Menuju konten utama

Apa Itu Brain Fog Pasca Infeksi COVID-19, Penyebab & Cara Mengatasi

Brain fog adalah kondisi saat seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti sulit konsentrasi, sering lupa, hingga sulit mengambil keputusan.

Apa Itu Brain Fog Pasca Infeksi COVID-19, Penyebab & Cara Mengatasi
Ilustrasi brain fog. foto/istockphoto

tirto.id - Infeksi COVID-19 bisa mengakibatkan seseorang mengalami masalah serius pada paru-parunya, selain itu, COVID-19 ternyata juga dapat memberikan dampak gangguan kognitif pada otak atau brain fog baik pada fase akut maupun fase pemulihan.

Hal tersebut dikatakan oleh Dokter Spesialis Syaraf Yuda Turana, Menurutnya infeksi COVID-19 tak hanya berkaitan dengan paru-paru tetapi juga bisa mengakibatkan masalah lain dalam tubuh.

“Dulu awalnya kita menyebut COVID-19 terkait dengan penyakit paru-paru, seperti infeksi dan sesak, ternyata setelah sembuh banyak dampak yang lain yang multi-organ. Salah satunya adalah otak,” kata Yuda seperti dilansir dari Antara.

Secara sederhana, brain fog adalah kondisi saat seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif, seperti sulit konsentrasi, sering lupa, hingga sulit mengambil keputusan.

Melansir laman healthline, beberapa orang juga menggambarkan brain fog sebagai kelelahan mental. Tergantung pada tingkat keparahan brain fog, apakah hingga dapat mengganggu pekerjaan atau sekolah.

Apa penyebab brain fog?

Yuda mengatakan bahwa penyebab gangguan kognitif dapat terjadi melalui mekanisme multi-faktor atau lebih dari satu faktor, mulai dari faktor risiko penyakit bawaan, infeksi COVID-19, hingga perubahan status mental atau delirium saat perawatan di rumah sakit.

“Virus COVID-19 dapat secara langsung menginfeksi ke otak penyintas maupun secara tidak langsung karena faktor penyakit kormobid,” katanya.

Yuda juga mengatakan sebelum ada COVID-19, sebuah penelitian pada 2006 telah menunjukkan bahwa pusat memori di otak (hippocampus) sangat rentan terhadap inflamasi atau peradangan.

“Artinya, kalau ada infeksi virus, hippocampus rentan kena. Maka tidak heran kalau pada kasus virus COVID-19 memiliki efek klinis jangka panjang seperti mudah lupa dan sulit konsentrasi,” terangnya.

Sementara itu, melansir laman healthline, ada banyak penjelasan mengapa brain fog terjadi. Berikut enam kemungkinan penyebabnya.

1. Stres

Stres kronis dapat meningkatkan tekanan darah, melemahkan sistem kekebalan tubuh, dan memicu depresi. Ini juga dapat menyebabkan kelelahan mental. Ketika otak Anda lelah, menjadi lebih sulit untuk berpikir, bernalar, dan fokus.

2. Kurang tidur

Kualitas tidur yang buruk juga dapat mengganggu seberapa baik fungsi otak Anda. Usahakan untuk tidur 8 hingga 9 jam per malam. Tidur terlalu sedikit dapat menyebabkan konsentrasi yang buruk dan pikiran keruh.

3. Perubahan hormon

Perubahan hormon juga bisa memicu brain fog. Tingkat hormon progesteron dan estrogen meningkat selama kehamilan. Perubahan ini dapat mempengaruhi memori dan menyebabkan gangguan kognitif jangka pendek.

Demikian pula, penurunan kadar estrogen selama menopause dapat menyebabkan pelupa, konsentrasi yang buruk, dan pemikiran yang kabur.

4. Pola makan

Diet juga dapat berperan dalam kabut otak. Vitamin B-12 mendukung fungsi otak yang sehat, dan kekurangan vitamin B-12 dapat menyebabkan brain fog.

Jika Anda memiliki alergi atau kepekaan makanan, brain fog dapat berkembang setelah makan makanan tertentu, seperti

- MSG

- aspartam

- kacang kacangan

- susu

Sehingga menghindari jenis makanan yang bisa memicu alergi bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah atau memperbaiki gejalanya.

5. Kondisi medis

Kondisi medis yang terkait dengan peradangan, kelelahan, atau perubahan kadar glukosa darah juga dapat menyebabkan kelelahan mental. Misalnya, brain fog adalah gejala sindrom kelelahan kronis, yang melibatkan kelelahan terus-menerus selama lebih dari enam bulan.

Orang yang memiliki fibromyalgia mungkin mengalami fogginess serupa setiap hari. Kondisi lain yang dapat menyebabkan brain fog meliputi:

- anemia

- depresi

- diabetes

- Sindrom Sjögren

- migrain

- penyakit alzheimer

- hipotiroidisme

- penyakit autoimun seperti lupus, arthritis, dan multiple sclerosis

- dehidrasi

Cara mencegah dan mengatasi brain fog

Yuda mengatakan sebetulnya tidak ada evidence-based medicine yang paling ampuh untuk mengatasi gangguan kognitif. Meski begitu, akan selalu ada potencial treatment atau pengobatan yang bisa dilakukan, yaitu dengan cara konsumsi Citicoline.

Selain itu, ia juga menekankan pentingnya kombinasi olahraga fisik, stimulasi mental, dan aktivitas sosial untuk menjaga kesehatan fungsi otak dan mencegah gangguan kognitif di samping tetap menjaga protokol kesehatan serta vaksinasi agar tidak terinfeksi COVID-19.

“Setidaknya jalan dan senam di tempat pun itu olahraga. Stimulasi mental dapat dilakukan dengan cara perbanyak berita positif hindari berita negatif. Terakhir, jangan lupa aktivitas sosial. Ini semua harus dikombinasikan,” pungkasnya.

Baca juga artikel terkait APA ITU BRAIN FOG atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya