tirto.id - Resesi menjadi ancaman nyata bagi dunia termasuk Indonesia, bahkan beberapa waktu lalu Jokowi mengingatkan soal kondisi dunia saat ini yang ada dalam pusaran 'awan gelap' dan tahun depan ada kemungkinan terjadi badai besar atau ancaman resasi termasuk di Indonesia.
Selain itu, beberapa negara termasuk Inggris saat ini juga tengah mengalami krisis di sektor finansial, termasuk krisis mata uang. Indonesia sendiri saat ini juga termasuk negara yang mengalami pelemahan rupiah akibat pengetatan likuiditas global.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia harus bisa menaklukkan tiga tantangan dalam menghadapi ancaman resesi global yang akan menghantui dunia pada 2023 mendatang.
Ketiga tantangan terkait bidang investasi yaitu soal kestabilan politik, konsistensi kebijakan serta daya beli masyarakat.
"Investasi itu akan masuk dengan tiga kriteria, pertama, stabilitas politik," katanya dikutip Antara, Jakarta, Selasa (4/10/2022).
Bahlil menjelaskan Indonesia akan mulai memasuki tahun Pemilu sehingga penting untuk memastikan stabilitas politik terjaga dengan baik agar kepercayaan investor ikut terjaga.
Penyebab resesi 2023 menurut pakar
Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara, Ph.D., menyampaikan bahwa resesi yang akan terjadi kedepannya dikarenakan lonjakan inflasi sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina.
Peningkatan inflasi tersebut diikuti oleh kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral di negara Eropa dan Amerika dengan menaikkan tingkat bunga acuan yang akan berdampak juga pada kebijakan yang diambil bank sentral di negara lainnya.
Menurutnya, apabila bunga acuan meningkat, maka biaya modal dan bunga kredit yang akan ditanggung bisnis juga akan naik. Dampak lanjutannya biasanya diikuti oleh mata uang lokal yang melemah terhadap mata uang asing.
Jika suatu negara memiliki banyak pinjaman dalam mata uang asing baik oleh pemerintah maupun swasta maka jumlah mata uang lokal yang akan dikeluarkan untuk membayar pinjaman dalam mata uang asing juga akan meningkat.
"Jika kondisi tersebut tidak membaik, maka kombinasi rentetan harga produk yang meroket, inflasi yang meningkat, bunga acuan kredit yang naik, serta pelemahan mata uang lokal pada akhirnya akan berisiko menyebabkan terjadinya krisis ekonomi global," paparnya, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Tirto.
Jenis investasi yang aman untuk hadapi resesi 2023 dan untung ruginya
Lantas apa saja jenis investasi yang aman untuk menghadapi ancaran resesi 2023 mendatang? Berikut beberapa jenis investasi yang masih aman dilakukan menurut Pengamat Perbankan, Keuangan, dan Investasi dari UGM, I Wayan Nuka Lantara, Ph.D.,
1. Deposito
Wayan mencontohkan jenis investasi yang aman dilakukan salah satunya adalah deposito. Deposito adalah salah satu produk investasi berjangka yang keuntungannya bisa diambil dalam jangka waktu tertentu, mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, hingga 24 bulan.
Ada beberapa keuntungan dan kerugian investasi dalam bentuk deposito, di antaranya,
Keuntungan investasi deposito
Keuntungan dari investasi deposito ini biasanya juga akan berbeda tergantung pada kebijakan masing-masing bank.
Namun, biasanya keuntungan deposito mulai dari 4 hingga 7% per tahun dengan pajak 20% untuk deposito dengan jumlah di atas Rp7 juta.
Saat ini, jenis investasi deposito cukup populer dan banyak dipilih karena termasuk jenis investasi aman dan minim resiko. Investasi berupa deposito cukup aman karena sudah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Apabila bank tempat kita menyimpan deposito bangkrut, maka kita akan tetap mendapatkan dana deposito kita secara utuh maksimal sebesar Rp2 miliar dari LPS.
Investasi jenis deposito ini cocok digunakan untuk investasi dalam jangka pendek, misalnya untuk dana pendidikan anak atau dana untuk melahirkan, karena jangka waktunya tidak terlalu lama.
Meski begitu, saat memilih investasi deposito, pastikan produk deposito yang Anda pilih benar-benar aman dan sudah terjamin oleh LPS.
Kekurangan investasi deposito
Kekurangan dari investasi dalam bentuk deposito biasanya adalah keuntungan yang relatif kecil jika nilai uang yang Anda depositokan tidak banyak. Selain itu, dana yang Anda depositokan tidak akan bisa diambil dalam jangka waktu tertentu tergantung jangka waktu deposito yang Anda pilih.
Namun, jika Anda tetap memaksa untuk mengambil uang yang sudah Anda depositokan sebelum jangka waktu deposito berakhir maka biasanya Anda akan terkena pinalti dan dana akan dipotong dengan besaran tertentu.
2. Emas
Wayan juga mengatakan bahwa emas saat ini menjadi salah satu jenis investasi yang masih aman dilakukan untuk mengantisipasi dampak resesi pada 2023 mendatang.
Meski begitu, dilansir dari laman Pegadaian, ada beberapa kelebihan dan kekurangan saat Anda memilih investasi emas, di antaranya,
Kelebihan investasi emas
- Harga emas cenderung naik
Jika kita lihat berdasarkan investasi jangka panjang, harga emas cenderung positif dan terus mengalami kenaikan diatas rata-rata inflasi. Jadi, secara otomatis membuat nilai uang yang kita investasikan di emas tidak berkurang nilainya.
- Nilai emas paling tahan terhadap resesi
Sebagai contoh perbandingan pada saat pandemi tahun 2020, nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot tajam hingga mencapai 26,43% tetapi berbeda dengan nilai emas di tahun yang sama justru cenderung naik.
- Emas mudah diuangkan
Berbeda dengan jenis investasi properti yang relatif lama dalam proses menjualnya, emas bisa dibilang sangat mudah diuangkan jika kita berada dalam kondisi memiliki kebutuhan pendanaan yang cepat.
- Bisa dengan modal kecil
Terdapat 2 jenis investasi emas saat ini, antara lain;
- Emas Fisik
- Emas Digital
- Tidak ada biaya perawatan
Selain dari pajak PPH 22 yang dikenakan saat pembelian emas, selebihnya investasi emas tidak memiliki biaya perawatan maupun biaya-biaya lainnya.
Kelemahan investasi emas
- Nilai spread yang tinggi
Ini adalah kekurangan investasi emas yang paling menonjol jika dibandingkan dengan jenis investasi lainnya.
Seperti contoh, jika investasi emas kita berbentuk fisik maka per gram dari nilai spread-nya adalah rata-rata sekitar 11%, berbeda dengan investasi saham yang memiliki nilai spread rata-rata tidak sampai 1% tergantung dari platform yang kita gunakan.
- Ada risiko kehilangan
Saat kita memutuskan untuk berinvestasi emas secara fisik maka ada potensi kehilangan entah itu lupa menaruh atau dicuri oleh orang lain.
- Lambatnya kenaikan harga emas
Kekurangan dari investasi emas lainnya adalah kenaikan harganya yang cenderung lambat. Harga emas mengalami peningkatan justru ketika keadaan ekonomi sedang tidak stabil.
Ketika keadaan ekonomi sedang stabil, harga emas juga cenderung stabil. Namun dibalik lambat kenaikan harganya, emas justru menawarkan kepastian investasi. Secara tren harga emas naik dari tahun ke tahun bahkan diatas inflasi rata-rata nasional, artinya nilai investasi kita juga naik.
3. Surat berharga yang diterbitkan oleh negara
Akhir-akhir ini investasi dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) juga mulai dilirik oleh kalangan millennial. Hal ini karena akses untuk membeli Surat Berharga Nasional sudah semakin mudah dan bisa dilakukan secara online.
Surat Berharga Nasional (SBN) adalah jenis investasi berupa surat utang yang bisa dibeli dari pemerintah. Investasi jenis ini juga menjanjikan keuntungan yang cukup besar, yakni lebih dari 6% dan cukup aman karena dijamin oleh pemerintah.
Ada 3 jenis Surat Berharga Negara (SBN) yang bisa dipilih, yakni:
- Saving Bond Ritel (SBR), berupa obligasi negara
- Sukuk tabungan, berupa Surat Berharga Syariah Negara
- Obligasi Negara Ritel (ORI), berupa Surat Utang Negara yang dijual pada investor ritel
Keuntungan dari SBN bisa didapatkan dengan 2 cara, yakni:
- Anda menyimpan Surat Berharga Negara (SBN) hingga jatuh tempo dan mendapatkan keuntungan dari nilai bunga sesuai dengan kesepakatan awal.
- Anda bisa menjual Surat Berharga Nasional (SBN) melalui pasar sekunder dengan harga tertentu, sehingga kita tetap mendapatkan keuntungan.
Wayan menjelaskan, investasi di saham masih bisa dilakukan untuk menghadapi dan mengantisipasi resesi 2023.
Meski begitu jika Anda memilih investasi di saham, Wayan menyarankan sebaiknya investasi pada saham-saham yang bergerak pada sektor industri yang defensif, tetap bisa bertahan meskipun ada krisis.
"Misalnya saham perusahaan yang bergerak di industri consumer goods, kesehatan, bank, energi dan utilitas," pungkasnya.
Editor: Iswara N Raditya