Menuju konten utama

Ahmad Dhani dan Pengaruh Selebritas dalam Kontes Politik

Ahmad Dhani, Taylor Swift, Jay Z, hingga Beyonce pernah ikut berkecimpung dalam kampanye politik. Seberapa berpengaruhkah mereka sebagai selebritas dalam menaikkan elektabilitas seseorang?

Ahmad Dhani dan Pengaruh Selebritas dalam Kontes Politik
Terpidana kasus ujaran kebencian Ahmad Dhani mengacungkan kedua tangan seusai menjalani sidang putusan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (28/1/2019). Majelis hakim memvonis Ahmad Dhani dengan hukuman satu tahun enam bulan penjara, dan atas putusan hakim tersebut kejaksaan langsung menahan terpidana. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan.

tirto.id -

Usai tersandung kasus ujaran kebencian dan pelanggaran undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik lewat tiga cuitannya terhadap BTP di Twitter, musisi Ahmad Dhani Prasetya resmi divonis pidana penjara selama 1 tahun 6 bulan.

Tak puas dengan keputusan hakim yang menganggap cuitan-cuitannya meresahkan masyarakat, Dhani dan kuasa hukumnya bermaksud mengajukan banding pada Senin (28/1/2019).

BTP bukanlah satu-satunya orang yang diserang Dhani lewat Twitter. Sejak memutuskan terjun ke dunia politik, vokalis Dewa 19 itu beberapa kali melempar pernyataan kontroversial di depan publik atau di media sosial.

Sebagai pendukung Prabowo Subianto, Dhani cukup sering mengeluarkan kritik pedas terhadap pemerintahan Joko Widodo. Dhani tidak pula tanggung-tanggung mendukung Prabowo dalam kampanyenya.

Pada Pilpres 2014 silam, memanfaatkan talentanya sebagai penulis lirik, lelaki 46 tahun itu mencomot lagu "We Will Rock You" milik Queen untuk diubah menjadi Indonesia Bangkit. Lagu yang kemudian diunggahnya di Youtube sebagai lagu kampanye Gerindra.

Dukungan selebritas terhadap politikus bukanlah sesuatu yang jarang terjadi. Demi meraih lebih banyak simpati, politikus memanfaatkan ketenaran selebritas dengan meminta mereka menjadi juru kampanye.

Ahmad Dhani hanya salah satu contoh selebritas tersebut. Pada Oktober lalu, Taylor Swift melakukan hal serupa di Instagramnya. Dukungannya terhadap Marsha Blackburn yang saat itu tengah bertarung memperebutkan kursi senator Tennessee menuai beragam reaksi.

Tak sedikit yang mendukung langkahnya, namun tak sedikit pula yang menganggap Swift sedang melakukan bunuh diri terhadap karier musiknya.

Setelah Swift menyatakan dukungannya terhadap Blackburn, Guardian mewartakan ada sebanyak 169.000 orang yang mendaftarkan diri mereka sebagai pemilih.

Dibandingkan dengan bulan Agustus, pemilih baru di negara bagian itu semula hanya mencapai angka 56.669. Swift dinilai mampu mempengaruhi pandangan politik para penggemarnya, namun tak semua orang sepakat penyanyi 29 tahun itu bakal mendulang kesuksesan yang sama di negara bagian lain.

“Dia berasal dari Tennessee. Ini semacam rumah bagi sang pahlawan sekaligus basis liberal. Di luar Nashville, belum tentu dia punya pengaruh sekuat ini,” kata Kip Wood, seorang pekerja lokal.

Kolumnis Washington Post Eugene Scott sepakat bahwa selebritas memang memiliki pengaruh kuat tak hanya dalam seni, namun juga masyarakat secara keseluruhan. Menurut Scott, orang-orang bisa menoleransi selebritas mengeluarkan pendapat tentang politik karena mereka mampu melihat sisi lainnya.

Di balik citra gemerlap selebritas, dia, seperti masyarakat umum, juga menjalani peran ganda sebagai orang tua, pekerja, aktivis, atau warga negara. Sorotanlah yang membuat sebagian orang merasa terganggu ketika selebritas mengungkapkan pandangan politiknya.

Kendati berpengaruh, nama besar selebritas tak selalu berhasil membawa kemenangan bagi kandidat yang mereka dukung.

Jay Z dan Beyonce adalah contoh nyata kegagalan itu. Kendati dianggap mewakili warga kulit hitam, pasangan selebritas ini tak mampu mendongkrak dukungan terhadap Hillary Clinton pada pemilu Amerika Serikat 2016 lalu.

Hal ini tak terjadi saat Oprah Winfrey mengatakan dukungannya pada Barrack Obama dalam pemilu 2008. Pada pemilu 2016, Ohio menjadi salah satu negara bagian di mana jumlah pemilih kulit hitam menurun. David D. Jackson dalam wawancaranya dengan The Atlantic mengatakan penurunan ini membuktikan bahwa menggunakan selebritas tak selalu akan membawa hasil positif bagi kandidat.

“Ada banyak orang terkenal, namun tak semua orang punya perasaan positif terhadap mereka. Selain itu, orang-orang juga cenderung mempertanyakan kredibilitas selebritas saat mengomentari isu tertentu. Apa dia benar-benar paham yang dia bicarakan? Jika seorang selebritas mengatakan setuju terhadap pernyataan Trump tanpa menjadi juru kampanyenya, ini bisa saja mempengaruhi pandangan orang,” kata Profesor Ilmu Politik di Bowling Green State University ini.

Baca juga artikel terkait KASUS AHMAD DHANI atau tulisan lainnya dari Artika Sari

tirto.id - Politik
Penulis: Artika Sari
Editor: Yulaika Ramadhani