Menuju konten utama

Apa Itu HBsag Positif pada Ibu Hamil, Gejala, dan Bahayanya

Ibu hamil dengan HBsAg positif memiliki tingkat risiko 20% menularkan kepada bayinya ketika melahirkan, jika tidak dilakukan pencegahan.

Apa Itu HBsag Positif pada Ibu Hamil, Gejala, dan Bahayanya
Ilustrasi Hepatitis. foto/Istockphoto

tirto.id - Hepatitis B (HBV) adalah salah satu penyakit yang paling berbahaya di dunia saat ini. Diprediksi sebanyak 350–400 juta orang mengidap hepatitis B. Adapun sekitar 50% dari kasus penularan hepatitis B terjadi ketika masa kehamilan.

Melansir laman Kemenkes, jumlah penduduk Indonesia yang mengidap hepatitis B diprediksi mencapai 4,0–20,3%. Pengidap hepatitis B di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan di Jawa.

Hepatitis B menular melalui kontak langsung dengan pasien (bagi tenaga kesehatan), kontak seksual, dan pemberian obat lewat injeksi. Selain itu, cara penularan lain yang paling sering terjadi yaitu transmisi ibu kepada anak atau infeksi perinatal.

Jika tidak dilakukan pencegahan segera seperti memberikan imunoprofilaksis, ibu hamil dengan HBsAg positif memiliki tingkat risiko sebanyak 20% menularkan kepada bayinya ketika melahirkan. Risiko akan bertambah menjadi 90% lebih pada ibu hamil dengan HBeAg positif. Transmisi vertikal merupakan penyebab dari infeksi perinatal sebanyak lebih dari 95%.

Periode perinatal dimulai sejak usia kehamilan 28 minggu - 28 hari post-partum. Oleh karena itu, infeksi di luar periode itu bukan merupakan infeksi perinatal. Transmisi ibu ke anak dibagi dalam 3 metode yaitu:

  • Transmisi intrauterine/pra-partum
  • Transmisi intrapartum
  • Transmisi post-partum

Gejala dan Bahaya HBsAG Pada Ibu Hamil

Pada umumnya orang yang mengidap hepatitis B kronis, tidak memiliki gejala sampai tahap stadium akhir. Hepatitis B terkadang baru terdeteksi tanpa disengaja ketika ibu hamil memeriksakan kandungannya. Hasil laboratorium lainnya selain kadar ALT juga cenderung normal.

Secara fisik ibu hamil dengan hepatitis B terlihat normal karena gejala sirosis awal seperti eritema palmaris, splenomegali, dan ukuran hati yang mengecil tertutupi oleh perubahan fisik selama kehamilan.

Sangat penting bagi ibu hamil untuk melakukan tes hepatitis B sebelum melahirkan. Akan lebih baik lagi jika dilakukan pada trimester pertama. Jika ibu hamil positif mengidap hepatitis B, maka begitu bayi dilahirkan harus segera ditangani secara tepat di ruang bersalin, klinik, atau di samping tempat tidur dengan cara memberikan:

  • Dosis pertama (dosis kelahiran) vaksin hepatitis B
  • Satu dosis Hepatitis B Immune Globulin (HBIG)
HBIG direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Namun, HBIG tidak direkomendasikan oleh WHO dan kemungkinan tidak tersedia di semua negara. Satu hal yang paling penting adalah memastikan bahwa dosis pertama vaksin hepatitis B diberikan secepatnya.

Jika kedua obat di atas diberikan secara tepat, maka bayi dari ibu hamil dengan hepatitis B mempunyai tingkat kemungkinan tidak tertular sebesar 90%.

Walaupun CDC AS menyatakan bahwa obat dapat diberikan dalam 12 jam pertama setelah melahirkan dan WHO menyatakan dosis kelahiran vaksin dapat diberikan dalam waktu 24 jam, bayi tidak akan terselamatkan jika tidak ditangani secara tepat.

Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi tenaga kesehatan (nakes) untuk memberikan dosis pertama vaksin hepatitis B secepatnya setelah persalinan.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Tifa Fauziah

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Tifa Fauziah
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari