Menuju konten utama

Apa Beda 5G dengan Teknologi Generasi Sebelumnya?

Pada 2018, AT&T dan Verizon akan menghadirkan 5G yang diklaim sebagai teknologi revolusioner.

Apa Beda 5G dengan Teknologi Generasi Sebelumnya?
Ilustrasi jaringan 5G. REUTERS/Albert Gea

tirto.id - “Kami tidak bekerja hanya untuk menghubungkan 6 hingga 7 miliar orang, kami akan menghubungkan puluhan miliar benda. Benda itu mungkin ponsel, lampu, mobil, bangunan, peralatan rumah tangga, atau apa pun.”

Ucapan itu keluar dari mulut Asha Keddy, sosok yang memimpin divisi Internet of Things di Intel, dalam sebuah sesi diskusi tentang 5G dalam gelaran Consumer Electronic Show (CES) 2018.

Ucapan Keddy soal 5G seakan-akan membawa para pendengarnya kembali tepat di acara sama setahun lalu. Kala itu, Stephen Mollenkopf, Chief Executive Officer Qualcomm, menyatakan bahwa 5G merupakan teknologi revolusioner. “[Kehadiran 5G akan] memberikan implikasi yang sama [seperti saat umat manusia] diperkenalkan listrik atau mobil,” katanya.

Namun, perbincangan soal 5G tahun ini lebih spesial. Hal ini terkait erat dengan pengumuman yang dilakukan AT&T, Kamis (4/1) lalu. Provider yang cikal-bakalnya didirikan oleh Alexander Graham Bell ini resmi mengungkap rencana pemasangan jaringan mobile 5G di “selusin wilayah” di Amerika Serikat hingga akhir tahun 2018 ini.

Aksi AT&T itu merupakan kelanjutan dari uji coba fixed 5G yang telah dilakukan mereka tahun lalu di beberapa kota di AS. Kota itu ialah Austin, Texas, Michigan, dan Indiana. Pengumuman ini juga menjadi tindak-lanjut dari dipublikasikannya standar jaringan 5G dari The 3rd Generation Partnership Project (3GPP), lembaga internasional yang menaungi masalah jaringan telekomunikasi, akhir bulan kemarin. Standar itu, atau sebut saja buku manual, merangkum bagaimana perusahaan teknologi membuat perangkat, chip, atau apapun terkait 5G.

Selain AT&T, provider lain yang tengah bersiap mewujudkan 5G di 2018 ialah Verizon. Rencananya, di pertengahan tahun ini mereka akan mengimplementasikan 5G di Sacramento dan California, AS. Rencana itu dilakukan selepas melakukan uji coba 5G pada 2017 lalu di California, Georgia, Massachusetts, Michigan, New Jersey, Texas, and Washington, D.C

Dengan demikian, jika perbincangan publik soal 5G di tahun 2017 atau sebelumnya masih berupa wacana, tahun ini akan berbeda. 5G akan menyapa publik pada 2018.

Apa yang dimaksud 5G? Teknologi ini merupakan kelanjutan teknologi jaringan wireless atau nirkabel yang akan menumpang pita frekuensi-tinggi pada spektrum nirkabel antara 30 GHz dan 300 GHz. Pita frekuensi inilah yang memungkinkan 5G mentransmisikan data lebih besar dan lebih cepat dibandingkan pendahulunya.

Dalam tulisan berjudul “Comparative Study on Wireless Mobile Technology: 1G, 2G, 3G, 4G and 5G” yang terbit di International Journal of Recent Trens in Engineering & Research, K. Pandya mengungkapkan bahwa 5G akan mampu menghadirkan kecepatan lebih dari 1 gigabita per detik (Gbps).

Klaim ini kemudian dibenarkan melalui perangkat router 5G garapan Samsung dan Verizon yang dipamerkan pada ajang Mobile World Congress 2017 di Barcelona. Router itu punya kecepatan 4 Gbps. Sementara itu, pada bulan April 2017 di Jakarta, Ericsson mendemonstrasikan koneksi 5G yang sukses memiliki kecepatan di angka 5,3 Gbps.

Karena kecepatannya yang tinggi, Tim Baxter, CEO Samsung Electronics Amerika Utara, mengatakan “5G akan membuat [kabel] fiber [optik] terpasang di saku tiap orang.”

Kecepatan 5G dan Generasi Sebelumnya

5G diklaim, dan sudah seharusnya, memiliki kecepatan paling tinggi dibandingkan “G” yang lain. Sebelum 5G—secara umum dan tanpa memperhitungkan anak sebuah generasi jaringan—ada 4 generasi jaringan: 1G, 2G, 3G, dan 4G.

1G, yang mulai dikembangkan pada dekade 1970an, memiliki kecepatan 2 kilobita per detik (Kbps). 1G sendiri merupakan jaringan analog yang hanya memungkinkan digunakan untuk komunikasi suara, bukan data. Namun, dengan keterbatasan yang dimilikinya itu, Qualcomm melalui publikasi presentasinya yang berjudul “The Evolution of Mobile Technology”, menyebut 1G sebagai “fondasi dunia mobile.”

Secara empiris, ponsel berbasis 1G tak akan bisa digunakan untuk berselancar di dunia maya, apalagi digunakan untuk streaming Youtube atau mengunduh film. Namun, kecepatannya bisa kita hitung. Jika teknologi 1G yang berkecepatan 2 Kbps itu hendak digunakan untuk mengunduh file film sebesar 1 GB, ponselnya akan membutuhkan waktu selama 1 bulan-18 hari-17 jam-2 menit-47 detik untuk menyelesaikan unduhan.

Infografik Komparasi Kecepatan Jaringan Telekomunikasi

Sementara itu, pada teknologi 2G yang menurut Qualcomm disebut (jaringan) mobile untuk khalayak, koneksi data sudah dimungkinkan. Istilah “GPRS” pun akrab bagi para pengguna ponsel berbasis 2G untuk berinternet.

Sayangnya, 2G memiliki kecepatan yang masih minim, yakni 14,4 hingga 64 Kbps. Dengan asumsi file yang diunduh sama, 1GB, ponsel berkekuatan 2G akan membutuhkan waktu selama 6 hari-21 jam-42 menit-3 detik hingga 1 hari-13 jam-16 menit-57 detik untuk menyelesaikannya.

Adapun 3G, sebagai jaringan berpredikat “mobile broadband”, memiliki kecepatan koneksi 2 Mbps. Untuk mengunduh berukuran sama, ponsel berjaringan 3G hanya membutuhkan waktu selama 1 jam-11 Menit-34 Detik untuk menyelesaikannya.

Dan bagi 4G, kecepatan koneksi data sudah semakin cepat. 4G diketahui memiliki kecepatan hingga 200 Mbps (dalam beberapa publikasi disebut 100 Mbps). File film sebesar 1GB hanya membutuhkan waktu selama 42 detik ketika diunduh pada ponsel berbasis 4G.

Terakhir, tentu saja, 5G. Dengan kecepatannya yang lebih dari 1 Gbps, file film berukuran 1GB seharusnya hanya perlu waktu sekedipan mata sampai selesai diunduh. Uji coba infrastruktur 5G yang dilakukan SK Telecom dan KOTSA di Korea, misalnya, mencatat waktu unduh berkas sebesar 1 GB adalah 0,4 detik.

Meski dijanjikan dirilis tahun ini, dunia nampaknya masih harus bersabar untuk mendapatkan generasi terbaru tersebut. Pengalaman dengan teknologi 4G bisa dijadikan contoh.

Di Indonesia, menilik publikasi komunitas Fring, 4G hadir di Indonesia dalam bentuk uji coba sejak pertengahan 2010. Kala itu, Long Term Evolution (LTE), salah satu standar 4G, diperkenalkan oleh Telkomsel. Penyedia layanan ini dulu belum menyebutnya 4G, melainkan 3,9G. Namun, dengan kecepatan yang diklaim mencapai 150Mbps, sesungguhnya "4G" lebih pas menjadi sebutan teknologi itu.

Menurut laporan Open Signal bertajuk “The State of LTE” yang mendata penetrasi 4G di setiap negara per Juni 2017, jaringan 4G di Indonesia hanya mencakup 62,7 persen. Artinya, masih banyak wilayah yang tak tercakup jaringan 4G di indonesia. Padahal, sejak mulai diujicobakan pada 2010, jaringan 4G di Indonesia kini sudah berumur 7 tahun.

Jika melihat lamanya proses kehadiran 4G itu, bukan tak mungkin orang Indonesia akan membutuhkan waktu lama untuk benar-benar bisa merasakan teknologi 5G.

Baca juga artikel terkait PROVIDER INTERNET atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani