Menuju konten utama

Apa Itu Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023, Apakah Berbahaya

Apa itu gerhana matahari hibrida yang akan terjadi 20 April 2023, apakah berbahaya?

Apa Itu Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023, Apakah Berbahaya
Gerhana matahari terlihat dari stasiun kutub ilmiah "Glaciar Union" di Antartika, di wilayah Chili, Sabtu (4/12/2021). ANTARA FOTO/Felipe Trueba/Courtesy of Imagen Chile/Handout via REUTERS/rwa/cfo

tirto.id - Gerhana Matahari Hibrida akan terjadi di Indonesia pada 20 April 2023, atau menjelang Idul Fitri 1444 H. Banyak yang mengaitkan hal ini dengan Ijtimak Syawal serta apakah fenomena langka tersebut berbahaya?

Gerhana Matahari Hibrida sendiri merupakan salah satu fenomena langit yang bisa dikatakan jarang terjadi. Perbandingannya, dalam satu abad, Gerhana Matahari Hibrida ini hanya akan terjadi sebanyak empat hingga 24 kali.

Di samping itu, Gerhana Matahari Hibrida ini akan terjadi pada saat Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, kemudian menimbulkan bayangan raksasa di sejumlah wilayah di Bumi seperti siang dan malam yang tengah bersatu.

Gerhana matahari yang satu ini disebut hibrida karena diamati oleh para peneliti bahwa Gerhana Matahari Hibrida dapat menimbulkan dua jenis gerhana, yakni dari annular ke total dalam satu rangkaian peristiwa.

Di tahun 2023 ini, Gerhana Matahari Hibrida diprediksi dapat terlihat pada 20 April 2023 menjelang penutupan bulan suci Ramadhan 2023 atau Lebaran 2023.

Seperti diberitakan Antara News, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa Gerhana Matahari Hibrida (GMH) akan terjadi pada Kamis, 20 April 2023 serta diperkirakan dapat diamati di Indonesia.

Menurut Deputi Bidang Geofisika BMKG, Suko Prayitno Adi, Gerhana Matahari Hibrid ini terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat berada di satu garis yang sama sehingga di suatu tempat akan mengalami peristiwa piringan bulan yang teramati lebih kecil daripada piringan matahari.

“Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainya, matahari seakan-akan tertutupi bulan,” jelas Suko Prayitno Adi.

Selain Gerhana Matahari Hibrida, Suko menjelaskan juga bahwa di tahun 2023 ini, pihaknya memprediksi akan ada sekitar empat kali gerhana, yakni GMH pada 20 April 2023, kemudian Gerhana Bulan Penumbra (GBP) pada 5-6 Mei 2023, Gerhana Cincin Matahari di tanggal 14 Oktober 2023 dan Gerhana Bulan Sebagian yang diprediksi dapat diamati pada 29 Oktober 2023.

Di samping itu, melansir laman edusainsa.brin.go.id, Gerhana Matahari Hibrida 20 April ini disebut juga oleh umat Muslim sebagai waktu Ijtimak Syawal atau jadi penanda akan berakhirnya bulan suci Ramadhan.

Para Ilmuwan Akan Saksikan Festival Gerhana Matahari Hibrida

Masih melansir Antara News, sekitar 100 ilmuwan astronom dari berbagai negara termasuk Indonesia akan menyaksikan langsung Festival Gerhana Matahari Hibrida pada 17-20 April 2023 di Kabupaten Biak Numfor, Papua.

“Festival Gerhana Matahari Hibrida di Biak merupakan kegiatan menuju Sail Cenderawasih 2023. Ya, untuk dapat melihat langsung Gerhana, kami juga menyediakan 3.000 unit kacamata khusus melihat gerhana,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Biak Numfor, Onny Dangeubun.

Onny menjelaskan juga bahwa wilayah Papua dipilih menjadi perayaan Festival Matahari Hibrida, sebab Papua disebut-sebut menjadi satu-satunya daratan di Indonesia yang akan dilalui jalur Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023.

Festival Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023 ini merupakan bagian dari kegiatan STC 2023 yang berlangsung selama tiga hari untuk mengamati fenomena alam terlangka yang akan diisi oleh berbagai kegiatan lainnya seperti seminar, jumpa astronom, hingga perlombaan.

Akan tetapi, selain di Papua, menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bahwa terdapat sejumlah wilayah yang dapat mengamati fenomena Gerhana Matahari Hibrida, yakni wilayah Sumatera, Pulau Jawa yang mencakup Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya, kemudian Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.

Apakah Gerhana Matahari Hibrida Berbahaya?

Menurut sejumlah ilmuwan, Gerhana Matahari Hibrida sebenarnya tidak terlalu memiliki dampak signifikan bagi lingkungan. Akan tetapi, fenomena alam ini bisa menjadi berbahaya bagi manusia, yakni untuk penglihatan jika menyaksikannya tanpa menggunakan alat khusus atau pengaman.

Lebih dari itu, menyaksikan fenomena Gerhana Matahari Hibrida dapat menyebabkan kebutaan gerhana, dimana retina mata mengalami luka bakar akibat radiasi dari cahaya matahari.

Untuk menghindari dampak tersebut, maka bagi masyarakat yang hendak menyaksikan fenomena Gerhana Matahari Hibrida ini dianjurkan agar mengenakan alat pengaman berupa kacamata khusus untuk gerhana matahari, kaca tukang las nomor 14, dan filter mylar yang terbuat dari plastik mylar aluminium.

Sedikit catatan, meskipun sudah mengenakan alat khusus untuk melihat fenomena tersebut, masyarakat tetap dianjurkan agar tidak boleh melihat secara keseluruhan proses Gerhana Matahari Hibrida.

Sepuluh Lokasi yang Dilalui Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023

Melansir laman edusainsa.brin.go.id, berikut daftar sepuluh lokasi yang dilalui Gerhana Matahari Hibrida 20 April 2023.

1. Pulau Kisar (1 menit 10 detik)

2. Pulau Maopora (59 detik)

3. Pulau Damar (1 menit 24 detik)

4. Pulau Watubela (1 menit 5 detik)

5. Kampung Antalisa (1 menit 11 detik)

6. Randepandai (1 menit 1 detik)

7. Roswar (57 detik)

8. Pulau Num (1 menit 5 detik)

9. Wooi, Serui (1 menit 11 detik)

10. Biak Kota (1 menit 5 detik).

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Imanudin Abdurohman

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Imanudin Abdurohman
Penulis: Imanudin Abdurohman
Editor: Dipna Videlia Putsanra