tirto.id - Saat menyusui bayi, tak jarang perempuan akan mengalami nyeri atau sakit di bagian putung payudara, terutama pada awal bayu baru lahir.
Lecet pada puting payudara di awal menyusui kerap terjadi karena posisi menyusui atau pelekatan yang kurang tepat.
Padahal seperti kita ketahui bahwa ASI (air susu ibu) adalah sumber makanan utama bagi bayi. Sebab, kandungan dalam ASI mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi.
Pemberian ASI dianjurkan dari bayi baru lahir hingga usia 2 tahun. Khusus untuk bayi berusia 0 – 6 bulan bayi perlu diberikan ASI ekslusif.
Setelah usia 6 bulan bayi masih perlu diberikan ASI karena pada usia tersebut, bayi masih memerlukan ASI agar tumbuh dan berkembang secara maksimal.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), pada usia 6 hingga 8 bulan ASI memenuhi 65 persen kebuthan energi bayi. Kemudian, pada usia 9 sampai 12 bulan sekitar 50 persen kebutuhan bayi dipenuhi oleh ASI. Selanjutnya, pada usia bayi 1 hingga 2 tahun kebutuhan bayi terhadap ASI sekitar 20 persen.
ASI tidak diragukan lagi adalah elemen penting untuk tumbuh kembang bayi. Namun, dalam memberikan ASI atau menyusui, tak jarang ibu mengalami keadaan yang tidak nyaman dan sakit saat menyusui karena disebabkan puting yang lecet.
Rasa nyeri atau sakit pada puting saat menyusui adalah hal yang normal terutama bagi ibu yang pertama kali menyusui, biasanya rasa sakit itu akan menghilang seiring berjalannya waktu.
Tetapi, pada sejumlah kasus, puting payudara yang lecet berkembang semakin buruk dan berujung infeksi. Inilah kemudian menyebabkan produksi ASI rendah sehingga ASI sulit untuk keluar. Apabila sudah begini, biasanya ibu akan melakukan penyapihan dini, yang tentu sangat disayangkan.
Sebenarnya masalah ini dapat disiasati dengan mengetahui cara menyusui dengan tepat. Berikut delapan cara menyusui yang benar agar tidak lecet dan sakit pada puting payudara, seperti dikutip dari laman Very Well Family.
Tips menyusui yang benar agar puting tidak sakit dan lecet
1. Pastikan bayi menyusu dengan baik
Pastikan bayi menyusu atau menempel pada payudara dengan benar, yaitu dengan memastikan seluruh puting dan bagian aerola berada dalam mulut bayi.
Jika bayi hanya menempel pada puting, maka gusinya akan menekan saat bayi mencoba menyedot ASI, ini bisa menyebabkan nyeri pada puting.
Selain itu, jika bayi tidak menyusu dengan baik dan menekan saluran susu di bawah areola, maka dapat dapat menyebabkan bayi selalu lapar dan rewel karena tidak mendapat banyak ASI.
2. Menyusu dengan posisi yang baik
Posisi menyusui yang baik akan nyaman bagi ibu dan bayi, dan ini akan mendorong penempelan yang tepat.
Pegangan menyilang bekerja dengan baik saat ibu pertama kali memulai karena posisi ini memberikan pandangan yang lebih baik terhadap puting dan mulut bayi.
Posisi menyusui yang baik akan lebih mudah dilakukan saat mengangkat bayi karena tidak perlu membungkuk. Membungkuk tidak nyaman, dan dapat membuat punggung, lengan, dan leher tegang.
Ibu juga dapat mengganti posisi menyusui, saat menyusui dengan posisi yang sama sepanjang waktu, mulut bayi akan selalu menekan titik yang sama pada puting dan meningkatkan risiko lecet.
3. Melembutkan payudara
Pembengkakan payudara umum terjadi selama tahap transisi produksi payudara yang kemungkinan besar akan dialami dalam beberapa minggu pertama menyusui. Selain itu, payudara juga bisa membesar jika Ibu melewatkan waktu menyusui atau jika memiliki persediaan ASI yang melimpah.
Saat payudara membesar dan keras, bayi yang baru lahir akan sulit untuk menyusu. Guna memudahkan bayi, ibu dapat mengeluarkan sedikit ASI setiap sebelum menyusui agar payudara tidak terlalu kencang.
Saat payudara lebih lembut, akan lebih mudah bagi bayi untuk menyusu dengan baik. Seperti yang disebutkan sebelumnya, pelekatan atau penempelan yang baik membantu mencegah puting lecet.
4. Susui bayi setidaknya setiap dua hingga tiga Jam
Bayi yang baru lahir memiliki perut yang kecil, dan mereka mencerna ASI dengan cepat dan mudah. Jadi, tidak mengherankan jika mereka perlu sering makan.
Semakin lama menyusui bayi, maka bayi akan semakin lapar. Ketika bayi sangat lapar, bayi akan mengisap dengan lebih agresif.
Jika menunggu terlalu lama di antara menyusui, payudara bisa membesar sehingga bayi lebih sulit untuk menyusu dengan baik. Kombinasi pelekatan yang buruk dan hisapan yang agresif dapat dengan cepat menyebabkan puting lecet.
Ibu dapat mengurangi kemungkinan pembengkakan dan hisapan yang terlalu kuat, dengan menyusui bayi setidaknya setiap dua hingga tiga jam, dan sebelum bayi menjadi terlalu lapar.
5. Jaga kesehatan kulit payudara dan puting
Ibu dapat membantu menjaga kesehatan kulit dan mencegah puting lecet dengan melakukan beberapa hal.
Saat mencuci payudara, bilas dengan air hangat dan hindari penggunaan sabun keras yang dapat mengeringkan, mengiritasi, dan membuat kulit payudara dan puting pecah-pecah.
Selain itu, tidak perlu menggunakan krim, salep, atau lotion untuk mencegah masalah puting sebelum terjadi. Banyak produk over-the-counter tidak membantu. Faktanya, mereka bisa membuat puting yang sakit semakin parah.
Namun, jika memiliki puting yang kering dan pecah-pecah, atau jika tinggal di iklim yang kering, ibu bisa mendapatkan manfaat dari pelembab puting.
6. Ganti bantalan payudara secara berkala
Bantalan payudara banyak digunakan oleh ibu menyusui untuk menahan kebocoran ASI. Namun, tetap usahakan agar payudara, bra, dan bantalan payudara tetap bersih dan kering. Kenakan bra menyusui yang bersih setiap hari, dan ganti secara berkala setiap kali basah atau kotor.
Jika memakai bantalan payudara, usahakan untuk tidak menggunakan produk yang memiliki lapisan plastik atau kedap air karena dapat menahan kelembapan.
Sebagai gantinya, pilih bantalan payudara yang dapat dicuci dan digunakan kembali yang terbuat dari bahan alami, atau bantalan menyusui sekali pakai yang bernapas, menyerap, dan nyaman. Pastikan untuk sering menggantinya.
Jika Anda membiarkan bantalan payudara basah di kulit untuk waktu yang lama, bantalan tersebut dapat menyediakan lingkungan yang sempurna bagi mikroorganisme untuk tumbuh.
Pertumbuhan bakteri atau jamur dapat menyebabkan kulit rusak dan menyebabkan puting lecet, sariawan, atau infeksi payudara.
7. Berhati-hatilah saat melepaskan bayi dari payudara
Ketika anak melekat dengan baik dan menyusu, ia menciptakan "segel" yang kuat antara mulut dan payudara. Di akhir sesi menyusui, bayi mungkin melepaskan isapan dari payudara dengan sendirinya, atau mungkin tetap menempel bahkan saat tertidur.
Jika bayi tidak melepaskan sendiri setelah menyusu, jangan menarik mulut bayi dari payudara. Menarik mulut bayi dari payudara setelah menyusu dapat menyebabkan nyeri dan lecet pada payudara dan puting. Apalagi jika dilakukan berulang-ulang.
Guna mencegah puting lecet, luangkan waktu untuk mempelajari teknik yang tepat untuk mengeluarkan melepaskan putting dari bayi.
Misalnya dengan meletakkan jari dengan lembut di sisi mulut bayi, dapat dengan aman menghentikan hisapan. Kemudian, setelah bayi membuka mulutnya, ibu dapat mengaitkan jari di sekitar puting susu untuk melindunginya agar tidak dikunyah saat melepaskan payudara dari mulut bayi.
8. Berhati-hatilah saat menggunakan pompa payudara
Flensa pompa (pelindung pompa) tersedia dalam berbagai ukuran, periksa untuk melihat apakah produsen pompa membuat ukuran alternatif atau cari produk yang sesuai dengan ukuran ibu.
Masalah pompa umum lainnya adalah menyetel hisapan pompa terlalu tinggi. Banyak ibu percaya bahwa memompa dengan kecepatan yang lebih cepat dan tingkat isapan yang lebih tinggi akan menghasilkan lebih banyak ASI dengan lebih cepat.
Tapi, itu lebih cenderung menyebabkan lebih banyak rasa sakit dan mungkin lebih sedikit ASI. Jadi, untuk mencegah nyeri puting dan kerusakan payudara akibat pompa payudara, gunakan flensa pompa yang terpasang dengan benar dan mulai dengan tingkat hisap yang lebih rendah dan lebih lambat.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik
Berikut sejumlah tanda yang dapat dilihat saat bayi berada dalam posisi menyusu dengan benar menurut Kemenkes RI.
- Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada Ibu.
- Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.
- Areola tidak terlihat dengan jelas.
- Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan ASInya.
- Bayi terlihat tenang dan senang.
- Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada puting susu.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Nur Hidayah Perwitasari