tirto.id - "Bukit Algoritma" sedang ramai diperbincangkan. Ia disebut-sebut akan dibuat seperti Silicon Valley di Amerika Serikat, demikian sebagaimana disampaikan oleh politikus PDIP, Budiman Sudjatmiko.
Nantinya, "Bukit Algoritma" akan menjadi pusat pengembangan industri dan teknologi 4.0 serta pengembangan sumber daya manusia, yang terletak di Cikidang dan Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat. Mega proyek ini, seperti diwartakan Antara, akan digarap di lahan seluas 888 hektare dan nilai proyeknya diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp18 triliun.
Selaku Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO, Budiman Sudjatmiko juga hadir dan ikut menandatangani kontrak pada acara penandatanganan Pekerjaan Pengembangan Rencana Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pengembangan Teknologi dan Industri 4.0, di Jakarta. Selain itu, PT Amarta Karya (AMKA), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) konstruksi ditunjuk menjadi mitra infrastruktur pada proyek tersebut.
"Ini merupakan mimpi jangka panjang. Untuk tahap pertama selama tiga tahun, AMKA menjadi mitra kepercayaan untuk membangun infrastruktur, termasuk akses jalan raya, fasilitas air bersih, pembangkit listrik, gedung konvensi dan fasilitas‐fasilitas lainnya," kata Budiman.
Nantinya, kata Budiman, "Bukit Algoritma" akan jadi salah satu pusat untuk pengembangan inovasi dan teknologi tahap lanjut. "Semisal kecerdasan buatan, robotik, drone (pesawat nirawak), hingga panel surya untuk energi yang bersih dan ramah lingkungan," kata Budiman.
Budiman ingin dari lembah hijau di kawasan berudara sejuk itu lahir inovasi dan teknologi terkini seperti Google, Yahoo!, YouTube versi Indonesia. Ia juga tempat itu bisa menjadi perpaduan antara Silicon Valley dan Universal Studio, di mana sains dan seni bersatu.
Di "Bukti Algoritma" itu, kata Budiman, anak-anak muda bisa berkumpul, berbincang, berkolaborasi, menuangkan ide, berkreativitas dengan bebas dengan tujuan untuk menghasilkan inovasi dan teknologi di berbagai bidang.
Namun, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengingatkan agar pembangunan "Bukit Algoritma" itu tidak hanya sekadar gimik. Maka daripada itu, Ridwan Kamil bilang, pembangunannya harus berdasarkan tiga komponen.
"Saya edukasi ilmunya, ya, kenapa Silicon Valley [di Amerika Serikat] sukses? Saya kasih tahu, karena di sana ada kumpulan universitas berdekatan dengan kumpulan industri-industri, berkumpul dengan finansial institusi," kata Ridwan.
Menurut dia, tiga komponen itu adalah universitas sebagai lembaga riset, industri yang menggunakan hasil riset, dan investor. "Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya istilah Silicon Valley itu hanya gimmick branding saja," kata dia.
"Jadi tetap, niatnya saya respons saya dukung, tapi hati-hati kepada semua orang yang dikit-dikit bilang mau bikin Silicon Valley," tambahnya.
Apa Itu Silicon Valley di Amerika Serikat?
Sebagaimana dilansir Techtarget, Silicon Valley adalah rumah bagi beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia sekaligus tempat bagi ribuan perusahaan rintisan terkait teknologi. Letaknya di sebelah selatan San Francisco Bay Area, California, Amerika Serikat.
Nama Silicon Valley sendiri diciptakan oleh pengusaha Ralph Vaerst di tahun 1970-an. Awalnya, berasal dari sejumlah besar produsen chip silikon di kawasan itu. Lambat laun, tempat itu pun menjadi markas dan kompleks perkantoran untuk sejumlah bisnis teknologi, termasuk Apple Inc. , eBay Inc., Facebook Inc., Intuit Inc., Adobe Systems Inc., Intel Corp. dan Hewlett-Packard Co.
Sejak saat itu, Silicon Valley terus berkembang menjadi salah satu kawasan terkemuka di Amerika untuk inovasi dan pengembangan teknologi tinggi. Menurut data yang dikumpulkan Money Tree Report, terhitung sekitar sepertiga investasi modal ventura di Amerika ada di tempat itu.
Kota-kota di Silicon Valley antara lain: Los Altos, Palo Alto, San Jose, Santa Clara dan 20 lainnya. Sementara institusi pendidikan tinggi terkemuka juga ada di tempat itu, seperti Universitas Stanford, Universitas Silicon Valley dan tiga kampus Universitas California.
Editor: Iswara N Raditya