Menuju konten utama

Angkutan Umum Berpotensi Jadi Korban One Way Lebaran 2019

Pemerintah diminta memperhatikan transportasi umum seperti bus agar tak menjadi korban dari kebijakan one way saat mudik 2019.

Angkutan Umum Berpotensi Jadi Korban One Way Lebaran 2019
Foto udara proyek Jalan Tol Layang Jakarta-Cikampek di KM 19, Bekasi, Jawa Barat, Kamis (16/5/2019). Pemerintah melalui Kementerian PUPR akan menghentikan sementara pengerjaan pembangunan proyek jalan tol layang tersebut sejak H-10 lebaran hingga H+10 untuk menambah kelancaran dan kenyamanan arus mudik dan arus balik. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

tirto.id - PT Jasa Marga memutuskan untuk memberlakukan rekayasa satu arah (one way) di sepanjang jalan tol Cikampek menuju Brebes pada arus mudik dan arus balik Lebaran 2019.

Direktur Operasi Jasa Marga, Subakti Syukur mengatakan penerapan one way ini hanya terbatas mulai Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 69 sampai Jalan Tol Brebes Barat KM 263 pukul 09.00 hingga 21.00. Pada KM 29 hingga 61 di Tol Jakarta-Cikampek akan didahului contra flow yang efektif pada pukul 09.00 hingga 21.00.

Begitu pula saat arus balik pada 8-10 Juni 2019. Sepanjang Tol Brebes KM 263 hingga Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 29-61 akan menerapkan pola serupa.

Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Irjen Refdi Andri memastikan bahwa sistem contra flow dan one way ini dapat mengatasi kepadatan di jalan tol terutama Jakarta-Cikampek selama Lebaran 2019.

Pemberlakuan dua skema ini, kata Refdi, hanya dapat digunakan kendaraan kecil untuk jarak jauh ke arah Semarang. Bagi kendaraan besar, bus, dan pengguna jalan jarak pendek diimbau menggunakan jalur non-tol.

"Sistem contra flow dan one way menjadi skema utama dalam mengatasi kepadatan di jalan Tol Jakarta-Cikampek,” kata Refdi seperti diberitakan Antara, Ahad (26/5/2019).

Ketua Institut Studi Transportasi (Instran), Darmaningtyas menilai keputusan itu diambil lantaran penerapan rekayasa satu arah pada Lebaran 2018 membuat arus mudik maupun arus balik berjalan lancar.

Namun, Darmaningtyas menilai, rekayasa tersebut membuat pengendara yang arah tujuannya berlawanan dengan one way akan menerima efek sampingnya.

Ia menuturkan skema tersebut membuat arah menuju Jakarta akan tersendat saat arus mudik. Sementara saat arus balik, giliran perjalanan ke luar Jakarta yang tersendat. Bahkan, perjalanan Jakarta-Bekasi saja bisa sampai enam jam.

Rugikan Angkutan Umum

Terlepas dari masalah itu, Darmaningtyas meminta pemerintah tetap memperhatikan transportasi umum seperti bus agar tak menjadi korban dari kebijakan ini.

Ia khawatir apabila seluruh lajur Tol Trans Jawa digunakan untuk one way, perjalanan pemudik yang menggunakan bus akan terganggu. Bus yang menuju arah berlawanan dengan one way akan mengalami terlambat sampai tujuan.

Saat ini, kata Darmaningtyas, penggunaan bus akan meningkat seiring dengan masih mahalnya tiket pesawat.

“Sungguh sangat tidak adil bila enam lajur tol Trans Jawa diperuntukkan memanjakan mobil pribadi saja,” ucap Darmaningtyas saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (28/5/2019).

Darmaningtyas tak sepakat apabila bus dialihkan ke jalan nasional non-tol. Ia mengatakan itu akan menambah kepadatan lalu lintas lantaran jalan tersebut digunakan truk sembako, ambulans, mobil pemadam kebakaran, dan pengguna kendaraan bermotor.

“Saya mendukung sistem one way untuk mudik, tapi jangan korbankan angkutan umum penumpang dan barang,” ucapnya.

Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno pun punya kekhawatiran yang sama. Ia mengatakan pemerintah perlu mengantisipasi kepadatan arus kendaraan yang berlawanan dengan one way.

Meski pemberlakuan one way dan contra flow sudah ditetapkan jamnya, Djoko menyarankan hal itu sebaiknya situasional saja. Bila arus kendaraan saat mudik-balik relatif lancar, maka rekayasa lalu lintas itu bisa segera dicabut. Bahkan bila pada hari tertentu sudah tak tampak kepadatan, rekayasa ini tidak perlu diterapkan.

"Tergantung kondisi di lapangan," ucap Djoko saat dihubungi reporter Tirto.

Di samping itu, Djoko juga mengingatkan kemungkinan kemacetan di jalur non-tol karena digunakan sebagai alternatif bagi pengendara lain. Misalnya akibat pasar tumpah atau kondisi jalan yang kurang baik.

Solusi Jasa Marga

Direktur Operasi Jasa Marga Subakti Syukur mengaku perusahaannya sudah mengantisipasi kemungkinan tersebut. Ia menyebut akan ada perlakuan khusus bagi transportasi publik seperti bus selama penerapan satu arah di mudik lebaran 2019.

"Bus diperlakukan secara khusus saat one way. Ini perkembangan kita dengan Korlantas, bus nanti saat sampai simpang Jomin bisa masuk ke Gerbang Cikampek. Nanti di KM 72 diberi lajur khusus agar bisa cepat kembali ke Jakarta untuk angkut penumpang," ucap Subakti.

Di samping itu, Jasa Marga juga akan memberi satu lajur khusus di GT Cikampek Utama 6 untuk mempercepat transaksi bus yang melintas.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2019 atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan