciri-ciri Gerakan Muhammadiyah
Berdasarkan faktor latar belakang berdirinya, aspirasi, motif, dan cita-cita serta amal usaha dan gerakannya, Muhammadiyah memiliki ciri gerakan tertentu sebagai berikut:
1. Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan KH. Ahmad Dahlan sebagai hasil konkret dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Al-Qur’an. Ciri ini adalah yang paling utama, pendorong penting berdirinya Muhammadiyah, sedangkan faktor lainnya dikatakan sebagai faktor penunjang atau faktor perangsang semata.
Kelahiran Muhammadiyah diilhami, dimotivasi, dan disemangati ajaran-ajaran Al-Qur’an. Gerakan Muhammadiyah hanya memiliki motif untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam.
Semua kegiatan yang diinisiasi Muhammadiyah, baik di bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksanakan ajaran Islam.
Tegasnya, gerakan Muhammadiyah berupaya untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkret, dan nyata, dapat dihayati, dirasakan, dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Dakwah Islam
Mengutip dari laman Muhammadiyah, ciri Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat dalam jati diri Muahammadiyah.
Ciri tersebut digerakkan oleh Al-Quran surah Ali Imran ayat 104 yang meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru atau mengajak) Islam, amar makruf nahi munkar di masyarakat sebagai medan juangnya.
Gerakan Muhammadiyah berkiprah di tengah masyarakat Indonesia dengan membangun berbagai ragam amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak, misalnya berbagai ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT), membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya.
Semua amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan manifestasi dakwah Islam. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam.
3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid (Pembaharuan)
Sejak awal pendirian, Muhammadiyah menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan ajaran Islam.
Selain itu, Muhammadiyah juga berupaya membersihkan berbagai amalan umat yang terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bidah lewat gerakan dakwah.
Mengutip dari laman Muhammadiyah, Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai gerakan tajdid yang diawali oleh ulama besar Ibnu Taimiyah memiliki kesamaaan napas, yakni memerangi secara berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat, bidah, dan melakukan tajdid, sebab semua kekeliruan tadi merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan ibadah seorang Islam.
Tajdid dalam pengertian pemurnian dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut reformasi (reformation). Maka dari itu, Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai gerakan purifikasi dan gerakan reformasi Islam.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Abdul Hadi