Menuju konten utama

Ahok-Djarot Menang di Layar Android

Ada beberapa aplikasi terkait pemilihan gubernur DKI Jakarta. Dari beberapa aplikasi itu, aplikasi yang diluncurkan pasangan Ahok-Djarot adalah yang paling ramah bagi pengguna.

Ahok-Djarot Menang di Layar Android
ILUSTRASI. Pemenang Lomba Aplikasi Pilkada Banten Heru Utomo memperlihatkan ponsel dengan aplikasi Pilgub Banten di Serang, Selasa (10/1). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/

tirto.id - Seiring perkembangan zaman, segala macam sendi kehidupan manusia juga mengalami perubahan. Terutama dalam bidang teknologi. Penyelenggaraan pemilihan kepala daerah tahun ini, tak luput mencicipi perkembangan teknologi tersebut.

Untuk menghindari dicurangi, para calon kepala daerah DKI Jakarta membuat aplikasinya sendiri-sendiri. Aplikasi-aplikasi dibuat terutama pada ponsel platform Android. Memprioritaskan platform Android adalah hal yang wajar. Menurut data IDC, perangkat pintar Android menguasai market share sebesar 86,8 persen.

Pasangan nomor urut 1 Agus Yudhoyono-Sylviana Murni punya aplikasi bernama Jaga Agus Sylvi. Pasangan Basuki Tjahaja-Purnama-Djarot Saiful Hidayat diwakili aplikasi bernama Kawal Pilkada, sedangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno mengandalkan aplikasi iCount Saksi.

Mencoba Aplikasi

Ketika dicoba (pada 3 Februari 2016), aplikasi Jaga Agus Sylvi dari tim pasangan nomor 1 ternyata tidak bisa dijalankan. Error. Lalu aplikasi tertutup begitu saja. Aplikasi Jaga Agus Sylvi ini dicoba dijalankan menggunakan perangkat pintar berbasis Android versi Kitkat, Android versi keempat.

Menurut riset yang dipublikasikan di Statista, market share Kitkat adalah yang tertinggi dalam keluarga Android. Versi Kitkat memperoleh 27,7 persen market share, versi Lolipop atau versi 5.1 memperoleh market share 21,9 persen, sedangkan versi Android Marshmallow atau versi 6.0 memperoleh market share 18,7 persen. Sisanya tersebar merata di versi-versi Android lain.

Aplikasi dari pasangan Basuki-Djarot jauh lebih baik. Saat dicoba, aplikasi ini berjalan lancar. Tampilan muka Kawal Pilkada mirip dengan tampilan aplikasi Google Maps dan mirip pula dengan aplikasi Go-Jek saat Anda memilih lokasi penjemputan. Bedanya, aplikasi Kawal Pilkada menampilkan lokasi-lokasi Tempat Pemungutan Suara (TPS) sesuai data GPS perangkat pintar si pengguna.

Fitur utama aplikasi ini adalah mengumpulkan informasi dari pengguna atau crowdsourcing perihal data pemilihan saat Pilkada DKI Jakarta berlangsung. Si pengguna diminta untuk ikut berpartisipasi mengumpulkan informasi bagi aplikasi Kawal Pilkada dengan memfoto kertas C1 di TPS masing-masing pengguna.

Selain itu, aplikasi Kawal Pilkada memiliki kemampuan untuk mengecek apakah si pengguna telah terdaftar sebagai pemilih di Pilkada DKI Jakarta atau tidak. Fitur itu memanfaatkan database NIK atau Nomor Induk Kependudukan dan database Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta. Secara garis besar, aplikasi Kawal Pilkada memiliki user interface atau tampilan yang cukup baik. Pengguna bisa dengan mudah memanfaatkan fitur-fitur yang tersedia tanpa harus mempelajarinya.

Aplikasi iCount Saksi dari pasangan Anies-Sandi, seperti Jaga Agus Sylvi, juga tidak bisa dijalankan. Namun penyebabnya berbeda. Aplikasi Jaga Agus Sylvi eror, sedangkan aplikasi iCount Saksi tidak bisa digunakan karena proses registrasi di aplikasi tersebut tidak berjalan dengan baik. Saat mencoba registrasi, tampilan utama aplikasi itu tidak terbuka. Tidak ada pula pemberitahuan yang masuk ke email layaknya proses registrasi layanan-layanan di internet.

Selain aplikasi-aplikasi yang diluncurkan tim pemenangan, ada pula aplikasi independen yang diluncurkan untuk Pilkada DKI Jakarta ini. Nama aplikasi tersebut adalah MataRakyat. MataRakyat diluncurkan oleh PT Intouch Innovate Indonesia. Dalam aplikasi MataRakyat, pengguna akan melihat hitungan mundur waktu pelaksanaan Pilkada DKI, perhitungan cepat atau quick count, dan e-saksi.

Pengguna yang ingin terlibat dalam e-saksi dalam aplikasi MataRakyat, diharuskan untuk memasukkan informasi-informasi kependudukan yang berhubungan dengan Pilkada DKI. Ia berguna sebagai penyaring, apakah informasi yang diberikan valid atau tidak. Saat data telah valid, pengguna bisa memberikan perihal Pilkada DKI di wilayahnya pada aplikasi MataRakyat.

Selain aplikasi pengawasan, ada juga beberapa aplikasi lain yang memiliki tema spesifik. Misalnya aplikasi GoAhok2 PSI dan Ahokmented untuk pasangan nomor urut 2. Juga ada aplikasi bernama Aksi Relawan dan Relawan AniesSandi untuk pasangan nomor urut 3. Aplikasi-aplikasi tersebut dibuat untuk memberikan informasi perihal calon yang hendak dipilih si pemilih secara spesifik.

Infografik Aplikasi Populer di Smartphone

Sebenarnya, adanya aplikasi-aplikasi bertema pemilihan bukanlah hal aneh. Terutama di Amerika Serikat. Aplikasi paling menarik terkait pemilihan di Amerika Serikat adalah Voter. Aplikasi ini bekerja mirip aplikasi pencari pasangan Tinder. Di Voter, pengguna disuguhkan beberapa pilihan. Pengguna ditanya apakah setuju dengan Tembok Trump, legasisasi ganja, dan lain-lain.

Pertanyaan-pertanyaan dalam aplikasi Voter punya berbagai tingkatan, mulai dari hal-hal ringan, sedang, hingga berat. Jika setuju, pengguna hanya perlu menggeser atau swipe ke kanan. Jika tidak, tinggal geser ke kiri. Hebatnya, pilihan setuju atau tidak setuju itu juga dilengkapi dengan informasi-informasi yang relevan.

Informasi tersebut berasal dari omongan-omongan atau janji-janji para calon presiden di Amerika Serikat. Saat pengguna selesai memilih setuju atau tidak terhadap pernyataan yang diberikan dalam aplikasi Voter, pengguna akan diberikan saran siapa kandidat yang cocok dengan sikapnya tersebut.

Memanfaatkan teknologi dalam demokrasi merupakan hal penting untuk merangkul calon pemilih. Salah satu caranya adalah menguasai ponsel pintar lewat aplikasi-aplikasi terkait pemilihan umum.

Baca juga artikel terkait PILGUB DKI JAKARTA 2017 atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Maulida Sri Handayani