tirto.id - Hari Radang Sendi Sedunia atau arthritis diperingati setiap tanggal 12 Oktober, bertepatan dengan Sabtu besok, 12 Oktober 2019.
Hari Radang Sendi Sedunia pertama kali diperingati oleh Arthritis Rheumatism Internasional (ARI) pada 12 Oktober 1996, demikian berdasarkan studi yang diwartakan NCBI.
Kegiatan ini diperingati dengan tujuan mengajak masyarakat agar peduli dan mau memperhatikan secara serius orang dengan penyakit arthritis.
Kemudian dengan dilakukan peringatan Hari Radang Sendi Sedunia setiap tahunnya, dapat memengaruhi kebijakan pemerintah untuk ramah terhadap penderita arthritis radang sendi.
Serta memberikan semangat terhadap penderita radang sendi atau arthritis agar tetap dapat menjalankan hidup seperti orang lain pada umumnya dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ada 100 macam penyakit yang memengaruhi daerah sekitar sendi di antaranya Osteoarthritis (OA), Arthritis Gout (pirai), Arthritis Rheumatoid (AR), dan fibromialgia.
Osteoarthritis adalah jenis arthritis yang paling umum terjadi. Kondisi ini menyebabkan sendi-sendi terasa sakit dan kaku.
Kelebihan berat badan (obesitas) juga bisa menyebabkan osteoarthritis. Kaum perempuan biasanya lebih rentan terserang osteoarthritis ketimbang laki-laki.
Penyebab lain yang membuat orang terkena osteoarthritis karena trauma fisik, genetik, kurang nutrisi hingga hormonal, dan faktor usia.
"Pencegahan yang paling mudah, yakni dengan gaya hidup sehat, mengontrol berat badan, olahraga ringan yang dilakukan secara terus menerus, dan mencegah kegiatan yang banyak menggunakan kinerja sendi serta rutin melakukan pemeriksaan," kata Ahli Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (UB) Malang dr Bagus Putu Putra Suryana seperti dikutip Antara.
Sayangnya, banyak orang menganggap sepele penyakit sendi. Jangankan melakukan pencegahan, ketika mengalami gejala radang sendi, tak sedikit yang acuh. Kesadaran orang Indonesia termasuk yang rendah terhadap penanganan penyakit ini.
Berdasarkan riset yang dilakukan MARS untuk sebuah studi Indonesia Consumer Health Profile 2015, sebanyak 98 persen masyarakat Indonesia mengaku tidak membeli obat sendi dalam 3 bulan terakhir, hanya 2 persen yang mengaku membeli obat sendi.
“Terlihat dari data tersebut, penyakit sendi belum menjadi perhatian dari masyarakat,” jelas laporan riset MARS.
Days Of The Year menyebutkan, jutaan orang yang terkena arthritis di seluruh dunia membuat hidupnya jadi berubah karena penyakit nyeri sendi yang meradang.
Hari Radang Sendi Sedunia adalah hari untuk mengingat dan meningkatkan kesadaran akan kondisi ini.
Yayasan ARI yang mendeklarasikan peringatan Hari Radang Sendi Sedunia berharap apa yang dilakukan tiap tahun ini bisa membantu menurunkan beban para penderita arthritis di seluruh dunia.
Arthritis sendiri sebenarnya berasal dari kata Yunani arthro, yang berarti gabungan, dan itis, yang berarti peradangan.
Seperti namanya, ini adalah kondisi yang melibatkan peradangan sendi, tetapi tidak seperti konsepsi umum bahwa itu adalah penyakit yang dimiliki, hanya merupakan gejala dari penderitaan lain.
Gout, Osteoartritis, artritis reumatoid, serta Lupus hanyalah beberapa penyebab yang lebih umum dari kondisi yang menyakitkan dan seringkali melumpuhkan ini.
Sebuah penelitian menyebutkan, penyakit radang sendi telah hadir sejak 4.500 SM, dan telah terbukti menjadi salah satu hal yang menyengsarakan bagi masyarakat prasejarah.
Hal ini pertama kali diteliti dan diklasifikasikan dalam karya William Musgraves, De Arthritide symptomatica, yang ditulis pada tahun 1715.
Untuk kondisi seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis, tidak ada obatnya, walaupun seringkali ada perawatan yang bisa dilakukan.
Sementara sebagian kasus radang sendi lainnya bisa dilakukan dengan kontrol ke dokter, termasuk rutin berolahraga dan bekerja untuk mengurangi berat badan seseorang.
Terapi fisik sering dianggap efektif dalam membantu, tetapi kondisi tersebut sering menghambat pelaksanaan terapinya.
Dengan diperingatinya Hari Radang Sendi Sedunia, maka ini adalah waktu yang tepat bagi masyarakat untuk memberikan bantuan kepada orang-orang yang menderita kondisi ini.
Jika memiliki keluarga yang menderita penyakit ini, sebaiknya luangkan waktu sehari untuk mengunjungi dan membantu hal-hal yang menyulitkan kondisinya agar para penderita juga merasa bisa menjalankan hidup seperti orang umum lainnya.
Editor: Dipna Videlia Putsanra