tirto.id - Teror ISIS semakin mencekam di ibukota Irak, Baghdad, setelah dua anggotanya meledakkan diri mereka dan menewaskan 70 orang di daerah Syiah di Baghdad pada hari Minggu, (29/2/2016).
Seperti dikutip oleh kantor berita Antara dari Reuters, beberapa sumber polisi mengatakan bahwa kedua pelaku bom bunuh diri tersebut mengendarai sepeda motor dan meledakkan diri mereka di sebuah pasar telepon genggam yang ramai di kota Sadr, melukai lebih dari 100 orang selain korban yang meninggal dunia.
Seorang saksi mata mengatakan bahwa ia melihat genangan darah di tanah, dengan sandal, sepatu dan telepon genggam di tempat ledakan itu terjadi. Lokasi tersebut telah ditutup untuk mencegah serangan lanjutan.
Dalam sebuah pernyataan yang beredar di dunia maya, ISIS mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab terhadap ledakan tersebut. “Pedang kami tidak akan berhenti memotong kepala orang musyrik, di mana pun mereka berada,” kata pernyataan yang menggunakan istilah menghina bagi umat Muslim Syiah.
Pasukan Irak, yang disokong oleh serangan udara dari koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, telah berhasil mendesak ISIS kembali ke bagian barat provinsi Anbar beberapa hari yang lalu dan sedang mempersiapkan sebuah serangan untuk mengambil kembali bagian utara kota Mosul.
Namun demikian, kelompok-kelompok militan masih mampu menyerang tempat di luar daerah kekuasaan mereka, sering menyasar mayoritas pemeluk Syiah di Irak. Serangan terakhir terjadi pada hari Kamis Minggu lalu ketika dua pelaku bom bunuh diri ISIS membunuh 15 orang di sebuah Masjid di Baghdad.
Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengatakan bahwa serangan-serangan tersebut merupakan respons ISIS terhadap kekalahan mereka. “Kelompok ini menyasar penduduk sipil setelah mereka kalah dan melarikan diri dari pertempuran dihadapan pejuang-pejuang kita,” katanya di halaman resmi Facebook miliknya.