Menuju konten utama

Akui Bertemu Prabowo, Aria Bima Bantah Tawarkan Posisi Cawapres

Aria Bima membantah peretemuannya dengan Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, untuk menawarkan posisi cawapres Jokowi.

Akui Bertemu Prabowo, Aria Bima Bantah Tawarkan Posisi Cawapres
Ilustrasi. Massa kader dan simpatisan Partai Gerindra saat puncak perayaan HUT ke-10 Gerindra di Lapangan Arcici, Cempaka Putih, Jakarta, Minggu (11/3/2018). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Aria Bima mengaku sempat menemui Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto.

"Kemarin memang ada pertemuan dengan Pak Prabowo," kata Aria, di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/4/2018).

Aria juga mengaku dekat secara pribadi dengan Prabowo sejak kampanye Pilpres 2009 sewaktu Gerindra dan PDIP berkoalisi. Saat itu, ia mengaku sering bersafari politik ke daerah bersama mantan Danjen Kopassus tersebut.

Namun, Aria membantah pertemuannya dengan Prabowo kali ini bertujuan untuk menawarkan posisi cawapres Jokowi, melainkan hanya berdiskusi seputar ekonomi.

"Saya banyak menjelaskan mengenai perubahan sistem distrubusi bulog, jadi saya gak bicara cawapres," kata Aria.

Aria juga mengaku pertemuan tersebut bukan atas perintah Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, meskipun telah diketahui oleh yang bersangkutan. Karena, menurutnya, pertemuan tersebut bersifat silaturahmi biasa sehingga tidak perlu ada perintah.

Lagi pula, kata Aria, dirinya bukan pengurus PDIP yang mempunyai porsi untuk menawarkan posisi cawapres kepada Prabowo. "Saya ndak sepenting itu," kata Aria.

Hanya saja, Aria mengaku memang kerap berdiskusi dengan pengurus Gerindra perihal Pilpres 2019 dalam kapasitas pertemanan. Salah satunya terkait peluang pasangan Jokowi-Prabowo di Pilpres 2019.

"Saya sampaikan jangan sampai bangsa terbelah. Pak Prabowo merupakan salah satu figur yang komit terhadap soal kebangsaan," kata Aria.

Kabar tawaran Jokowi kepada Prabowo untuk berpasangan memang tengah santer akhir-akhir ini. Baik dari politikus partai oposisi, maupun dari politikus partai koalisi pendukung Jokowi.

Dari sisi oposisi, tawaran Jokowi dianggap sebagai upaya menciptakan Pilpres dengan calon tunggal dan menggembosi demokrasi. Sebaliknya, dari sisi koalisi pendukung Jokowi tawaran tersebut dianggap sebagai upaya mempersatukan bangsa.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Yandri Daniel Damaledo