Menuju konten utama
Pendidikan Agama Islam

Apa Itu Fastabiqul Khairat, Contoh dan Manfaatnya bagi Umat Muslim

Fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan perlu dilakukan dengan niat dan sistem manajemen yang baik.

Apa Itu Fastabiqul Khairat, Contoh dan Manfaatnya bagi Umat Muslim
Ilustrasi Islam. foto/Istockphoto

tirto.id - Fastabiqul khairat artinya dalam bahasa Indonesia adalah berlomba-lomba dalam kebaikan.

Amalan fastabiqul khairat merupakan salah satu yang disukai dan dianjurkan dalam agama Islam.

Dalil mengenai fastabiqul khairat ini disebutkan dalam Al-Qur'an berikut ini:

1. Surah Al-Baqarah ayat 148:

وَلِكُلٍّ وِّجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيۡهَا ‌ۚ فَاسۡتَبِقُوا الۡخَيۡرٰتِؕ اَيۡنَ مَا تَكُوۡنُوۡا يَاۡتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيۡعًا ؕ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيۡرٌ

Wa likullinw wijhatun huwa muwalliihaa fastabiqul khairaat; ayna maa takuunuu yaati bikumullaahu jamii'aa; innal laaha 'alaa kulli shai'in qadiir

Artinya: "Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah: 148).

2. Surah Al-Maidah ayat 48:

وَاَنۡزَلۡنَاۤ اِلَيۡكَ الۡكِتٰبَ بِالۡحَـقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ مِنَ الۡكِتٰبِ وَمُهَيۡمِنًا عَلَيۡهِ‌ فَاحۡكُمۡ بَيۡنَهُمۡ بِمَاۤ اَنۡزَلَ اللّٰهُ وَلَا تَتَّبِعۡ اَهۡوَآءَهُمۡ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ الۡحَـقِّ‌ؕ لِكُلٍّ جَعَلۡنَا مِنۡكُمۡ شِرۡعَةً وَّمِنۡهَاجًا ‌ؕ وَلَوۡ شَآءَ اللّٰهُ لَجَـعَلَـكُمۡ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلٰـكِنۡ لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِىۡ مَاۤ اٰتٰٮكُمۡ فَاسۡتَبِقُوا الۡخَـيۡـرٰتِ‌ؕ اِلَى اللّٰهِ مَرۡجِعُكُمۡ جَمِيۡعًا فَيُنَبِّئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ فِيۡهِ تَخۡتَلِفُوۡنَۙ

Wa anzalnaa ilaikal Kitaaba bilhaqqi musaddiqallimaa baina yadaihi minal Kitaabi wa muhaiminan 'alaihi fahkum bainahum bimaa anzalal laahu wa laa tattabi ahwaaa'ahum 'ammaa jaaa'aka minal haqq; likullin ja'alnaa minkum shir'atanw wa minhaajaa; wa law shaa Allahu laja'alakum ummatanw wahidatanw walakilliyabluwakum fiimaa aataakum fastabiqul khairat, ilallaahi marji'ukum jamii'an fayunabbiukum bimaa kuntum fiihii takhtalifuun.

Artinya: "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan," (QS. Al-Maidah: 48).

Dilansir laman resmi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), fastabiqul khairat atau berlomba–lomba dalam kebaikan akan lebih sempurna pengerjaannya jika tidak didasarkan dengan niat saja, tetapi perlu dibarengi dengan sistem atau manajemen yang baik.

Tujuannya agar perbuatan baik tersebut menjadi sebuah representasi dari akhlak yang baik pula.

Dalam menjalankan fastabiqul khairat, situs UHAMKA menyebutkan ada lima hal mendasar yang bisa dilakukan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai, yakni:

1. Niat yang ikhlas. Ikhlas beribadah atau beramal shaleh untuk mendekatkan diri kepada Allah, karena Allah.

2. Cinta kebaikan dan cinta kepada orang baik. Hal ini juga ada hubungannya dengan keikhlasan, yakni beramal semata karena Allah. Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik, maka kita menjadi cinta kebaikan sekaligus suka dengan orang yang gemar berbuat baik.

3. Merasa beruntung jika melakukannya. Hal ini dapat dilakukan karena kita percaya dan yakin kepada Allah. Jika iman sudah merasuk dalam jiwa, maka kita akan merasa beruntung jika terus melakukan perbuatan baik demi untuk menggapai ridha Allah.

Jika perasaan ini sudah muncul, maka semangat untuk berlomba dalam kebaikan akan senantiasa hadir dalam diri.

4. Meneladani generasi yang beramal baik. Rasulullah SAW dan para sahabat senantiasa bersemangat dan berjuang tanpa henti untuk menebar kebaikan pada semua orang, baik kepada orang mukmin maupun kafir.

Semangat dan sifat tersebut perlu diteladani yang tujuan akhirnya adalah jalan agar kita umat muslim kelak dapat dikumpulkan di surga bersama Rasulullah dan para sahabatnya.

5. Memahami ilmu tentang kebaikan. Ilmu sangatlah penting untuk selalu membuat hati hidup. Ilmu apa saja perlu dipelajari agar kita tidak terjerumus dosa dan kehinaan.

Karenanya, mempelajari ilmu wajib bagi kita. Jika ilmu tentang kebaikan sudah digenggam, maka semangat melakukan kebaikan akan terus tumbuh dalam jiwa kita.

Baca juga artikel terkait AGAMA ISLAM atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom