tirto.id - Penambahan kasus positif virus corona (Covid-19) di Indonesia dalam jumlah relatif tinggi masih terus terjadi hingga memasuki pekan keempat bulan November 2020.
Kondisi itu menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 masih berlangsung di Indonesia. Oleh karena itu, masyarakat tetap harus disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Protokol yang penting untuk dijalankan ialah 3M: pakai masker dengan cara yang benar; mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir; menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.
Selain itu, Satgas juga meminta masyarakat turut membantu upaya mencegah laju penularan virus corona dengan mendukung strategi 3T (testing, tracing, treatment).
Adapun maksud dari mendukung 3T tersebut adalah: bersedia melakukan testing atau pengecekan kesehatan melalui rapid test dan tes swab jika diperlukan; membuka diri terhadap proses tracing atau penelusuran kontak kasus positif, serta segera menjalani treatment atau perawatan dengan benar apabila merasakan gejala Covid-19.
Kepala Sub Bidang Tracking Satgas Covid-19, dr. Kusmedi Priharto SpOT MKes menjelaskan proses 3T penting untuk memutus rantai penularan Covid-19. Dengan 3T, orang yang tertular Covid-19, baik mengalami gejala maupun tidak, bisa segera diisolasi.
Dia menerangkan proses 3T diawali dengan tracking, atau mencari orang yang sudah terinfeksi virus corona dan mereka yang berhubungan dengannya. Setelah itu, testing dilakukan untuk mengetahui status orang yang sudah terdata dalam proses tracking apakah positif Covid-19 atau tidak.
"Kalau tidak bergejala, orang yang positif itu bisa melakukan isolasi mandiri di rumah atau fasilitas yang disediakan pemerintah," kata Kusmedi dalam dialog yang digelar oleh Satgas pada Senin, 24 November 2020, dan disiarkan akun Youtube BNPB.
"Kalau dia bergejala, apalagi gejala berat, dia [orang yang positif Covid-19] akan dirawat di rumah sakit," tambah dia.
Menurut Kusmedi, pelaksanaan 3T juga bertujuan menemukan orang yang positif Covid-19 sedini mungkin ketika mereka masih mengalami gejala ringan. Sebab, mereka yang menjalani perawatan sejak mengalami gejala sakit ringan, peluangnya sembuh dari Covid-19 lebih besar.
"Penyembuhannya kemungkinan malah tidak memerlukan obat, tapi melalui istirahat yang bagus, peningkatan daya tahan tubuh dengan olahraga atau meminum obat untuk daya tahan tubuh," ujar dia.
Tim Pakar Satgas Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku, Turro Wongkaren mengimbau masyarakat agar bersedia jika harus dites dan terbuka terhadap proses penelusuran kontak. Dia mengingatkan keterbukaan masyarakat dalam proses 3T membantu mencegah penyebaran Covid-19.
Turro mencontohkan, apabila orang yang sebenarnya sudah positif Covid-19 dengan tanpa gejala tidak diketahui status kesehatannya, ia berpotensi menularkan virus corona ke banyak orang termasuk mereka yang berisiko.
"Jadi, kalau mau dites [dan terbuka pada proses tracing] sama saja dengan menjadi pahlawan [menyelamatkan orang lain dari Covid-19]," Turro menjelaskan.
Pemerintah kini masih terus mengejar pencapaian angka testing (pemeriksaan) Covid-19, agar sesuai standar yang direkomendasikan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perlu diketahui, standar jumlah testing per wilayah disesuaikan dengan kepadatan populasi di suatu wilayah
Untuk Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk lebih dari 267 juta jiwa, diperlukan testing sebanyak 267.000 orang per minggu. Sementara pencapaian tertinggi dalam testing di tanah air sudah hampir mendekati standar WHO. Pada minggu ketiga November 2020, testing di Indonesia sudah mencapai 239 ribu atau 88,6 persen.
"Ini adalah angka tertinggi yang pernah kita capai. Kita harus terus meningkatkan jumlah testing hingga tercapai target WHO," ungkap Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito pada Selasa (24/11/2020).
-----------------
Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Editor: Agung DH