tirto.id -
Pelaku yang hingga kini belum diketahui namanya itu menyerang dua anggota polisi yang baru selesai salat Isya dengan sebilah pisau sangkur.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, peristiwa penusukan dua anggota polisi itu terjadi sekitar jam 19.40 WIB ketika dua korban yakni Ajun Komisaris Dede Suhatmi dan Briptu M Syaiful Bachtiar sedang melakukan salat Isya di Masjid Faletehan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pelaku semula ikut salat bersama sekitar 20 anggota Brimob yang sedang jeda. Sekitar pukul 19.40 WIB, pelaku tiba-tiba menyerang dengan pisau merek Cobra seraya berteriak "Thogut".
Pelaku kemudian juga mengancam jamaah yang ada di masjid itu sambil mengacungkan pisau. Usai melakukan penusukan, pelaku kemudian melarikan diri ke arah Terminal Blok M sambil mengacungkan pisau dan mengancam anggota Brimob yang sedang bertugas. Ia akhirnya dilumpuhkan anggota Kepolisian, sementara kedua korban langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Pertamina, tak jauh dari lokasi kejadian.
"Masih dalam pendalaman. Masih olah TKP," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di lokasi kejadian.
Polisi yang menjadi korban langsung berusaha menangkap pelaku tersebut. Setelah diberi tembakan peringatan dan pelaku terus menunjukkan tanda perlawanan, korban akhirnya dilumpuhkan hingga tewas. Motif dan jaringan korban masih misterius.
"Ini hampir sama seperti di Medan, nyerang anggota," lanjut Setyo. "Belum tahu (jaringan pelaku), nanti lihat perkembangan."
Saksi mata yang ditemui Tirto menggambarkan sosok pelaku teror sebagai orang beringas, tanpa rasa takut. Tika, warga yang sedang berjaga di warung pribadinya tak jauh dari lokasi kejadian, menggambarkan sosok pelaku yang sama sekali tidak memperlihatkan rasa takut meski habis menikam polisi.
"Pelaku langsung mati di tempat. Ditembak," katanya sambil menggigit jari.
Tika yang berada di TKP sempat khawatir menjadi korban. "Untung enggak bareng saya, kalau bareng (maka) ketembak juga saya. Orang nembaknya depan saya, kaki saya masih berat, enggak bisa lari," jelas Tika.
Saksi mata lainnya, Edo, menuturkan hal yang sama. Ia melihat pelaku terlihat tenang saat keluar masjid. Dia bahkan tidak ketakutan. Setelah keluar dari masjid pelaku berjalan mengarah ke terminal blok M.
"Dia tenang banget, saat keluar dari masjid dia seperti cari mangsa lain," katanya.
Setelah pelaku berjalan ke arah terminal lalu seorang polisi dari dalam masjid keluar mengejarnya. Kebetulan polisi tersebut membawa senjata api genggam. Bukannya menjauh dan lari ketakutan, si pelaku malah menghampiri polisi tersebut hendak melakukan serangan lagi. Setelah dua kali tembakan peringatan tidak dihiraukan, si pelaku pun diberi timah panas dua kali.
"Jarak polisi dan pelaku sekitar 10 meter. Wajar saja pelakunya ditembak wong dia agresif mau serang polisi," kata Edo.
Pelaku kata Edo memakai kemeja biru kotak-kotak. Tinggi badannya 175 cm dengan tubuh agak gempal. "Dia enggak bawa tas. Cuma kemeja dan celana saja," tambah Edo.
Setelah kejadian, polisi langsung mengamankan warga yang berada di TKP. Mereka diminta menjauh, karena dikhawatirkan ada serangan susulan, sebagaimana yang terjadi saat bom di Kampung Melayu akhir Mei lalu.
Baca juga: Serangan-serangan Terhadap Kepolisian
Tika mengungkapkan, pelaku tersebut masih menggenggam senjata dan hendak menyerang polisi meski sudah ditembak. Pelaku akhirnya berhasil dilumpuhkan dengan muka yang separuh tertutup simbahan darah. "Warung saya ditutup jadinya. Bahaya kata polisi, bisa ada satu (serangan) lagi," lanjut Tika.
Personel Polri menyiapkan peralatan untuk menyisir area penyerangan di Masjid Falatehan, Jakarta, Jumat (30/6). Tirto/Arimacs Wilander
"Itu masjid emang ramai sama polisi. Biasa pada mandi, cuci kaki, salat di situ," ujarnya.
Kakak Tika, Andik, mengaku kaget dengan kejadian ini. Sebelum Isya, Andik mengaku berjalan dari warung untuk membeli pulsa. Ketika hendak kembali, ia dicegat satpam dan mendengar kabar bahwa ada serangan teroris di masjid.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti