tirto.id - Hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan pasangan calon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat memperoleh suara 42,95 persen, kemudian Anies Baswedan-Sandiaga Uno 40,77 persen dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebesar 16,88 persen, Rabu (15/2/2017).
Peneliti LSI Ade Mulyana kepada pers mengatakan, dengan hasil hitung cepat tersebut, maka pasangan Ahok-Djarot dan pasangan Anies-Sandi maju ke putaran II Pilkada DKI, sedangkan pasangan Agus-Sylvi tersingkir dari putaran II, seperti dikutip dari Antara.
Kendati demikian, kata Ade, masyarakat diharapkan menunggu hasil resmi Pilkada DKI 15 Februari 2017 versi penghitungan total KPU DKI pada akhir Februari.
Metodologi hitung cepat LSI dengan mengambil sampel 350 TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang tersebar secara proporsional dan dipilih secara acak di seluruh Jakarta. Data hasil Pilkada yang masuk ke server LSI sebesar 95.71 persen dari 350 TPS, Rabu, pukul 16.50 WIB. Pemilih Pilkada DKI mencapai 77,69 persen dan tingkat golput (tidak mengikuti pilkada) 23,31 persen.
Sementara itu, Jumlah pemilih resmi pada pilkada DKI 2017 sebanyak 7.108.589 orang dan jumlah TPS sebanyak 13.023 TPS se-Jakarta.
Ade Mulyana mengatakan, berdasar rilis LSI pada Jumat (10/2/2017) atau 5 hari sebelum pencoblosan, memprediksi dua hal:
Pilkada DKI akan berlangsung dua putaran dan terbukti benar berdasarkan hitung cepat LSI. Dukungan calon berada dalam ambang batas yaitu Agus-Sylvi (24,4 - 39,6 persen); Ahok-Djarot (27,2 - 39,2 persen); Anies-Sandi (25,6- 38,4 persen).
Ade menjelaskan, suara pasangan Agus - Sylvi yang mencapai 16,88 persen pada hitung cepat LSI antara lain disebabkan beberapa isu yang memerlukan pengujian lebih lanjut.
Pertama, terjadi Efek Antasari Azhar. Ekpose berita soal Antasari yang menyatakan SBY inisiator kriminalisasi dirinya menjadi berita besar. Berita ini digulirkan secara massif sehari sebelum pencoblosan. SBY memang sudah memberikan jawaban, dan melaporkan Antasari ke jalur hukum.
"Namun discourse SBY versus Antasari ternyata lebih banyak merugikan Agus. Suara Agus beralih lebih banyak ke Anies, dan terutama ke Ahok. Data quick count menunjukkan pro dan kontra isu itu sangat punya efek elektoral," kata Ade.
Kedua, pemilih yang golput sekitar 22 persen. Ini lebih rendah dibanding pilkada DKI sebelumnya yang umumnya di atas 30 persen. Yang datang ke TPS memang lebih banyak dibanding pilkada sebelumnya.
Ade menambahkan, dari studi golput yang dilakukan LSI terhadap kasus beberapa wilayah, golput umumnya datang dari pemilih menengah bawah. Segmen menengah bawah itu lebih banyak pendukung Agus. Golput yang lebih banyak dari kalangan menengah bawah lebih merugikan dukungan cagub Agus.
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri