Menuju konten utama

Apa Itu Global Boiling dan Bedanya dengan Global Warming?

Berikut penjelasan tentang apa itu global boiling dan perbedaannya dengan global warming? Simak selengkapnya pada artikel di bawah ini.

Apa Itu Global Boiling dan Bedanya dengan Global Warming?
Ilustrasi Global Boiling. foto/IStockphoto

tirto.id - Global boiling menjadi ancaman bagi dunia saat ini. Eranya tidak lagi pemanasan global (global warming), tapi sudah menjadi pendidihan global (global boiling). Suhu Bumi kian memanas sehingga penduduk di dalamnya serasa seperti 'direbus'.

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sempat membuat pernyataan beberapa waktu lalu bahwa perubahan iklim di Bumi saat ini telah terjad cukup menakutkan. Perubahan itu cukup cepat dan yang pemanasan global saat ini mungkin baru permulaan.

"Perubahan iklim sudah terjadi, sangat menakutkan, dan ini hanyalah permulaan. Era pemanasan global telah berakhir; era pendidihan global telah tiba," kata Guterres seperti dikutip The Guardian (27/7/2023).

Lantas seperti apa keadaan Bumi ketika memasuki keadaan suhu yang mengarah pada global boiling?

Arti Global Boiling

Global boiling merupakan sebuah istilah yang menggambarkan sebuah periode di Bumi dengan suhu sangat tinggi yang belum ditemui pada periode sebelumnya.

Kendati titik didih air secara ilmiah mengacu pada suhu 100 derajat celcius, namun istilah ini menunjukkan betapa seriusnya isu perubahan iklim tersebut.

Saat ini perhitungan suhu rata-rata secara global memanfaatkan data yang dihimpun dari sekitar 200.000 stasiun cuaca, kapal laut, piranti pelampung, hingga satelit. Data yang terangkum setidaknya tersedia selama 44 tahun terakhir.

Menurut laman The National News, per 6 Juli 2023 menjadi hari terpanas Bumi semenjak suhu rata-rata global mulai pertama kali dihitung, yang sudah mencapai 17,18 derajat celcius. Data tersebut dirilis US Centres for Environmental Prediction.

Di sisi lain, Climate Change Institute mencatat peningkatan suhu Bumi terjadi cukup signifikan. Rata-rata suhu global periode 1979-2000 yaitu 16,25 derajat celcius, dan di 2023 sudah menjadi 17,14 derajat celcius.

Era global boiling diprediksi segera terjadi. Penyebabnya sebagian besar karena kombinasi perubahan iklim berbahaya, kembalinya pola cuaca El Nino, hingga kehadiran awal musim panas di belahan Bumi utara, meski ada pula penyebab karena aktivitas manusia.

El Nino kerap dikaitkan dengan kemunculan suhu di atas rata-rata dan merupakan bagian dari siklus cuaca yang bergantian dengan La Nina setiap 3-7 tahun sekali.

Di samping itu, angin pasat Pasific yang berfluktuasi akan mengubah aliran air hangat dari lautan. Efeknya yaitu cuaca lebih ekstrim pada musim dingin dan musim panas.

Beda Global Boiling dengan Global Warming

Global boiling dengan global warming sama-sama terkait dengan perubahan iklim. Perubahan iklim menandakan terjadi perubahan pada suhu dan kondisi iklim dari waktu ke waktu.

Zaman dahulu perubahan iklim dipicu oleh berbagai aktivitas alam, seperti letusan gunung api yang dahsyat.

Di masa modern, perubahan iklim turut pula dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Contoh aktivitas yang memicunya antara lain penggunaan bahan bakar fosil untuk menggerakkan mesin hingga penggundulan hutan.

Global warming merupakan konsep perubahan iklim yang lebih luas. Istilah tersebut digunakan secara khusus pada peningkatan suhu rata-rata permukaan Bumi yang konsisten disebabkan emisi gas rumah kaca oleh pengaruh manusia.

Fenomena tersebut lantas berkontribusi pada perubahan iklim melalui perubahan suhu yang parah dan memicu ketidakseimbangan ekologi.

Di sisi lain, global boiling menjadi fenomena lanjutan dari global warming. Istilah baru ini mengacu pada peningkatan suhu sangat tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Durasi global boiling tidak bisa ditentukan waktunya tapi dikhawatirkan akan semakin parah apabila tidak ada tindakan cepat untuk membalikkan keadaan.

Risiko ketika global boiling terjadi antara lain meningkatnya risiko kebakaran hutan, kerentanan ketahanan ekosistem, berkurangnya keanekaragaman hayati, masalah kesehatan, kenaikan suhu kritis sebesar 1,5 derajat celcius, sampai ancaman pada ketahanan pangan.

Termasuk di Indonesia, dampak El Nino dengan suhu panas yang dibawanya telah membuat banyak tanaman pangan gagal panen.

Baca juga artikel terkait WORK AND MONEY atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno