tirto.id - Duck syndrome merupakan sindrom yang menggambarkan perilaku seseorang yang sebenarnya sedang dirundung banyak masalah, tapi tetap tampak baik-baik saja dari luar. Duck syndrome atau sindrom bebek ini kerap melanda kalangan mahasiswa.
Menurut Psych Central, duck syndrome terjadi ketika seseorang mencoba menciptakan ilusi kehidupan yang sempurna, tetapi harus sangat berusaha untuk menjaga semuanya tetap baik-baik saja. Istilah ini diambil dari gambaran bagaimana kaki bebek berenang dengan kuat di bawah air, tetapi tubuh bebek tampak tenang di permukaan.
Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Pakar Psikologi UNAIR Margaretha Rehulina. Menurutnya dunia klinis tidak menggunakan istilah duck syndrome untuk mendiagnosis pasien.
Duck syndrome merupakan terminologi yang digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena populer. Istilah ini kali pertama kali dicetuskan oleh di Stanford University. Sindrom bebek bukanlah kondisi kesehatan mental, tetapi dapat memiliki implikasi kesehatan mental yang nyata.
Penderita duck syndrome cenderung merasa khawatir apabila orang lain mengetahui bahwa sebenarnya hidup mereka tidak sempurna. Penderita mungkin merasa bahwa tidak ada yang bisa memahami kondisi mereka.
Gejala Duck Syndrome
Tanda-tanda terkait duck syndrome cenderung hanya dapat disadari oleh diri sendiri. Tentu tidak setiap orang mengembangkan gejala yang sama. Namun, menurut Psych Central, ada beberapa tanda atau gejala umum yang dapat mengindikasikan bahwa seseorang mengalami duck syndrome:
- Membandingkan diri sendiri dengan orang lain;
- Merasa bahwa orang lain lebih baik;
- Merasa seolah-olah gagal memenuhi tuntutan hidup;
- Takut akan pengawasan atau kritik;
- Merasa seperti orang lain memanipulasi situasi untuk menguji kinerja yang dilakukan.
Cara Mengatasi Duck Syndrome
Seseorang yang mengalami duck syndrome harus menemukan solusi yang tepat untuk mengatasinya. Berikut ada beberapa langkah untuk membantu mengatasi Duck Syndrome:
1. Terapi
Berkonsultasi ke psikoterapis dapat membantu mendapatkan perawatan untuk terbebas dari duck syndrome. Terapi dapat membantu penderita secara keseluruhan, khususnya bagi mereka yang merasa tuntutan hidupnya terlalu banyak.
Pastikan untuk menemukan terapis yang tepat untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari terapi.
2. Pengobatan
Obat untuk kecemasan dan depresi mungkin menjadi bagian dari cara mengatasi duck syndrome. Obat antidepresan atau anti-kecemasan dapat membantu meringankan gejala yang terkait dengan duck syndrome.
Perlu diketahui, bahwa penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan tersebut. Dokter mungkin akan menyarankan pengobatan dan menjelaskan manfaat dan efek sampingnya.
3. Perawatan Diri
Penderita duck syndrome sebaiknya tidak perlu berpura-pura seperti semuanya baik-baik saja padahal sebenarnya tidak.
Oleh karena itu, penting untuk memahami diri dengan baik dan cobalah untuk membuka diri pada orang lain. Adapun bentuk dukungan lain di luar terapi dapat mencakup:
- Meminta bantuan tambahan dari profesor atau guru yang tersedia di lingkungan pendidikan formal;
- Mendapatkan bimbingan belajar di sekolah;
- Menggunakan pusat konseling di kampus, jika tersedia;
- Melatih perhatian;
- Menetapkan batas;
- Mempelajari keterampilan manajemen waktu;
- Berbicara dengan orang yang dicintai.
4. Menetapkan Tujuan SMART
Salah satu penyebab utama duck syndrome adalah tingginya pencapaian atau tujuan dalam hidup yang barangkali sulit diraih. Hal ini menyebabkan para penderita duck syndrome sering merasa gagal dalam menjalani hidup.
Oleh karena itu, penting untuk menetapkan pencapaian terbaik tetapi tetap masuk akal dengan cara "SMART." Istilah "SMART" merujuk pada komponen yang sebaiknya dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan, yaitu:
- Spesific (spesifik)
- Measurable (terukur)
- Achievable (dapat diraih)
- Relevant (relevan)
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Yonada Nancy