Menuju konten utama

Andy Robertson: Pahlawan Kelas Pekerja Rendah Hati dari Liverpool

"Dibuang" Glasgow Celtic, menjaga toko Mark & Spencer, lalu menjadi bintang di Liverpool

Andy Robertson: Pahlawan Kelas Pekerja Rendah Hati dari Liverpool
Pemain Liverpool Andy Robertson dalam pertandingan semifinal Liga Champion melawan AS Roma di Olympic Stadium, Roma (2/5/18). AP Photo/Alessandra Tarantino

tirto.id - Sejak dua tahun belakangan ini, Liverpool selalu membuat video spesial saat menjelang Natal bertajuk “Christmas Surprise”. Sesuai namanya, video ini menampilkan beberapa pemain ternama The Reds yang datang memberi kejutan kepada anak-anak kecil. Ada yang berlokasi di sebuah sekolah lokal, ada pula di suatu rumah sakit.

Edisi awal (2016) video “Christmas Surprise” menampilkan duo Adam Lallana dan Jordan Henderson. Tahun berikutnya ada Philippe Coutinho, Roberto Firmino, dan Alex Oxlade-Chamberlain. Pada “Christmas Surprise 2018” ini, giliran Mohamed Salah, Xherdan, Shaqiri, dan Andrew Robertson yang tampil.

Berlokasi di dalam aula sebuah sekolah lokal, beberapa anak yang terpilih diwawancarai tentang pemain favorit mereka di Liverpool. Ketika wawancara tengah berlangsung, Salah, Shaqiri, dan Robbo--panggilan Robertson--nantinya akan keluar dari persembunyian untuk mengejutkan anak-anak tersebut. Menariknya, anak-anak yang mengidolakan Everton, rival satu kota Liverpool, juga turut diwawancarai di video ini. Dan mereka, tentu saja, kena ledek dari para pemain The Kop.

Jika menilik nama-nama pemain Liverpool dalam “Christmas Surprise” edisi 2018 ini, tentu Salah dan Shaqiri lebih banyak penggemarnya daripada Robbo. Beberapa anak, bahkan yang mendukung Everton, juga hafal salah satu chant khusus untuk Salah yang biasa dinyanyikan para Kopites di tribun Anfield: “Mo Salah, Mo Salah, Running down the wing, Salah la, la, la, la, la, la, la, Egyptian king…”

Video tersebut kian menggelitik karena dari sekian anak tadi ternyata ada juga yang mengidolakan Robbo. Salah pun sampai terkejut mengetahui hal tersebut. Dengan nada sarkastis, ia bertanya kepada rekannya itu: “Siapa yang ingin kenal Robbo? Anak kecil macam apa yang bermimpi ingin bermain sebagai bek kiri?”

Robbo membalas sambil cekikikan: “Aku adalah pahlawan kelas pekerja.”

Sudah barang tentu sikap saling ledek antara Salah dan Robbo bukanlah sesuatu yang serius. Dalam istilah Inggris, hal demikian dikenal dengan istilah “banter”: ledekan atau guyonan antar kawan. Namun, terlepas dari guyonan atau bukan, Robbo memang kelas pekerja sungguhan.

"Dibuang" Celtic, Jaga Toko Mark & Spencer, Jadi Bintang di Liverpool

Andrew Robertson, lahir di Glasgow, Skotlandia, pada 11 Maret 1994. Karier sepakbolanya dimulai dari tim junior Glasgow Celtic (2009) lalu Queen's Park, sebuah klub amatir di Skotlandia, sepanjang 2009–2012. Musim 2013-2014, Robbo mulai bermain untuk tim senior Dundee United.

Selama memperkuat Dundee, Robbo sudah menunjukkan penampilan yang menjanjikan. Beberapa penghargaan individu pun berhasil diraihnya: Scottish Professional Football League (SPFL) Young Player of the Month pada September dan November 2013; Professional Footballers Association (PFA) Scotland Young Player of the Year pada April 2014; namanya juga termasuk ke dalam skuat PFA Scotland Team of the Year musim 2013-2014.

Dengan penampilan yang impresif seperti itu, Hull City--yang ketika itu masih bercokol di Premier League--kemudian datang meminangnya. Mahar sebesar £2,85 juta pun diserahkan untuk memboyong Robbo ke KCOM Stadium selama tiga musim (2014–2017). Tak butuh waktu lama bagi Robbo untuk bersinar. Pada musim pertamanya, ia sudah terpilih sebagai Hull City’s Player of the Month.

Sementara Robbo terus menunjukkan permainan cemerlangnya, di waktu dan tempat berbeda, Jurgen Klopp masih terus dipusingkan dengan tidak adanya bek kiri yang memuaskan di Liverpool. Sejak ia datang ke Anfield pada 2015 lalu, tercatat ada dua nama yang menempati posisi bek kiri: Joe Gomez dan Alberto Moreno. Nama terakhir, yang didatangkan £12 juta dari Sevilla pada 2014, semestinya menjadi pilihan utama. Namun karena terus dilanda cedera, Moreno tak pernah benar-benar menunjukkan performa puncak.

Untuk mengatasi hal tersebut, Klopp sempat menempatkan James Milner sebagai bek kiri. Performanya cukup apik, hanya saja Milner bukan bek kiri yang natural. Nama Robbo pun kemudian muncul di radar Klopp. Tak butuh pikir panjang, pada 21 Juli 2017, Robbo dipinang The Reds dengan mahar £8 juta dari Hull City.

"Rasanya cukup sureal. Tak ada klub yang lebih spesial dibanding Liverpool," ujarnya.

Robbo tidak sedang menjilat untuk meraih simpati Klopp atau Kopites. Ia memang mengidolakan Liverpool. Awal Januari lalu, ketika The Reds mengalahkan Manchester City dengan skor 4-3, barulah Robbo mulai benar-benar mencuri hati para pendukung Liverpool melalui penampilannya.

Perlu waktu cukup lama bagi Robbo untuk mencapai level sekarang. Enam tahun lalu, Celtic melepasnya ke Queen’s Park karena posturnya dianggap terlalu kecil. Ia bersedih, tentu saja, sebab keinginannya bermain di klub yang ia dukung itu seolah sirna begitu saja.

“Jika kamu dibiarkan pergi dari Celtic, klub yang kamu dukung, lalu pindah ke Queen’s Park, orang akan berpikir itu adalah bencana. Saya kira ketika itu saya tidak menangis, tapi jelas saya merasa amat sedih. Sebagai pemain muda, rasanya mimpimu seperti dihapus begitu saja. Tapi saya memiliki beberapa orang baik yang selalu ada untuk saya, dan itulah hal terbaik yang terjadi,” ujar Robbo kepada The Guardian.

Di Queen’s Park, Robbo menekuni sepakbola sambil bekerja di toko Mark & Spencer karena klub amatir itu hanya sanggup membayar biaya perjalanan pemain. “Di Queen’s Park, pemain hanya mendapat biaya perjalanan, jadi saya menyambi kerja di M&S di Sauchiehall Street di Glasgow.”

Keadaan tersebut sempat membuat Robbo frustasi yang turut ia cuitkan di akun Twitternya. “Hidup di usia sekarang seperti sampah jika tak memiliki uang.” Ketika Donald McRae dari Guardian menanyakannya kembali tentang cuitan tersebut, Robbo tidak berusaha mengelak. Ia justru mengamininya: “Hidup memang seperti itu bagi banyak anak muda.”

Mungkin karena pernah merasakan bagaimana sulitnya menjalani hidup itulah Robbo enggan terlena dengan popularitasnya yang kini menjulang. Ketika mengetahui ada seorang Kopite muda bernama Alfie Radford yang menyumbang uangnya untuk bank makanan di sekitar Anfield, Robbo pun terkesima. Ia lantas mengirimi anak itu surat dan sebuah jersey Liverpool. Namun, bukan jersey bertuliskan namanya yang dikirim Robbo, melainkan Firmino.

“Saya memiliki sebuah jersey Roberto Firmino musim ini dan memintanya menandatangani untukmu. Ngomong-ngomong, terima kasih atas apa yang sudah kamu lakukan untuk bank makanan. Mari kita sama-sama jujur, Alfie, tidak ada yang menginginkan jersey seorang bek kiri, sebab itulah saya memberikan jersey Bobby untukmu. Tidak apa-apa, ya. Saya pastikan semua rekan saya mengetahui apa yang telah kamu lakukan. Kamu telah membuat LFC bangga, Alfie. Saya yakin keluargamu juga demikian,” tulis Robbo di surat tersebut.

Infografik Andy Robertson

Infografik Andy Robertson

Berita mengenai hal tersebut dengan cepat tersebar di dunia maya. Namun Robbo rupanya tidak terlalu tertarik dengan itu semua. “Surat itu menyebar dengan cepat, dan, jujur, saya tidak menghendakinya. Bank makanan adalah program yang selalu saya dukung karena tidak ada alasan bagi siapa pun untuk tidak bisa makan."

Lagi-lagi, Robbo tidak asal bicara demi meraih simpati. Pada ulang tahunnya ke-21, Robbo meminta kawan dan keluarganya agar menyumbang minimal £20 untuk bank makanan, ketimbang menghadiahi atau mengadakan pesta besar untuknya.

“Hadiah umum yang biasa diberikan ketika ulang tahun ke-21 adalah sebotol vodka atau sampanye dan ketika itu saya memang tidak suka minum. Pada akhir musim, saya hanya menikmati beberapa gelas bir dengan ayah saya. Jadi, jika ada seseorang mau membelikan saya sebotol vodka, saya minta lebih baik mereka donasikan saja uang £20 itu," katanya.

Pada final Liga Champions 2018, Robbo berhadapan langsung dengan salah satu pemain terbaik sepanjang sejarah, Cristiano Ronaldo. Liverpool memang akhirnya kalah 1-3 dalam laga tersebut akibat dua blunder fatal kiper Loris Karius. Tapi tidak demikian untuk Robbo. Dengan kerja kerasnya, keteladanannya, dan sikap rendah hatinya, ia berhasil memenangkan hati para fans Liverpool di manapun.

Dan kini, dari setiap penjuru Anfield, akan selalu ada ribuan kopites yang menyanyikan chant khusus bagi working class hero yang rendah hati itu di tiap laga.

“Oh, Andy, Andy… Andy, Andy, Andy, Andy Robertson…”

Baca juga artikel terkait LIVERPOOL atau tulisan lainnya dari Eddward S Kennedy

tirto.id - Olahraga
Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Nuran Wibisono