tirto.id -
Terkait serangan hari ini, para saksi mata menggambarkannya sebagai adegan pembantaian. "Ada ledakan besar di aula gereja itu. Api dan asap memenuhi ruangan dan menyebabkan luka yang sangat parah," kata Vivian Fareeg, seperti dikutip Antara, Minggu (9/4/2017).
Presiden Abdel Fattah al-Sisi dan Perdana Menteri Sherif Ismail dijadwalkan mengunjungi lokasi kejadian pada hari ini, dan Sisi telah memerintahkan pertemuan darurat dewan nasional, lapor kantor berita pemerintahan.
Di tempat yang berbeda, Paus Fransiskus mengutuk ledakan mematikan di sebuah gereja di Mesir dan mengatakan pada Misa Minggu Palma bahwa dunia menderita akibat perang, terorisme dan "kepentingan bersenjata dan siap menyerang".
Paus, yang belum berkomentar langsung terhadap krisis Timur Tengah, mengatakan ketegangan internasional meningkat menyusul serangan rudal Amerika Serikat di pangkalan udara Suriah, yang disebut Pentagon terlibat dalam serangan senjata kimia yang menewaskan 87 orang.
Paus yang akan berkunjung ke Mesir pada 28 hingga 29 April mendatang, sedang merayakan Misa Minggu Palma bersama puluhan ribu umat Katolik, ketika Vatikan menerima kabar ledakan yang terjadi di gereja Koptik di Delta Nil itu.
"Saya berdoa untuk orang yang meninggal dan korban. Semoga Tuhan mengubah hati orang-orang yang menebar teror, kekerasan dan kematian dan bahkan hati mereka yang memproduksi dan mengirimkan senjata," katanya.
Serangan juga terjadi pada bulan yang sama dengan jadwal kunjungan Paus Fransiskus ke Mesir. Pengeboman juga terjadi di Kota Tanta, sebuah kota yang berjarak kurang dari 100 kilometer di luar Kairo. Seorang polisi tewas dan 15 lainnya terluka setelah bom meledak di dekat pusat latihan polisi.
Cabang ISIS di Mesir juga mulai meningkatkan serangan terhadap umat Kristen dan mengancam mereka dalam pesan-pesan yang disebarkan. Pada Februari, keluarga dan mahasiswa Kristen di Provinsi Sinai Utara Mesir berbondong-bondong melarikan diri setelah ISIS melakukan serentetan pembunuhan.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Yantina Debora