tirto.id - Pemerintah memprediksi ada 3,6 juta orang akan kembali ke ibukota usai mudik di masa pandemi. Hal tersebut berdasarkan perhitungan internal pemerintah dari pelaksanaan mudik tahun 2021.
"Dari catatan kami, ada 22% yang akan balik pada hari Minggu H plus 2 itu kalau dikuantifikasi kira-kira 3,6 juta," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (10/5/2021).
Budi lantas mengajukan dua usulan dalam penanganan arus balik. Pertama, pemerintah mengajak masyarakat untuk menunda kepulangan. Kedua, pemerintah akan melakukan tracing intensif di lokasi-lokasi dengan konsentrasi masyarakat besar seperti Madiun, Ngawi, Surabaya, Solo, Jogja, Semarang, Cirebon dan Jakarta.
"Bahkan yang dari Sumatera di Bakaheuni dilakukan tracing secara intensif sehingga kami usulkan nanti pak Menko dan pak Menkes memberikan vaksin gratis untuk mereka yang melakukan perjalanan darat," kata Budi.
"Sedangkan perjalanan udara, kita akan usulkan dengan tracing dengan waktu yang lebih pendek, tapi besok baru akan kita lakukan pembahasan," lanjut Budi.
Di saat yang sama, Budi juga melaporkan pergerakan masyarakat dari tempat asal pada 22 April-5 Mei 2021 mencapai 20-30 persen, yang diperkirakan momen para pemudik untuk meninggalkan ibukota.
Berdasarkan evaluasi peniadaan mudik pada 6-9 Mei 2021 mencatat penurunan pergerakan. Pergerakan udara turun sampai 93 persen, laut dan kereta api turun sekitar 90 persen dan kendaraan darat lain mencapai 40 persen. Pemerintah mengklaim upaya penyekatan TNI-Polri efektif dalam program pelarangan mudik.
"Kemarin kami sempat melakukan kunjungan ke 3 tempat, ke Merak, Bakaheuni, ke Brebes, pemurunan begitu signifikan 90 persen penumpang pergerakannya. Tetapi, sektor logistik hanya turun kira2 3-5 persen," kata Budi.
"Artinya, rencana kita untuk meniadakan mudik pada penumpang dan memberikan seluas-luasnya kepada logistik itu terjadi dengan baik," kata Budi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti