tirto.id - Anak susah BAB atau konstipasi adalah hal yang umum terjadi dan merupakan pertanda adanya gangguan dalam sistem pencernaan.
Ada dua ciri utama konstipasi, yaitu frekuensi buang air besar yang jarang serta memiliki feses yang keras dan kering.
Penyebab anak mengalami sembelit bisa bermacam-macam. Mulai dari kurang air, perubahan pola makan, hingga aktivitas sehari-hari.
Anak susah BAB biasanya bersifat sementara. Meski demikian, konstipasi tetap harus ditangani dengan tepat agar tidak menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Gejala Anak Susah BAB
Berikut adalah beberapa gejala khas konstipasi pada anak dilansir dari laman myoclinic:
- Frekuensi buang air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu
- Buang air besar yang keras, kering, dan sulit untuk dikeluarkan.
- Sakit saat buang air besar
- Perut terasa sakit
- Adanya bekas bercak kotoran di celana dalam anak. Hal ini menandakan bahwa fesesnya masih tertahan di rektum.
- Adanya darah di permukaan feses yang keras.
Penyebab Anak Susah BAB
Berdasarkan informasi dari laman WebMD, berikut adalah beberapa hal yang menyebabkan sembelit pada anak-anak:
1.Pola makan
Mayoritas anak yang susah BAB disebabkan oleh faktor makanan. Bayi yang beralih dari ASI ke susu formula atau baru mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) juga bisa menimbulkan masalah konstipasi.
Anak yang terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan, produk susu, atau makanan manis dapat mengalami susah BAB.
Sembelit juga akan terjadi ketika anak-anak kurang asupan makanan berserat seperti sayur, buah, dan biji-bijian.
Tak hanya makanan, air juga punya peran penting dalam mencegah konstipasi. Kurangnya asupan cairan akan membuat feses menjadi keras dan kering sehingga membuat susah BAB.
2. Menahan BAB
Menahan BAB terlalu lama juga bisa menyebabkan konstipasi. Hal ini biasa terjadi pada anak-anak sekitar umur dua tahun atau yang sedang dalam masa usia aktif bermain.
Saking asyiknya bermain, mereka kadang menahan diri untuk tidak BAB atau pergi ke toilet.
Dalam beberapa kasus, anak-anak malas ke toilet karena malu atau takut, terutama saat di luar rumah dan harus menggunakan toilet umum.
Hal ini membuat anak-anak menahan BAB yang akhirnya berujung pada masalah konstipasi.
3. Trauma susah BAB
Seorang anak yang pernah mengalami sembelit dan merasa kesakitan saat BAB bisa menjadi trauma atau takut untuk buang air besar lagi. Akibatnya, anak akan menahan diri untuk tidak BAB karena takut sakit.
Hal ini menyebankan feses menumpuk di usus bagian bawah. Feses yang menumpuk semakin lama akan semakin besar dan keras sehingga sangat sulit untuk dikeluarkan.
4. Perubahan rutinitas
Perubahan rutinitas yang dimaksud adalah adanya aktivitas yang tidak biasa, misalnya satu keluarga pergi berlibur ke tempat lain.
Hal ini akan membuat anak-anak tidak bisa menggunakan toilet rumah yang biasa mereka pakai.
Sebagian anak-anak kadang enggan menggunakan toilet umum karena sudah terbiasa dengan toilet di rumah. Akibatnya, anak-anak lebih suka menahan BAB yang akhirnya akan berujung pada konstipasi.
5. Kurangnya aktivitas fisik
Anak-anak yang tidak terlalu aktif bergerak juga bisa mengalami konstipasi. Aktivitas fisik seperti olahraga bisa membantu melancarkan sistem pencernaan sehingga terhindar dari masalah konstipasi.
6. Sakit
Perubahan nafsu makan karena sakit perut atau penyakit lainnya juga akan mempengaruhi pola makan sehingga menyebabkan anak susah BAB.
7. Obat-obatan
Beberapa jenis obat dan suplemen dapat menyebabkan konstipasi pada anak-anak. Obat nyeri golongan narkotik maupun suplemen tinggi zat besi adalah contoh obat yang dapat membuat anak susah BAB.
Namun perlu diperhatikan juga bahwa susu formula bayi dengan kandungan zat besi rendah tidak akan menyebabkan konstipasi.
8. Faktor fisik dan penyakit tertentu
Masalah anatomi pada usus, anus, dan rektum dapat menyebabkan konstipasi kronik, namun hal ini jarang sekali terjadi.
Cerebral palsy atau gangguan sistem saraf lainnya juga bisa berpengaruh pada kemampuan anak dalam hal buang air besar.
Cara Mengatasi Anak Susah BAB
Jika anak mengalami susah BAB, berikut beberapa cara untuk mengatasinya:
1. Ubah pola makan
Sediakan makanan penuh serat dan kurangi produk susu untuk anak-anak. Makanan berserat yang sangat bagus bagi pencernaan adalah buah yang mengandung sorbitol seperti mangga, pir, dan prune.
Sayuran yang direkomendasikan adalah brokoli serta kacang-kacangan. Jika ingin jenis makanan lainnya, sediakan sereal atau roti gandum yang tinggi serat.
Pastikan juga anak-anak mendapat asupan air yang cukup. Meski demikian, batasi konsumsi susu hingga 16 ons/hari.
2. Tingkatkan aktivitas fisik
Berikan motivasi pada anak-anak agar mereka lebih aktif bergerak. Ajak mereka beraktivitas di luar rumah seperti jalan-jalan, lari, atau olahraga setidaknya 30-60 menit setiap hari.
3. Atur kebiasaan BAB
Buatlah rutinitas pergi ke toilet untuk anak-anak saat siang hari. Misalnya setelah makan ajak mereka untuk jongkok/ duduk di toilet selama 10 menit.
Jika mereka berhasil BAB, berikan apresiasi agar anak-anak lebih semangat dan tidak ragu untuk pergi ke toilet.
4. Pengobatan medis
Jika semua cara sudah dicoba dan konstipasi tidak juga mereda, kunjungi dokter untuk mendapatkan pengobatan medis. Konsultasikan juga makanan apa saja yang harus dihindari maupun dikonsumsi.
Makanan Pelancar BAB untuk Balita
Anak susah BAB perlu diberi asupan serat dan cairan yang cukup. Mengutip dari laman NIDDK, berikut adalah beberapa makanan yang bisa melancarkan BAB pada balita.
- Sayuran: brokoli, kacang polong, wortel, sawi hijau
- Buah-buahan: jeruk, pir, buah beri (stroberi, bluberi, rasberi, dll), apel dengan kulitnya
- Kacang-kacangan: kacang merah, kedelai, buncis, kacang hitam, almond, kacang tanah, pecan
- Biji-bijian utuh (whole grain): roti gandum utuh, oatmeal
- Pisang
- Es krim
- Keju
- Keripik
- Makanan cepat saji
- Susu murni dalam jumlah berlebih
- Makanan olahan (makanan kaleng, minuman ringan, sosis, dll)
Penulis: Erika Erilia
Editor: Dhita Koesno