tirto.id - Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, Danny Suhadi melalui drh. Melki mengatakan, sebanyak 4.888 ekor babi di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur mati akibat terserang virus African Swine Fever (ASF).
drh. Melki menyebutkan, jumlah babi mati itu saat kegiatan Bakohumas diselengarakan Biro Humas dan Protokol Setda NTT terkait penanganan virus ASF yang berlangsung di Kupang, Jumat (13/3/2020), sebagaimana dilansir Antara.
Dikatakan, virus ASF yang telah menyerang ribuan ekor babi di Pulau Timor itu masuk ke NTT melalui wilayah Timor Leste yang sebelumnya terpapar virus ASF tahun lalu.
Ke-4.888 ekor babi yang mati itu meliputi di Kota Kupang 221 ekor, Kabupaten Kupang 1.758 ekor, Timor Tengah Selatan 825 ekor, Timor Tengah Utara 912 ekor, Belu 753 ekor, Malaka 49 ekor dan UPT Pembibitan Ternak Tarus 370 ekor.
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah bahwa babi yang mati di Pulau Timor positif mengidap virus ASF, ujar drh Melki didampingi Karo Humas dan Protokol Setda NTT, Marius Ardu Jelamu,
Pemprov NTT sudah mengisolasi wilayah Pulau Timor dari masuknya babi-babi dari luar daerah. Dalam mencegah meluasnya serangan virus ASF, pemerintah NTT telah menutup Pulau Timor dari masuknya babi dari luar daerah maupun keluar dari Pulau Timor.
Upaya dilakukan pemerintah NTT ini untuk mencegah semakin meluasnya serangan ASF di NTT, kata drh. Melki. Wilayah pulau Flores, Sumba, Sabu, Rote dan Alor masih bebas dari serangan virus ASF.
Upaya mengisolasi Pulau Timor dari masuk dan keluarnya ternal babi untuk menyelamatkan 1,7 juta ekor babi di seluruh NTT.
Dia berharap warga di Pulau Timor untuk tidak membuang babi yang mati pada sembarangan tempat sehingga tidak memudahkan virus ASF menular ke babi yang masih dalam kondisi sehat.
Babi yang mati harus segera dikubur, jangan dibuang sembarangan karena bisa menularkan virus ASF ke babi yang lainnya, kata drh Melki.
Editor: Agung DH