Menuju konten utama

Ahok Perlu Belajar dari Prabowo, Jokowi, dan Anies

Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra, Aryo Djojohadikusumo, menyayangkan pernyataan Ahok saat di Balai Kota pada Sabtu (11/2) lalu.

Ahok Perlu Belajar dari Prabowo, Jokowi, dan Anies
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat berada di dalam bus Transjakarta yang membawanya ke Balai Kota DKI Jakarta, Selasa (14/2/2017). (ANTARA News/ Arindra Meodia)

tirto.id - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dari Fraksi Gerindra, Aryo Djojohadikusumo, menyayangkan pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), saat di Balai Kota pada Sabtu (11/2) lalu. Dalam acara serah terima jabatan dengan Plt Gubernur Sumarsono itu, Ahok berkata bahwa memilih calon kepala daerah berdasarkan agama melanggar konstitusi.

Menurut Aryo, di masa tenang ini sudah seharusnya komitmen menjaga suasana yang kondusif ditegakkan oleh setiap pasangan calon (paslon).

“Kami tidak ingin mengomentari, biar warga sendiri yang menilai. Namun saya sangat menyayangkan hal itu, karena kami sudah berkomitmen menjaga situasi yang kondusif menjelang pemilihan. Kami ingin berkomitmen mendinginkan suasana, menyejukkan, serta bersama-sama menyukseskan. Kita enggak mau berbicara suku, agama dan ras. Seluruh warga Jakarta yang majemuk bersama-sama menginginkan pemilihan yang sukses,” kata Aryo kepada Tirto di Jakarta, Senin (13/2) kemarin.

Keponakan Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto ini menambahkan, sejatinya Ahok masih perlu belajar bagaimana bersikap selayaknya masyarakat Indonesia. Ia menilai selama ini Ahok belum mampu mencontohkan hal tersebut seperti halnya Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, maupun Anies Baswedan.

“Pak Ahok ini mungkin perlu lebih banyak belajar sikap masyarakat indonesia yang sesungguhnya. Pak Prabowo sudah menunjukkan hal itu, Pak Presiden Jokowi juga sudah, bahkan Mas Anies dan tokoh-tokoh lain saya rasa sudah menunjukkan sikap tersebut secara konsisten. Saya sih berharap gubernur petahana ini bisa mencontohkan hal yang sama. Tapi kan kenyataannya di lapangan berbeda,” kata Aryo.

Aryo yang merupakan anggota komisi VII itu menambahkan sejarah keluarnya Ahok dari Partai Gerindra pada 2014 lalu membawa cerita tersendiri. “Kan waktu beliau mendaftar itu mengucapkan ikrar kader partai dan lain sebagainya. Dan bahwa beliau meninggalkan Gerindra dengan sejarah yang seperti itu, saya rasa sudah kelihatan seiring berjalannya waktu. Pak Ahok ternyata sifatnya konsisten seperti yang kita lihat selama ini,” tutup Aryo.

Dalam konteks pidato Ahok saat sertijab itu, ia mengimbau agar para pegawai negeri sipil bersikap netral terhadap hal yang sedang menimpa dirinya. “Kalau berdasarkan agama saya tak mau berdebat, karena gara-gara itu saya disidangkan. Tapi kalau (Anda) memilih berdasarkan agama, saya mau bilang kalau Anda melawan konstitusi,” ujar Ahok saat itu.

Kini Ahok telah aktif kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta, berbarengan dengan berakhirnya masa kampanye dan memasuki saat masa tenang. Ahok sendiri telah cuti dari jabatannya selama 3,5 bulan, terhitung sejak 28 Oktober 2016 hingga 11 Februari 2017 lalu.

Aktifnya Ahok ini tentu menuai perdebatan. Pasalnya, saat ini ia tengah berstatuskan terdakwa dalam kasus dugaan penistaan agama yang bergulir sejak masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017.

Baca juga artikel terkait AHOK-DJAROT atau tulisan lainnya dari Tresna Yulianti

tirto.id - Politik
Reporter: Tresna Yulianti
Penulis: Tresna Yulianti
Editor: Damianus Andreas