Menuju konten utama
18 September 1970

Aksi Nyentrik Jimi Hendrix, Mantan Serdadu yang Jadi Dewa Gitar

“Jimi adalah seorang gitaris yang sangat andal. Akan tetapi bekerja bersama ataupun di sebelah dia merupakan hal yang sangat sulit.”

Aksi Nyentrik Jimi Hendrix, Mantan Serdadu yang Jadi Dewa Gitar
Ilustrasi Mozaik Jimi Hendrix. tirto.id/Gery

tirto.id - Meski karier musiknya singkat karena mati muda, namun hingga hari ini Jimi Hendrix dikenang sebagai salah satu musisi paling kreatif dan berpengaruh di abad ke-20. Kiprahnya sebagai pelopor kreasi suara gitar listrik serta karakternya yang inovatif, berpadu dengan gaya yang nyentrik membuatnya menjadi sumber referensi para gitaris muda.

Sejak usia sangat muda, orang tuanya sudah melihat tanda-tanda minatnya terhadap instrumen gitar listrik. Menurut ayahnya, ketika Jimi disuruh untuk menyapu kamarnya sendiri, sapu itu justru ia perlakukan seperti gitar.

Jimi Hendrix lahir di Seattle, AS, dengan nama Johnny Allen Hendrix. Belakangan, ayahnya mengubah namanya menjadi James Marshall Hendrix. Sejak kecil, Jimi senang mengamati para musikus tenar seperti B.B. King, Muddy Waters, Buddy Holly, hingga Robert Johnson. Hal ini membentuk gairahnya dalam bermusik.

Pada musim panas tahun 1958, Jimi mendapatkan sebuah gitar akustik bekas yang dibelikan oleh ayahnya seharga 5 Dollar. Tak lama kemudian ia bergabung dengan band The Velvetones. Namun, tiga bulan kemudian dia keluar dan fokus mengembangkan permainan gitarnya sendiri. Setahun berselang, Jimi mendapatkan gitar listrik pertamanya. Lagi-lagi gitar itu ia dapatkan dari ayahnya yang membelikan gitar model Supro Ozark 1560s. Jimi pun kembali penasaran dan menjajal lagi peruntungan, ia bergabung dengan band The Rocking Kings.

Seperti remaja lain seusianya, Jimi mengikuti wajib militer. Pada 1961 ia memutuskan keluar dari rumah orang tuanya dan bergabung dengan pasukan penerjun payung. Ia terhitung cukup baik di kesatuannya sehingga berhak mendapatkan penghargaan "Screaming Eagles" dalam divisi pasukan penerjun payung. Meski sedang menjalankan wajib militer, kesehariannya tidak jauh dari musik. Ketika Jimi ditempatkan dalam pasukan yang bertugas di Fort Campbell, Kentucky, ia sempat membentuk band The King Casuals bersama pemain bas Billy Cox.

Berkibar Bersama Jimi Hendrix Experience

Ketika aktif di militer, Jimi sempat mengalami cedera cukup parah saat melakukan terjun parasut. Cedera itu membuatnya terpaksa keluar dari kesatuan untuk proses penyembuhan. Aktivitas militer yang hilang membuatnya memiliki lebih banyak waktu untuk kembali fokus bermain gitar. Ia pun bekerja sebagai gitaris lepas dengan nama panggung Jimmy James.

Pada periode inilah Jimi berkenalan dan terlibat dalam berbagai aksi panggung bersama sejumlah musikus seperti Ike dan Tina turner, Sam Cooke, Isley Brothers, hingga Little Richard. Pengalamannya itu membuatnya berani membentuk band sendiri yang ia namakan Jimmy James and the Blue Flames. Dengan band ini ia mulai tampil sebagai gitaris tulen yang gemar memamerkan kemampuannya di atas panggung.

Aksi panggungnya yang nyentrik itu dengan cepat mendorongnya ke puncak karier dan popularitas. Hal itu tidak lepas dari aksi "blusukan" yang dilakukannya sejak pertengahan 1965. Kala itu Jimi main di tempat-tempat kecil sehingga popularitasnya dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut.

Tak lama setelah penampilan mengesankannya di berbagai lokasi kecil, ia bertemu dengan musisi Inggris Chas Chandler yang juga produser dan manajer musik. Chandler yang terkesan dengan kemampuan Jimi kemudian mengajaknya untuk pindah ke London dan membentuk grup band yang benar-benar baru.

Sebagai manajer baru, Chandler ingin mengubah nama Jimmy James menjadi Jimi. ketajaman Chandler dan visi bisnisnya dengan cepat menarik perhatian publik Inggris. Ia memboyong Jimi dan mengatur dibentuknya band Jimi Hendrix Experience bersama penabuh drum Mitch Mitchell dan pembetot bas Noel Redding. Hingga musim gugur 1966, band baru ini telah sukses menjadi pembicaraan luas di London.

Single pertamanya, "Hey Joe", sempat bertengger di tangga lagu Inggris selama 10 minggu. Pada awal 1967 single itu bertahan di posisi ke-6. Kesuksesan ini disusul dengan dirilisnya album penuh yang diberi judul Are You Experienced yang bernuansa Psychedelic. Di kemudian hari, album ini menjadi salah satu album rock paling populer sepanjang masa.

Kesehatannya Menurun

Sukses besar Jimi Hendrix Experience di Inggris tak langsung membuat popularitas band itu meledak di AS. Baru pada Juni 1967 ketika mereka tampil di Monterey International Pop Festival, seluruh publik musik rock Amerika tertuju pada mereka. Penampilan mereka malam itu benar-benar membius penonton.

Jimi dan teman-temannya selalu tampil meledak-ledak, lengkap dengan lengkingan gitar hasil eksplorasi suara yang kemungkinan besar belum pernah dilakukan sebelumnya. Mereka juga semakin nyentrik. Tak tanggung-tanggung, dalam aksinya membawakan single "Wild Thing", Jimi membakar gitar dan membantingnya hingga hancur. Dalam satu malam saja, tur mereka menjadi salah satu aksi musik paling laris di dunia.

Pada 1968, Jimi telah memiliki visi yang jauh lebih jelas untuk petikan gitarnya. Ia mulai meluangkan lebih banyak lagi waktu untuk melakukan eksplorasi suara. Di New York, Jimi membangun studio Electric Lady Studios. Namun ketika tawaran untuk tur membludak, band mereka justru dibubarkan pada 1969. Noel Redding, sang pembetot bas, mengatakan kepada majalah Rolling Stone bahwa selama tiga tahun di band itu, ia sering tak menikmati bekerja dengan Jimi. Baginya, Jimi seperti punya masalah dengan dirinya sendiri.

“Jimi adalah seorang gitaris yang sangat andal. Akan tetapi bekerja bersama ataupun di sebelah dia merupakan hal yang sangat sulit,” ujarnya.

Infografik Mozaik Jimi Hendrix

Infografik Mozaik Jimi Hendrix. tirto.id/Rangga

Kemungkinan besar, salah satu kesulitan itu adalah karena Jimi tidak bisa membaca ataupun menulis musik. Karena belajar otodidak dan tidak pernah sekalipun menerima pendidikan musik formal, maka musik yang ia hasilkan seringkali terbatas di dalam kepalanya sendiri. Oleh karena itu, ia kerap hanya bisa menampilkannya dalam permainan gitar dan bukan dalam bentuk tulisan yang lebih mudah dipahami orang.

Selain itu, ciri khasnya yang gemar mempermainkan distorsi, improvisasi, serta eksperimen untuk menghasilkan suara baru membuatnya lebih sulit dipahami. Pada musim panas 1969, Jimi tampil di gelaran Woodstock. Ia bergabung dengan ansambel Gypsy Sun & Rainbows yang menampilkan Jimi bersama Mitch Mitchell, Billy Cox, Juma Sultan, dan Jerry Velez.

Setelah penampilannya di Woodstock, Jimi harus menghadapi berbagai permasalahan yang berujung pada indikasi gangguan kesehatan yang akut. Dalam berbagai kesempatan ia sampai harus menenggak obat tidur untuk bisa beristirahat. Sharon Lawrence, dalam bukunya Jimi Hendrix: The Man, The Magic, The Truth (2005:202) menuliskan kegelisahan Jimi kala itu.

“Aku tidak bisa tidur dan tidak bisa membuat musik. Segalanya terasa sulit,” ujar Jimi.

Keadaan semakin parah karena Jimi tidak bisa berhenti menenggak minuman keras dan obat-obatan terlarang. Beberapa kerabat dekatnya bahkan sempat kesal karena menurut mereka, ketika mabuk Jimi akan menjadi orang yang benar-benar menyebalkan.

Pada 17 September 1970, Jimi beristirahat seharian bersama pacarnya Monika Dannemann di London. Di malam hari, ia sempat mengunjungi temannya sebelum kembali pulang jelang subuh dan tidur. Siangnya, Monika menemukan Jimi tidak menanggapinya ketika dibangunkan. Monica segera menghubungi petugas medis yang langsung membawa Jimi ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit St Mary Abbot. Tak lama kemudian, Dr. John Bannister mengumumkan bahwa Jimi telah tiada. Ia meninggal dalam pada usia 27 tahun.

Baca juga artikel terkait JIMI HENDRIX atau tulisan lainnya

tirto.id - Musik
Kontributor: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh