Menuju konten utama

Alasan Kenapa Belum Ada Jadwal Vaksin COVID-19 untuk Anak-anak

Hingga saat ini, kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk berdomisili di Indonesia yang berusia minimal 18 tahun.

Alasan Kenapa Belum Ada Jadwal Vaksin COVID-19 untuk Anak-anak
Vaksinator menyiapkan vaksin COVID-19 Sinovac dosis kedua sebelum disuntikan ke tenaga kesehatan saat Gebyar Vaksin COVID-19 di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung, Jawa Barat, Rabu (17/2/2021). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/wsj.

tirto.id - Pemerintah saat ini tengah gencar untuk melakukan vaksinasi COVID-19 kepada tenaga kesehatan hingga pekerja publik dan salah satu merk vaksin COVID-19 yang digunakan di Indonesia adalah Sinovac.

Menurut Kemenkes, vaksin memang tidak 100 persen membuat kita kebal dari COVID-19. Namun, dengan vaksin COVID-19 akan mengurangi dampak yang ditimbulkan jika kita tertular COVID-19. Vaksin COVID-19 bekerja dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin.

Hingga saat ini, kelompok prioritas penerima vaksin adalah penduduk berdomisili di Indonesia yang berusia minimal 18 tahun. Lantas bagaimana dengan anak-anak atau mereka yang berusia di bawah 18 tahun, apakah boleh mendapat vaksin COVID-19?

Melansir FAQ seputar pelaksanaan vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes kelompok penduduk berusia di bawah 18 tahun dapat diberikan vaksinasi apabila telah tersedia data keamanan vaksin yang memadai dan persetujuan penggunaan pada masa darurat (emergency use authorization) atau penerbitan nomor izin edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Iris Rengganis mengatakan bahwa vaksin Sinovac belum dipastikan aman bagi kelompok usia anak-anak sebab masih dalam penelitian.

"Belum bisa dikatakan demikian (aman), masih penelitian," katanya seperti dilansir Antara.

Pernyataan tersebut disampaikan Iris terkait klaim perusahaan Sinovac bahwa vaksin COVID-19 mereka aman dan efektif untuk anak-anak usia 3-17 tahun.

Akan tetapi, Iris menegaskan bahwa vaksin untuk kelompok anak dan remaja saat ini telah memasuki tahap uji klinik fase 3. "Kita masih menunggu," katanya.

Saat ini sejumlah pihak juga sedang meneliti keamanan vaksin COVID-19 untuk anak pada rentang usia di bawah 16 tahun.

"Saya juga pernah baca yang remaja ada salah satu vaksin yang 16 tahun mulainya dari remaja," katanya.

Iris menambahkan penggunaan vaksin untuk kelompok anak harus dilakukan secara bertahap, karena usia anak rentan terhadap penularan COVID-19.

"Usia anak justru perlu divaksin, tapi untuk penelitian pun lebih hati-hati, makanya diambil usia aman 18 hingga 59 tahun," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum IDAI, Aman Bhakti Pulungan mengatakan hingga saat ini lembaganya belum mengeluarkan rekomendasi apapun terkait vaksinasi COVID-19 untuk anak.

"Sampai saat ini belum ada data update untuk vaksin anak. Tentu IDAI Belum keluarkan rekomendasi apapun imunisasi untuk anak," kata dia.

Aman mengatakan vaksin Sinovac saat ini baru direkomendasikan pada peserta dengan rentang usia 15 hingga 59 tahun. IDAI berharap sejumlah penelitian terkait keamanan vaksin untuk anak dapat segera terwujud.

"Kalau wacana tentu kita akan sangat mengharap, tapi apakah aman?, sangat besar kemungkinan itu aman, tapi kan data-datanya belum. Dan dari BPOM juga belum ada. Kalau nanti akan ada untuk anak pasti IDAI lah yang pertama untuk mengeluarkan pernyataan," katanya.

Sebelumnya, Direktur medis Sinovac, Gang Zeng, mengatakan uji klinis tahap awal dan menengah dari 550 lebih subjek menunjukkan bahwa vaksin tersebut akan memicu respons kekebalan. Dua penerima vaksin usia tiga tahun dan enam tahun mengalami demam tinggi sebagai respons terhadap vaksin.

“Sementara subjek uji coba lainnya mengalami gejala ringan. Ini menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan akan menghasilkan respons imun yang berpotensi berguna terhadap SARS-CoV-2, tentu sangat disambut baik,” kata Zeng dalam siaran pers, Senin (22/3/2021).

Baca juga artikel terkait VAKSIN COVID-19 atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH