tirto.id - Apa yang Anda lakukan saat berusia 16, 17, dan 18 tahun? Tawuran, pacaran, sekolah serius atau ikut ekstrakurikuler sekolah?
Jika pertanyaan yang sama ditujukan kepada Gianluigi Donnarumma, maka jelas jawaban yang muncul sederhana: bermain di Serie A bersama AC Milan. Ia bahkan belum berusia 17 tahun, lebih tepatnya 16 tahun 242 hari. Di usia belia itu, ia sudah bermain di Liga tempat Fransesco Totti, Paolo Maldini, sampai Roberto Baggio mencari nafkah untuk keluarganya.
Satu tahun kemudian, menjadi pemain Italia termuda yang melakukan debut di timnas Italia sejak 1911 pada usia 17 tahun 6 bulan pada akhir 2016. Lebih muda 2 tahun 3 bulan dari debut Gianluigi Buffon, penjaga gawang legendaris Italia bersama timnas pada 1997.Gianluigi Donnarumma
Pada usia 18 tahun, tampil untuk kali pertama sepanjang 90 menit bersama timnas saat Italia membungkam Belanda 2-1 di Amsterdam Arena pada 28 Maret 2017. Tampil dengan cukup tenang, Donnarumma melakukan beberapa penyelamatan penting sehingga gawang tidak kebobolan lagi setelah Alessio Romagnoli mencetak gol bunuh diri pada menit ke-10.
Setelah sempat ketinggalan 0-1, tim asuhan Giampiero Ventura ini langsung menyamakan kedudukan usai Eder mencetak gol dengan tendangan keras menyusur tanah satu menit kemudian. Lalu Leonardo Bonucci membalikkan keadaan jadi 2-1, setelah menyambar bola tepisan Jeroen Zoet di muka gawang pada menit ke-32.
“Saya senang sekali dengan jalannya pertandingan malam ini. Setelah kebobolan, kami kembali kompak. Mulai bermain dengan cara yang kami lakukan sejak awal dan menyadari bahwa gol bunuh diri itu cuma momen buruk,” ujarnya.
Permainan apik Donnarumma mengundang decak kagum.
“Yang paling mengesankan (dari Donnarumma) adalah ketenangannya,” ujar Augusto De Bartolo, jurnalis Skysport untuk Italia yang tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.
“Tekniknya akan berkembang juga secara mengagumkan. Dia adalah penjaga gawang yang lengkap, efisien di depan gawang, punya akurasi yang baik saat harus keluar menjemput bola, dan terampil membangun serangan dari bawah,” tambahnya.
Bocah ini memang ajaib. Saat diperkenalkan di Tim Primavera Milan pada pertengahan 2015, Silvio Berlusconi tampak terkejut dengan sosok penjaga gawang yang begitu tinggi dari barisan skuad muda. Sambil menjabat, Presiden Milan ini bertanya, “Berapa tinggimu?”
“197,” jawab Donnarumma. Berlusconi tersenyum. Ia tahu sedang menjabat talenta emas di klub miliknya.
Saat masih berusia 11 tahun, seperti yang ditulis dalam laporan Paolo Bandini untuk The Guardian, Marinella, ibu Donnarumma, hampir selalu membawa akta kelahiran anaknya setiap akan memainkan pertandingan. Berlaga di liga anak-anak dekat rumah mereka di Teluk Naples, Donnarumma memang terlihat lebih tinggi belasan sentimeter daripada tinggi wajar anak-anak seusianya.
Jadi hal lumrah kemudian saat orang tua dari pemain lawan sering protes karena merasa Donnarumma telah mencuri usia. Saat usianya 11 tahun, tingginya hampir seperti orang dewasa, tentu saja ini aneh. Itulah mengapa, pekan demi pekan, Marinella akan selalu menyelipkan dokumen lengkap mengenai anaknya hanya untuk menghentikan tuduhan-tuduhan tersebut.
Lima tahun kemudian, Donnarumma sudah berada di lapangan dengan seragam Milan. Bersalaman dengan orang paling penting di klubnya, dan diseleksi langsung oleh Sinisa Mihajlovic, pelatih Milan saat itu.
“Saya tidak memandang usia, saya melihat apakah seorang pemain itu bagus atau tidak,” ujar pelatih yang kini melatih Torino, “Bocah itu berlatih dengan baik dan sekarang dia memberi saya kepercayaan diri.”
Dengan cepat posisi Diego Lopez, sosok yang menyingkirkan Iker Casillas di Real Madrid, segera digusur untuk memberi tempat bagi remaja yang mungkin belum mimpi basah saat menjalani latihan perdana bersama Carlos Bacca, Ricardo Montolivo, atau Ignazio Abate ini. Harapan pun muncul pelan-pelan, tak terkecuali dari legenda hidup Milan. “Saya berharap Donnarumma bisa memiliki karier seperti saya dan saya pikir dia juga berharap seperti itu,” tutur Paolo Maldini.
Ironisnya, penjaga gawang yang kemudian lebih dipilih Mihajlovic ini menggagalkan kemenangan perdananya sebagai pelatih Torino di awal musim ini. Berhadapan dengan Milan di San Siro, datang sebagai lawan, tim asuhan Mihajlovic mendapat penalti. Andrea Belotti melakukan eksekusi, dan sayang sekali, Donnarumma bisa menebak arah. Torino kalah.
“Jika saja saya tahu dia akan menggagalkan penalti, saya tidak akan memberikannya debut waktu itu,” kata Mihajlovic dengan nada bercanda.
Cita-cita Donnarumma untuk bisa berkarier seperti kakaknya, Antonio Donnarumma, sudah kesampaian. “Setiap saya keluar dari terowongan (di San Siro, kandang Milan) dan pergi menuju bangku cadangan, saya menghidupkan kembali impian masa kecil saya,” tutur Donnarumma.
Nasib Donnarumma bahkan jauh lebih baik. Kakaknya yang juga baru berusia 26 tahun masih berjibaku bersama Genoa, sedangkan Donnarumma sudah mendapat lirikan dari Bruno Tedino, Pelatih Italia U-17. “Dia penjaga gawang nasional masa depan, saat mengejutkan dunia atas debutnya di Serie A pada 2015," katanya.
Sayangnya, jalan menuju penjaga gawang timnas masih panjang. Sekalipun berhasil bermain apik melawan Belanda tadi malam, Donnarumma masih harus menghadapi lawan-lawan yang terlalu berat untuk disingkirkan. Lawannya di timnas kali ini bukan sekelas Diego Lopez, melainkan Buffon. Pemain yang sudah malang melintang dan punya reputasi mentereng bahkan jauh sebelum Donnarumma lahir ke dunia.
“Jika Donnarumma punya kesempatan, itu artinya Buffon memang telah rela untuk pensiun,” ujar Fransesco Toldo.
Mantan pemain Fiorentina ini mengakui bahwa akan sulit bagi Donnarumma untuk menjadi penjaga gawang utama timnas selama sosok Buffon masih aktif sebagai pesepakbola. Toldo menyadari betul bagaimana penampilan bagusnya selama bermusim-musim menjadi percuma karena Buffon berada di level yang berbeda. Toldo pun baru menjadi penjaga gawang utama saat Piala Eropa 2000, itu pun karena Buffon harus mangkir karena cidera.
Namun usia yang masih sangat muda membuka kemungkinan menjadi penjaga gawang utama timnas Italia masih bisa terbuka lebar. “Dia baru 18 tahun dan masih bisa jauh lebih baik lagi,” ujar Christian Abbiati.
Dengan berbagai pengalaman dan—tentu saja—tinggi badan yang luar biasa untuk ukuran remaja berusia 18 tahun, peluang tersebut sudah menemukan jalannya. Apalagi Giampiero Ventura, Pelatih Timnas Italia, sudah memberi kepercayaan besar padanya. Memainkan sebuah laga melawan timna sekelas Belanda di kandang lawan, jelas bukan kepercayaan yang bisa dipandang remeh. Sebuah tanda bahwa Ventura memang menyiapkan pengganti untuk rencana pensiun Buffon setelah Piala Dunia 2018.
Jika Buffon ternyata batal pensiun dua tahun lagi, Marinella, ibu Donnarumma, mungkin bisa mengajukan protes yang sama seperti orang tua pemain lawan anaknya tujuh tahun silam di Teluk Naples. Tentu bukan dengan cara menunjukkan akta kelahiran anaknya, namun dengan menunjukkan tahun kelahiran Buffon.
Penulis: Ahmad Khadafi
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti