Menuju konten utama

5 Tantangan dalam Mengasuh Anak Usia Toddler

Setidaknya ada 5 tantangan bagi orang tua yang sedang mengasuh anak berusia toddler, mulai dari tantrum, picky eaters, hingga kebiasaan meniru.

5 Tantangan dalam Mengasuh Anak Usia Toddler
Ilustrasi anak perempuan bahagia. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Anak disebut berusia toddler atau balita saat telah memasuki usia antara 18 bulan hingga 4 tahun. Di usia ini anak-anak menjadi sangat aktif dan energik.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), anak berusia toddler mulai mempelajari sejumlah keterampilan motorik mulai dari berjalan, melompat, berlari, serta menjaga keseimbangan.

Selain itu, anak-anak usia toddler juga mulai memahami keterampilan seperti menunggu giliran, memilih sesuatu yang disukai atau tidak disukai, dan belajar kosa kata baru.

Tentu ditengah-tengah proses perkembangannya, anak-anak usia toddler bisa jadi melakukan beragam hal tidak terduga yang bisa membuat orang tua kewalahan.

Bisa jadi anak mengalami tantrum hingga pilih-pilih makanan. Kendati demikian, itu adalah hal yang normal terjadi pada anak-anak usia toddler.

Ini justru menjadi tantangan bagi orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak-anak. Pendidikan yang baik tentu dapat membentuk pribadi anak yang baik pula.

Berikut ini beberapa tantangan bagi orang tua yang sedang mengasuh anak berusia toddler:

1. Tantrum

Tantrum adalah tantangan utama para orang tua dengan anak usia balita atau toddler. Tantrum normal dialami anak-anak usia 1 hingga 4 tahun dan sering kali membuat orang tua kewalahan.

Melansir Child Mind Institute, tantrum terjadi karena anak-anak memiliki emosi yang besar namun mereka tidak tahu cara menanganinya. Anak-anak biasa mengalami tantrum saat marah, bingung, atau frustasi.

Ini umum terjadi karena toddler masih memiliki kosa kata yang terbatas untuk mengutarakan maksudnya. Oleh karena itu, orang tua sangat ditantang untuk bisa menguasai kondisi anak.

Orang tua perlu memahami apa penyebab anak tantrum dan mencoba berkomunikasi dengan anak dengan bahasa yang mereka pahami. Selain itu orang tua juga bisa membangun kebiasaan disiplin, seperti memuji anak ketika mereka berkompromi.

2. Peniru ulung

Anak-anak usia toddler adalah peniru terbaik yang pernah ada. Menurut Departemen Pendidikan Michigan, anak-anak usia toddler cenderung menyerap semua informasi yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya terlepas itu baik atau buruk.

Maka tidak heran jika kebiasaan anak-anak bisa terbangun dengan mudah sejak usia ini. Kondisi ini tentu merupakan tantangan bagi orang tua untuk menjauhkan hal-hal buruk dari anak-anak.

Orang tua dituntut untuk selalu menampilkan kebiasaan baik kepada anak-anak agar anak berkembang sebagai pribadi yang baik pula. Sebaliknya, kebiasaan buruk orang tua juga bisa berpengaruh negatif pada perilaku anak-anak.

3. Pilih-pilih makanan (picky eater)

Anak-anak usia toddler sudah mengenal soal rasa dan dapat memilih makanan yang disukai maupun tidak disukai. Namun, terkadang tidak sedikit kasus anak-anak usia toddler yang pilih-pilih makanan atau picky eater.

Meskipun normal dialami oleh anak seusianya, namun anak-anak picky eater sering kali membuat orang tua frustasi. Kabar baiknya, picky eater sendiri merupakan kondisi yang bisa diatasi dengan beberapa upaya.

Masih menurut Child Mind Institute, cara terbaik untuk mengatasi picky eater adalah dengan tidak memaksa anak memakan makanan tertentu. Orang tua dapat menghormati preferensi anak sembari mendukung mereka mencoba jenis makanan baru.

Mereka mungkin juga akan mengalami perubahan preferensi seiring mereka tumbuh dewasa, misalnya jika dulu mereka tidak suka keju maka bisa dicoba lagi di lain waktu.

Jika ragu dengan asupan gizi anak dengan picky eater, orang tua sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.

4. Aktif bergerak

Sudah menjadi kesan umum jika anak-anak usia toddler memiliki energi dan semangat yang luar biasa. Mereka yang sudah mulai fasih berjalan, kemungkinan akan berlarian, bermain, dan melompat di berbagai kesempatan.

Ini merupakan hal yang normal pada anak seusianya. Menurut dokter sekaligus direktur Barnard College Center for Toddler Development, Tovah Klein, berlarian adalah cara toddler mengeksplorasi kemandiriannya.

"Mulai sekitar 18 bulan, toddler tiba-tiba menyadari, 'Saya adalah diri saya sendiri,'" katanya seperti yang dikutip dari Parents.

Oleh karena itu, pada usia ini orang tua benar-benar ditantang untuk melakukan pengawasan ekstra. Orang tua boleh mengizinkan anak berlarian di tempat yang memang aman, misalnya di lapangan atau taman bermain.

Namun, orang tua juga dituntut untuk bisa mengajarkan anak mengendalikan diri. Sebagai contoh dengan menunjukkan bahwa anak tidak boleh berlarian saat acara pernikahan jalanan, atau restoran karena itu berbahaya.

5. Ingin menyentuh semua hal

Usia toddler adalah usia di mana anak-anak memiliki keingintahuan besar. Mereka mungkin penasaran ingin menyentuh atau mencoba banyak hal terlepas apakah itu aman atau berbahaya untuk mereka.

Melansir Healthline, anak-anak senang mencoba hal-hal baru karena sudah menyadari tugas motoriknya. Lagi-lagi ini merupakan hal yang normal dan terjadi pada sebagian besar anak-anak usia balita.

Kendati demikian, memang diperlukan pengawasan dari orang tua terkait hal ini. Pastikan anak-anak tidak mencoba menyentuh sesuatu yang berbahaya untuk mereka, seperti api, serangga beracun, atau benda berbahaya lainnya.

Selain itu, orang tua dapat membangun kebiasaan anak untuk bertanya terlebih dahulu sebelum menyentuh atau mencoba sesuatu.

Baca juga artikel terkait PARENTING atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yantina Debora