tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan sebanyak 36,89 persen dari total kelas menengah atau sekitar 17,65 juta merupakan penduduk dengan kategori Gen Z yang lahir pada 1997-2012 dan Gen Alpha yang lahir pada 2013-2024.
“Kalau kita lihat usia dari penduduk kelas menengah sekitar satu dari tiga penduduk kelas menengah itu merupakan generasi Z dan generasi Alpha,” tutur Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers Menjaga Daya Beli Kelas Menengah Sebagai Fondasi Perekonomian Indonesia, di Jakarta, Jumat (30/8/2024).
Namun, Amalia menyebut, penduduk kelas menengah mayoritas merupakan Gen X sebesar 24,77 persen atau masyarakat lahir di tahun 1965-1980, generasi Milenial 24,60 persen kelahiran tahun 1981-1996.
Sedangkan untuk penduduk menuju kelas menengah mayoritas merupakan Gen Z sebesar 25,45 persen, Milenial 24,08 persen, Gen X sebesar 21,55 persen, Gen Alpha 16,58 persen, dan pre boomers 11,09 persen.
Masyarakat kelas menengah yang menempuh pendidikan hanya tidak tamat sekolah dasar (SD) mencapai 5,42 persen, SD sederajat 14,78 persen, SMP sederajat 17,55 persen, SMA sederajat 37,07 persen, dan perguruan tinggi 25,17 persen.
“Lebih dari separuh penduduk kelas menengah atau 62,24 persen berpendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi. Jumlah kelas menengah terus menurun dalam 10 tahun terakhir,” jelasnya.
Menurut Amalia, mayoritas kelas menengah merupakan pekerja formal. Adapun penduduk usia lebih dari 15 tahun yang berstatus bekerja pada kelompok kelas menengah paling banyak bekerja di lapangan usaha jasa.
“Ternyata mayoritas pekerja kelas menengah dan kelompok menuju kelas menengah pekerjaannya berstatus formal,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpun BPS, jumlah kelas menengah dan menuju kelas menengah mencakup 66,35 persen dari total penduduk Indonesia, dengan proporsi konsumsi pengeluaran mencapai 81,49 persen dari total konsumsi masyarakat.
Namun, porsi kelas menengah mulai mengalami penurunan sejak pandemi Covid-19, dari 57,33 juta (21,45 persen) pada 2019, menjadi 47,85 juta (17,13 persen) pada 2024. Sementara jumlah menuju kelas menengah meningkat dari 128,85 juta (48,20 persen) menjadi 137,50 juta (49,22 persen).
Amalia menilai, kelas menengah memiliki peran yang sangat penting untuk menjaga daya tahan suatu ekonomi.
“Di saat bantalan (kelas menengah) itu tebal, maka ekonomi suatu negara akan relatif tidak rentan terhadap gejolak ataupun shock yang datang baik dari eksternal maupun dari domestik,” ujarnya.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Irfan Teguh Pribadi