tirto.id - Sosiologi pendidikan adalah subdisiplin yang masuk dalam wilayah kajian dan menjembatani disiplin sosiologi dengan ilmu pendidikan. Sehingga dalam hal ini, pendidikan sangatlah penting sebagai sarana sosialisasi anak.
Ruang jembatan disiplin sosiologi dalam ilmu pendidikan secara garis besar diisi dengan berbagai konsep, teori, metodologi, ruang lingkup, maupun pendekatan yang saling berhubungan. Kendati begitu, secara historis sosiologi dan pendidikan dianggap sebagai pengetahuan yang sudah ada sejak lama.
Pasalnya, ilmu ini yang menjelaskan tentang awal mula munculnya manusia. Sebagaimana dilansir dari buku perkuliahan program S-1 berjudul Sosiologi Pendidikan, bila sosiologi dipahami dalam arti yang luas atau interaksi sosial, maka sosiologi telah ada sejak zaman Nabi Adam.
Akan tetapi, dari segi scientific (ilmu pengetahuan), sosiologi pendidikan baru diakui sejak abad ke-19 melalui Auguste Comte, seorang bapak pendiri sosiologi.
Apa itu sosiologi pendidikan dan teorinya?
Secara etimologis “sosiologi pendidikan” berasal dari kata "sosiologi" dan "pendidikan". "Sosiologi" berasal dari bahasa Latin dan Yunani, yakni kata socius dan logos.
Socius yang berarti ‘kawan’, ‘berkawan’, ataupun ‘bermasyarakat’. Sementara logos berarti ‘ilmu’ atau bisa juga ‘berbicara tentang sesuatu’. Dengan demikian, secara harfiah istilah “sosiologi” dapat diartikan ilmu tentang masyarakat.
Sosiologi dipahami sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Sementara secara terminologis, beberapa ahli mendefinisikan sosiologi dengan pengertian yang cukup berbeda, berikut penjelasannya.
1. Sosiolog Jerman, sejarawan, ahli hukum, dan ekonom politik Marx Weber memandang sosiologi sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial.
Selain itu, sosiologi dipandang sebagai ilmu yang berupaya untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial maupun hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan kausal.
2. Sosiolog, akademisi, dan aktivis politik Pitirim A. Sorokin mengatakan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:
- Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka ragam gejala-gejala sosial (misal: antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; dan gerakan masyarakat dengan politik);
- Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala-gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misal: gejala geografis dan biologis).
Berbeda dengan istilah pendidikan, secara etimologis mempunyai padanan kata education dalam bahasa Inggris. Kemudian, dalam bahasa Arab padanan katanya adalah al-tarbiyah, alta’lîm, al-ta’dîb, dan al-riyādah.
Maka dari itu, dapat disimpulkan, secara sederhana pengertian "pendidikan" adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok sebagai upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.
Secara terminologi, tokoh pendidikan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyatakan, pendidikan merupakan upaya mempersiapkan individu kehidupan yang lebih sempurna, kebahagiaan hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesempurnaan etika, dan sistematik dalam berpikir tajam.
Kemudian, berperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis, dan bahasa lisan dan terampil berkreativitas.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh pendidikan yang sifatnya sangat fundamental.
Ilmuan Indonesia Damsar, mendefinisikan sosiologi pendidikan ke dalam dua pengertian, berikut penjelasannya.
1. Sosiologi pendidikan adalah suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat dan di dalamnya terjadi interaksi sosial, dengan pendidikan. Sehingga, dalam hal ini tampak bahwa masyarakat mempengaruhi pendidikan dan sebaliknya.
2. Sosiologi pendidikan diartikan sebagai pendekatan sosiologis yang diterapkan pada fenomena pendidikan. Pendekatan sosiologis terdiri dari konsep, variabel, teori, dan metode yang digunakan dalam sosiologi untuk
memahami kenyataan sosial.
Kenyataan sosial tersebut, termasuk di dalamnya kompleksitas aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan.
Hubungan antara sosiologi pendidikan dan sosialisasi anak
Hubungan antara sosiologi pendidikan dan sosialisasi anak terletak pada tujuan sosiologi pendidikan, berikut tujuan sosiologi pendidikan.
- Menganalisis proses sosialisasi.
- Menganalisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat.
- Menganalisis interaksi sosial di sekolah dan antara sekolah dengan masyarakat.
- Membantu memecahkan masalah-masalah sosial pendidikan.
- Menganalisis tujuan pendidikan secara obyektif.
- Menpelajari kelakukan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
Konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan di atas menunjukkan bahwa aktivitas masyarakat dalam pendidikan merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrumen atau alat oleh individu untuk dapat berintraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya.
Pendidikan sebagai sarana sosialisasi anak
Dikutip dari bukuSosiologi Pendidikan, proses sosialisasi merupakan suatu proses penyesuaian diri individu memasuki dunia sosial, sehingga individu dapat berperilaku sesuai dengan standar pada masyarakat tertentu.
Dalam hal ini, ada beberapa lembaga (wadah) yang ikut serta dalam pendidikan sosial tersebut. Wadah tersebut seperti, keluarga, teman sebaya, sekolah, dan media massa (lingkungan).
Adapun fungsi pendidikan sebagai salah satu media sosialisasi, antara lain sebagai berikut.
1. Mengembangkan potensi anak untuk mengenal kemampuan dan bakatnya.
2. Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3. Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berpikir secara rasional dan bebas.
4. Memperkaya kehidupan dengan menciptakan cakrawala intelektual, cita rasa keindahan kepada para siswa, meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan, dan penyuluhan.
5. Meningkatkan taraf kesehatan melalui pendidikan olahraga dan kesehatan.
6. Menciptakan warga negara yang mencintai tanah air, menunjang integritas antarsuku, dan antarbudaya.
7. Mengadakan hiburan umum (pertandingan olahraga atau pertunjukan kesenian).
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Alexander Haryanto