tirto.id - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, hingga saat ini ia belum dapat memastikan kapan waktu tes cepat atau rapid test COVID-19 akan dilakukan, karena alat tersebut belum datang.
"Waktu 'rapid test'-nya kapan? tergantung, karena sampai hari alatnya belum datang, mau dapat berapa kami juga belum tahu, tapi kami sudah siapkan skenarionya jika terjadi lonjakan (jumlah pasien COVID-19, red.), 'social distancing' (pembatasan sosial) atau upaya preventif gagal," ujarnya.
Dilansir Antara, jika sudah menerima alat pemeriksaan cepat COVID-19, Ganjar siap menerjunkan tenaga kesehatan untuk mengaplikasikannya kepada warganya yang diduga terinfeksi COVID-19.
Ia juga mengimbau seluruh masyakat untuk tetap tinggal di rumah masing-masing dan menaati instruksi pemerintah dan tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak sebagai upaya antisipasi meluasnya penyebaran COVID-19 di Jateng.
"Kami minta tolong, 'please' tinggal di rumah," katanya.
Ganjar menambahkan, pemeriksaan cepat atau rapid test corona COVID-19 akan dilakukan berdasarkan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) COVID-19 di suatu daerah.
"Prioritas 'rapid test' (pemeriksaan cepat) berdasarkan dari data ODP yang paling banyak. Kalau kita lihat data ODP yang paling banyak adalah Kota Semarang dan Kabupaten Temanggung," katanya di Semarang, Senin (23/3/2020).
Jika sudah menerima alat pemeriksaan cepat COVID-19, Ganjar siap menerjunkan tenaga kesehatan untuk mengaplikasikannya kepada warganya yang diduga terinfeksi COVID-19.
Rapid test ini dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona COVID-19, yang hingga Senin (23/3/2020) ini sudah menginfeksi 579 orang di Indonesia.
"Menggunakan pemeriksaan imunoglobulin sebagai upaya tes screening awal dan bisa dilaksanakan secara massal adalah sebuah keputusan yang baik," kata Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Achmad Yurianto saat Konferensi Pers di Gedung BNPB, Kamis (19/3/2020).
Metode pemeriksaan coronavirus ini ada beberapa macam, dilihat dari sensitifitasnya. Untuk virus ini yang paling sensitif adalah pemeriksaan dengan metode molekuler yaitu menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Beberapa negara sudah melakukan hal ini dan kita juga akan melaksanakannya. Tujuannya adalah untuk secepatnya bisa mengetahui tentang kasus positif COVID-19 yang berada di masyarakat," kata dia.
Editor: Agung DH