Menuju konten utama

Apa itu Survivors Guilt yang Bisa Dialami Korban Selamat Pembunuhan

Seorang penyintas dari suatu peristiwa buruk kerap mengalami trauma yang bernama survivor’s guilt.

Apa itu Survivors Guilt yang Bisa Dialami Korban Selamat Pembunuhan
Ilustrasi pembunuhan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu terhadap anak kandungnya di Brebes telah menyita perhatian publik. Kasus yang terjadi pada hari Minggu (20/3/2022) pagi ini bahkan sempat jadi perbincangan hangat di berbagai media sosial.

Seorang wanita berinisial KU (35 tahun) berusaha membunuh ketiga anaknya dengan cara menggorok leher mereka. KU pun berdalih bahwa ia tega melakukan pembunuhan karena tidak ingin anak-anaknya hidup menderita seperti dirinya.

Akibat dari kejadian tersebut, anak kedua KU meninggal dengan luka di lehernya. Sementara dua anak lainnya berhasil diselamatkan meski mengalami luka-luka.

Korban Selamat Berpotensi Mengalami Survivor's Guilt

Kedua anak KU yang selamat adalah anak perempuan pertama yang berusia 10 tahun dan mengalami luka di dada. Lalu ada anak ketiga laki-laki berusia 4,5 tahun yang terluka di bagian lehernya.

Keduanya berhasil diselamatkan setelah dilarikan ke Rumah Sakit Aminah Bumiayu oleh warga setempat. Ironisnya, ada kemungkinan bahwa kedua anak KU yang selamat akan mengalami survivor's guilt.

Hal ini berkaitan dengan kondisi mental korban setelah mengalami kejadian traumatis yang membuat saudara mereka kehilangan nyawa.

Dari laman tandfonline, ada sebuah studi yang dilakukan untuk meneliti kondisi kejiwaan orang-orang yang berhasil selamat dari sebuah tragedi. Hasilnya, 90 persen dari mereka ternyata mengalami survivor’s guilt.

Apa Itu Survivor’s Guilt?

Seorang penyintas dari suatu peristiwa buruk kerap mengalami trauma yang bisa berujung pada kondisi survivor’s guilt. Mengutip laman Healthline, survivor's guilt dapat diartikan sebagai perasaan sedih, menyesal, sekaligus rasa bersalah yang sangat kuat.

Hal ini umum terjadi pada seseorang setelah selamat dari sebuah tragedi besar, khususnya kejadian yang menimbulkan korban jiwa.

Survivor's guilt dapat dialami oleh orang yang selamat dari perang, kecelakaan, bencana alam, atau dari kasus pembunuhan. Tak hanya itu, beberapa profesi seperti pemadam kebakaran atau dokter juga bisa mengalami survivor’s guilt setelah melihat kematian orang lain.

Survivor’s guilt umumnya memiliki gejala yang mirip seperti post-traumatic stress disorder (PTSD), yaitu:

  • Flashback atau mengingat kembali kejadian buruk yang menimpanya.
  • Pikiran obsesif terhadap kejadian buruk yang dialami.
  • Merasa gusar dan marah
  • Merasa tidak berdaya
  • Bingung dan ketakutan
  • Mengalami kesulitan tidur
  • Sakit kepala
  • Mual dan sakit perut
  • Mengisolasi diri dari kehidupan sosial
  • Punya pikiran untuk bunuh diri

Ciri-Ciri dan Penyebab Survivor's Guilt

Ciri-ciri seseorang mengalami survivor's guilt adalah ketika ia memiliki pemikiran yang berlebihan terhadap peristiwa buruk yang ia alami. Kondisi survivor's guilt biasanya terjadi karena hal-hal berikut:

  • Penyintas mempertanyakan kenapa dirinya selamat sedangkan yang lainnya tidak.
  • Penyintas selalu berpikir tentang apa yang sudah ia lakukan selama tragedi berlangsung.
  • Penyintas berpikir bahwa seandainya ia melakukan sesuatu, mungkin orang lain juga bisa selamat seperti dirinya.
Seluruh pertanyaan dan pikiran itulah yang kemudian mengarah pada rasa sedih, bersalah, dan penyesalan yang sulit dihilangkan.

Survivor's guilt juga bisa terjadi karena seorang penyintas memiliki anggapan yang salah terhadap perannya dalam suatu peristiwa. Anggapan tersebut mencakup:

  • Penyintas yakin bahwa ia seharusnya bisa mencegah peristiwa buruk itu terjadi.
  • Penyintas merasa telah melakukan sesuatu yang salah selama kejadian itu berlangsung sehingga menimbulkan tragedi yang tak diinginkan.
  • Penyintas merasa bahwa peristiwa buruk itu disebabkan oleh kesalahannya.

Faktor yang Meningkatkan Risiko Survivor's Guilt

Perlu diketahui bahwa tidak semua orang yang selamat dari kejadian buruk akan mengalami survivor's guilt. Ada sejumlah faktor yang meningkatkan resiko terjadinya survivor's guilt pada seorang penyintas.

Berikut beberapa faktornya seperti dikutip dari Medical News Today:

  • Penyintas pernah merasakan trauma sebelumnya, misalnya mengalami tindak kekerasan.
  • Sejak awal sudah memiliki gangguan mental seperti kecemasan berlebih atau depresi.
  • Riwayat masalah psikiatri dalam keluarga.
  • Kurang mendapat dukungan dari orang-orang sekitar seperti keluarga dan teman.
  • Penyalahgunaan obat terlarang dan konsumsi alkohol.
Kondisi survivor's guilt adalah masalah serius yang bisa mengganggu kehidupan seseorang setelah berhasil selamat dari sebuah tragedi. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat dari seorang ahli untuk mengatasi kondisi kejiwaan ini.

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dipna Videlia Putsanra