Menuju konten utama

Anak Muda: Terus Aktif, Terus Bergerak

Generasi 2020 menghadapi ujian besar pandemi, dan harus tetap bertahan.

Anak Muda: Terus Aktif, Terus Bergerak
Ilustrasi pengendara motor. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pandemi ini memang bikin susah banyak orang. Namun disadari atau tidak, anak muda adalah salah satu golongan yang terdampak paling besar. Kaum yang dikenal aktif dan energetik ini seakan dipaksa untuk berdiam diri di rumah. Mereka tak bisa pergi ke sekolah, jelas mustahil datang ke festival musik dan konser, tak kuasa menonton bioskop, atau sekadar nongkrong beramai-ramai di kafe langganan. Dengan energi besar yang tak tersalurkan, maka tak salah kalau banyak anak muda mengalami stress yang berpengaruh besar terhadap kesehatan mental mereka.

Begitu pula soal kerjaan. Berdasarkan laporan dari Organisasi Buruh Internasional (ILO), lebih dari satu dari enam pekerja muda harus kehilangan pekerjaan karena pandemi. Mereka yang masih bisa bekerja pun, harus mengalami pemotongan jam kerja sebanyak 23 persen, yang artinya berkurang pula pendapatannya. Menurut laporan ILO, kini ada sekitar 267 juta anak muda yang menganggur.

“Pandemi ini berdampak tiga kali lebih besar bagi para anak muda. Tidak hanya menghancurkan pekerjaan mereka, pandemi ini juga mengganggu pendidikan dan pelatihan mereka, juga menciptakan aral besar bagi mereka yang akan masuk ke pasar kerja, atau yang akan pindah kerja,” tulis laporan ILO.

Dalam artikel yang dirilis oleh World Economic Forum, Rory Daniels juga menulis bahwa anak muda adalah pihak yang paling butuh dukungan di kala pandemik ini. Mengutip laporan dari NYA, Rory menulis bahwa setidaknya 84 persen anak muda di Inggris mengalami kesehatan mental yang memburuk dikarenakan, “…penutupan sekolah, juga karena tak bisa mengakses dukungan kesehatan mental.”

Masalahnya, pandemi ini tak akan bisa benar-benar diabaikan sebelum vaksin ditemukan. Di beberapa tempat, tes vaksin sudah mulai dicoba. Namun, sebagian besar pakar kesehatan beranggapan vaksin baru akan tersedia luas pada pertengahan 2021. Maka tak heran kalau selagi menunggu vaksin selesai dibuat dan tersedia, banyak pemerintah dunia menyarankan untuk “hidup berdampingan” dengan pandemi, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Ini juga terjadi di Indonesia.

“Covid memang belum ada anti virusnya, tapi kita bisa mencegah. Artinya jangan menyerah, hidup berdamai dalam penyesuaian kehidupan. Ke sananya yang disebut the new normal, atau tatanan kehidupan baru,” ujar Bey Machmudin, Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden.

Maka ketika tatanan baru dicanangkan, orang-orang kembali mencoba berkegiatan. Anak-anak muda mulai kembali bekerja. Jalanan mulai dipenuhi mereka yang mencari nafkah.

Infografik Advertorial Yamaha

Infografik Advertorial Anak Muda Terus Bergerak. tirto.id/Mojo

Tak Menyerah Walau Dilamun Badai

Di masa pandemi yang menekan banyak orang ini, banyak orang, termasuk anak-anak muda memilih jadi kurir pengantar barang dan makanan, profesi yang sedang naik daun. Dari laporan Kementerian Keuangan dan Kemenko Perekonomian, ada enam sektor yang berpotensi meraup untung di masa sulit ini. Salah satunya adalah jasa logistik. Ini dilirik oleh anak-anak muda yang kehilangan pekerjaan, atau yang selama ini menjadikan kurir sebagai profesi sampingan.

Yamaha memahami betul semangat anak-anak muda yang pantang menyerah di kala susah seperti ini. Untuk menemani anak muda terus bergerak, Yamaha memasarkan banyak varian motor yang bisa diandalkan untuk segala kegiatan dan suasana. Yamaha, salah satu jenama penguasa pasar motor di Indonesia, memiliki banyak produk motor berkapasitas 125 cc seperti Mio S, Mio M3, Mio Z, juga Soul GT.

Bagi anak muda yang energetik, Yamaha menghadirkan produk Yamaha Lexi. Produk ini punya keunggulan bodi yang padat, ringan dan tampak elegan dan mewah. Lampu depan yang berukuran besar dan memakai LED memberikan jaminan look yang mewah, dan cahaya yang lebih terang.

Selain itu ada pula Yamaha FreeGo yang digadang-gadang sebagai “matic yang menakjubkan.” Bagaimana tidak, FreeGo punya banyak fitur unggulan yang bisa dengan mudah membuat orang jatuh hati. Ia punya bagasi besar dengan kapasitas 25 liter yang bisa menampung lebih banyak barang bawaan, termasuk helm full face standar Yamaha. Dengan kapasitas 25 liter, bagasi ini berukuran sama dengan motor yang berukuran lebih besar seperti NMAX.

FreeGo yang mempunyai ban tubeless 12 inci ini juga dilengkapi fitur Smart Front Refuel, sehingga kamu tak perlu membuka jok ketika mengisi bensin. Dilengkapi dengan LED dan lampu hazard, membuat FreeGo punya fitur keamanan berkendara lebih apik.

Yamaha juga sadar bahwa anak muda punya karakter dinamis, sekaligus ingin tetap efisien dan hemat. Karena itu produk-produk baru Yamaha semisal Lexi maupun FreeGo punya benang merah: efisien, hemat, sekaligus dinamis.

Dua produk baru Yamaha ini sama-sama mengusung mesin Blue Core 125 cc. Ini adalah teknologi mesin terbaru yang dikembangkan oleh Yamaha, yang membuat mesin bisa punya energi lebih besar tapi sekaligus menjadi lebih hemat dan efisien perkara bahan bakar.

Dengan mesin BlueCore, baik Lexi maupun FreeGo bisa mengirit bahan bakar hingga 50 persen. Blue Core juga punya emisi lebih rendah, yang sejalan dengan keinginan banyak anak muda untuk memakai motor yang lebih ramah lingkungan. Mereka juga sama-sama punya colokan listrik yang bisa dipakai untuk mengisi daya ponsel. Ini adalah fitur penting bagi anak muda yang tak bisa lepas dari ponsel di setiap kegiatannya.

Motor-motor Yamaha sudah sejak lama menjadi bagian dari anak muda Indonesia. Sejak Yamaha Mio mengaspal pada 2003 dan mengawali perubahan besar dalam industri sepeda motor di Indonesia, Yamaha tetap menjadi merek yang bisa diandalkan oleh anak-anak muda dan pekerja profesional.

Para pemuda generasi pandemi ini, yang oleh banyak orang disebut sebagai Class of 2020, yang harus jatuh bangun dan pantang mengibar bendera putih, bisa menjelma jadi satu generasi baru yang berhasil menyintas dari lamun badai besar.

Sama seperti Silent Generation yang tangguh karena harus menghadapi era Depresi Besar dan banyak perang, atau Generasi X yang gamang mengalami perubahan besar dalam peradaban tapi tetap kokoh, generasi 2020 mungkin kelak akan menepuk dada sembari berujar, “kami telah berhasil bertahan dari pandemi yang mengerikan.”

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis