Menuju konten utama

Apa Arti Strict Parents, Mengapa Bisa Terjadi dan Apa Dampaknya?

Arti strict parents adalah orang tua yang terlalu ketat memberikan pola asuh pada anak, menempatkan standar, serta memberikan tuntutan tinggi bagi anak.

Apa Arti Strict Parents, Mengapa Bisa Terjadi dan Apa Dampaknya?
Ilustrasi strict parents. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Kata "strict parents" menjadi salah satu pencarian terbanyak di Google Trend pada Rabu (6/7/2022). Bahkan hingga Rabu malam sudah ada lebih dari 20 ribu penelusuran yang mengandung kata "strict parents adalah".

Lantas apa sebenarnya strict parents itu?

Strict parents adalah orang tua yang terlalu ketat dalam memberikan pola asuh kepada anaknya, menempatkan standar, serta memberikan tuntutan tinggi bagi anak-anak mereka.

Sebenarnya, apabila orang tua memaksakan tuntutan dan standar yang tinggi tetapi disertai dengan dukungan dan kasih sayang, maka bisa saja membuat anak merasa termotivasi.

Namun jika sebaliknya, ketika orang tua hanya menuntut secara paksa kepada anak tanpa disertai dengan perhatian, tentu saja akan membuat anak sulit untuk berkembang.

Ciri orang tua yang menerapkan strict parents pada anaknya

Sementara itu, dilansir laman Parenting for Brain, ada beberapa ciri dari orang tua yang menerapkan pola asuh strict parents ini, di antaranya,

1. Orang tua biasanya memiliki banyak aturan yang sangat ketat dan harus dipatuhi oleh anak mereka.

Salah satu contohnya adalah saat orang tua sangat keras melarang anaknya untuk bermain di luar rumah dengan alasan yang tidak jelas.

2. Orang tua biasanya akan menuntut dan memaksa anak mereka untuk mematuhi harapan mereka secara membabi buta.

Tak sedikit kita jumpai hal ini terjadi di masyarakat sekitar kita, seperti contohnya orang tua yang memaksa anaknya harus selalu mendapat peringkat pertama di kelas dan tak mau tahu bagaimana cara anak tersebut untuk mendapat peringkat pertama.

3. Tidak mengizinkan anak mereka untuk mempertanyakan otoritas orang tua.

Merasa selalu benar, tak mau meminta maaf saat melakukan kesalahan pada anak hingga melarang anak untuk bertanya tentang otoritas orang tua juga menjadi salah satu ciri dari strict parents ini.

4. Menghukum dengan berat karena melanggar aturan apa pun.

Menghukum anak secara berlebihan seperti memukul, menyubit hingga memaki lantaran anak melanggar aturan juga tak jarang kita jumpai di sekitar kita. Padahal kadang kala keselahan yang dilakukan anak bukan hal besar seperti lupa menaruh baju kotor ke dalam keranjang baju atau terlambat pulang ke rumah usai bermain.

5. Bersikap dingin dan tidak responsif terhadap anak-anaknya.

Contoh lain dari ciri strict parents adalah orang tua yang bersikap dingin dan tak responsif pada anak, seperti jarang mengatakan "ibu menyayangimu" hingga jarang mengatakan selamat saat anak mendapat prestasi tertentu.

6. Suka menggunakan kata-kata yang mempermalukan dan kasar.

Suka menggunakan kata kasar kepada anak seperti "kamu bodoh, kamu tolol" hingga mempermalukan anak dengan memarahinya di depan umum atau di depan teman-temannya juga menjadi salah satu ciri dari strict parents.

7. Tidak mengizinkan anak mereka untuk ikut serta dalam mengambil keputusan.

Contoh paling sederhana adalah tak mengizinkan anak untuk ikut berkontribusi mengambil keputusan seperti ingin memakai baju apa, atau ingin melanjutkan sekolah di mana juga menjadi ciri lain dari strict parents.

Sementara itu, pola asuh strict parents ini juga bisa berdampak pada hubungan antara anak-anak dengan orang tua, bahkan tak sedikit yang bisa menyebabkan anak mengalami depresi atau masalah psikologis.

Apa saja dampak buruk strict parents pada anak?

Dilansir dari laman Aha Parenting, berikut ini beberapa dampak buruk dari strict parents atau pola asuh orang tua yang terlalu ketat bagi anak-anak:

1. Anak-anak yang dibesarkan dengan terlalu disiplin dan kerap diberi hukuman, maka anak tersebut cenderung mudah marah dan depresi

Hal ini dikarenakan pola asuh anak yang otoriter menjelaskan kepada anak-anak bahwa sebagian dari diri mereka tidak dapat diterima, orang tua juga tidak turut membantu mereka untuk belajar mengatasi dan mengelola perasaan sulit yang mendorong mereka untuk bertindak. Anak-anak dibiarkan kesepian dan mencoba mencari-cari sendiri bagaimana cara mengatasi hal terseb

2. Pola asuh yang ketat membuat anak-anak kehilangan kesempatan untuk menginternalisasi disiplin diri dan tanggung jawab.

Pengekangan yang terlalu keras memang dapat mengontrol perilaku untuk sementara, tetapi Anda harus ingat bahwa hal ini tidak akan membantu anak belajar untuk mengatur diri sendiri. Pengekangan yang keras justru memicu penolakan untuk mengambil tanggung jawab atas diri mereka sendiri.

Perilaku disiplin diri pada anak akan berkembang dari kasih sayang orang tua secara internal. Tak ada seorang pun yang suka dikontrol, jadi tidak mengherankan pula jika anak-anak menolak pengekangan yang tidak disertai rasa empati.

3. Pola asuh yang otoriter, mengekang tanpa empati, dan perilaku didasari karena rasa ketakutan justru akan mengajarkan anak-anak untuk menggertak

Anak-anak cenderung mempelajari apa yang mereka jalani dan meneladani sikap orang tua. Nah, jika anak-anak melakukan apa yang orang tua inginkan karena ketakutan, lantas apa bedanya dengan bullying? Jika orang tua berteriak, maka mereka akan meniru dengan berteriak pula. Bahkan, jika orang tua menggunakan kekerasan, mereka juga meniru dengan kekerasan.

4. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang keras cenderung menjadi seorang yang pemberontak.

Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh yang ketat justru cenderung lebih mudah marah dan memberontak ketika remaja hingga dewasa.

5. Pola asuh yang ketat akan mengajarkan anak-anak bahwa kekuasaan akan selalu benar. Mereka belajar patuh, namun tidak diajarkan untuk berpikir untuk mereka sendiri.

Mereka cenderung tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, atau mereka menghindari tanggung jawab dengan mengatakan bahwa mereka hanya untuk mencoba “mengikuti perintah”.

Kenapa strict parents bisa terjadi?

Lantas apa sebenarnya yang menyababkan terjadinya strict parents ini?

Tak jarang strict parents ini terjadi karena ketidaksengajaan, artinya ada beberapa faktor yang bisa saja menjadi penyebab terjadinya strict parents ini, di antaranya,

1. Memiliki pengalaman yang sama

Penelitian yang berjudul Child Maltreatment menemukan hal yang menarik tentang alasan seseorang menjadi strict parents lantaran mereka juga memiliki pengalaman yang sama ketika masih kecil.

Sedangkan menurut jurnal publikasi Michigan State University, beberapa orang tua yang menjadi strict parents karena faktor kebangsaan, kebudayaan, dan latar belakang etika.

Bagi para orang tua, strict parents merupakan cara yang tepat digunakan untuk mengasuh dan mendisiplinkan anak, seperti yang mereka rasakan dahulu.

2. Merasa paling tahu

Kebanyakan orang tua beranggapan jika mereka paling mengetahui segala hal tentang anak tanpa mempertimbangkan keinginan dan kemampuan sang anak. Misalnya seperti melarang si anak bergaul dengan teman-teman tertentu, padahal yang menjalani pertemanan dan tahu baik buruknya sebuah kelompok adalah sang anak.

Hal inilah yang lantas menjadi salah satu penyebab terjadinya strict parents dan sering kali tak disadari oleh para orang tua.

3. Kepribadian yang kurang menyenangkan

Orang yang memiliki kepribadian yang kurang menyenangkan cenderung kurang berempati dan sering overthingking akan suatu hal. Bahkan, mereka akan sulit memiliki hubungan dengan orang lain, termasuk dengan anaknya sendiri.

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Iswara N Raditya