Menuju konten utama

37 Ribu Warga Nduga Papua Harus Mengungsi Akibat Konflik Bersenjata

Operasi aparat gabungan TNI-Polri menyebabkan 37 ribu orang di Kabupaten Nduga, Papua mengungsi. 

37 Ribu Warga Nduga Papua Harus Mengungsi Akibat Konflik Bersenjata
Puluhan massa dari #SaveNduga menggelar aksi lilin "Biarkan Dorang Natal dengan Damai" di Taman Aspirasi, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (26/12/18). tirto.id/Bhagavad Sambadha

tirto.id - Aparat gabungan TNI dan Polri masih terus memburu pasukan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) pimpinan Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga, Papua. Konflik bersenjata ini tak pelak berdampak pada warga setempat, total sekitar 37 ribu orang menjadi pengungsi akibat hal ini.

Data ini diperoleh dari perhitungan Tim Kemanusiaan bentukan Pemerintah Kabupaten Nduga yang terdiri atas LSM hak asasi manusia dan gereja.

"Warga Nduga itu seperti yang tadi disampaikan, mereka itu mengungsi ke beberapa kabupaten," kata Koordinator Gereja Kingmi di Tanah Papua Kabupaten Jaya Wijaya sekaligus penanggung jawab tim, Pdt Esmon Walilo di kawasan Cikini, Jakarta Pusat pada Rabu (13/8/2019).

Lebih rinci, pengungsi tersebut tersebar di sejumlah distrik. Antara lain, Distrik Mapenduma sebanyak 4.276 orang, Distrik Mugi sebanyak 4.369 orang, distrik Jigi sebanyak 5.056, Distrik Yal sebanyak 5.021 orang, dan Distrik Mbulmu Yalma sebanyak 3.775 orang.

Selain itu, pengungsi juga tersebar di Distrik Kagayem sebanyak 4.238 orang, Distrik Nirkuri sebanyak 2.982 orang, Distrik Inikgal sebanyak 4.001 orang, Distrik Mbua sebanyak 2.021 orang, dan Distrik Dal sebanyak 1.704 orang.

Sayangnya, besarnya jumlah pengungsi tidak diimbangi dengan fasilitas. Berdasarkan laporan tim, para pengungsi banyak yang tinggal di dalam honai. Satu honai pun bisa berisi 30-50 orang, bahkan ratusan orang.

Hal ini pun berdampak pada kondisi kesehatan pengungsi. Menurut catatan Dinas Kesehatan, hingga Februari 2019 saja, sudah ada 53 orang meninggal dunia di pengungsian, data ini yang kemudian dipakai oleh Kementerian Sosial pada akhir Juli lalu.

Pengungsi pun banyak yang mengidap infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) akibat menghirup asap hasil pembakaran kayu bakar di dalan honai. Warga juga banyak yang mengidap anemia lantaran makanan yang kurang bergizi.

Hal ini juga berimplikasi pada nasib pendidikan anak-anak pengungsi. Total ada 637 siswa SD-SMA yang terganggu sekolahnya akibat operasi gabungan di kampungnya.

"Sejak operasi pengejaran dilakukan, terdapat sejumlah fasilitas publik seperti sekolah, rumah ibadah, puskesmas pembantu, telah rusak atau dibakar, termasuk rumah-rumah warga," tulis laporan tersebut.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Alexander Haryanto