tirto.id - Epidemi Virus Zika pun menyebar ke berbagai titik lokasi di Singapura. Yang semula terkonsentrasi di kawasan Aljunied Crescent, tempat tinggal para pekerja konstruksi asing kini menyebar ke wilayah pemukiman terdekat mulai dari Sims Drive, Kallang Way dan Paya Lebar.
Pemerintah Singapura sadar bahwa masuknya Zika ke Singapura sangat mudah. Sebagai negara multikultur yang menjadi lalu lintas orang asing, Singapura memang rentan terhadap penyebaran Zika.
“Kami telah melacak Zika dan tahu itu hanya masalah waktu sebelum mencapai Singapura," Perdana Menteri Lee Hsien Loong diunggah di halaman Facebook-nya. "Pertahanan terbaik kami adalah memberantas dan menghancurkan habitat nyamuk untuk berkembang biak di seluruh Singapura."
Kemenkes Singapura memprediksikan jumlah korban akan terus bertambah. “Proporsi penduduk kita yang kebal terhadap virus Zika cenderung rendah. Dan jika kekebalan itu tidak ada, maka kemungkinan bahwa virus akan menyebar dengan cepat,” ucap Eng Eong Ooi, Wakil Direktur penanganan Virus di Duke-NUS Medical School, Singapura kepada CNN.
Virus Zika adalah infeksi nyamuk menular yang terkait dengan dengue, demam kuning dan virus West Nile. Virus ini menyebar dibawa oleh nyamuk, khususnya nyamuk Aedes aegypti yang juga sering jadi penyebab demam berdarah (DB).
Aedes aegypti ini yang membuat epidemi Zika begitu merebak di Singapura. Sebagai negara tropis bercuaca panas nyamuk Aedes begitu berkembang biak di sana. Pada tahun 2016, Depkes mencatat terjadi peningkatan cukup drastis dalam 10 tahun terakhir dengan 30.000 kasus. Angka ini melebih rekor di 2013 dengan 22.170 kasus. Berhubung tahun ini belum usai diprediksikan angka DBD akan terus bertambah.
Tingginya kasus Zika bisa disebabkan karena faktor ini. Badan Lingkungan Hidup Nasional (NEA) Singapura mencatat terjadi peningkatan populasi nyamuk Aedes sejak April. Kenaikan itu akan kembali terjadi di bulan Agustus – Oktober, faktor cuaca panas dan memasuki musim pancaroba jadi sebab.
Dengan populasi 5,7 juta dan mayoritas tinggal di daerah perkotaan yang padat, maka menghentikan penyebaran Zika adalah sebuah tantangan.
"Di Singapura, banyak orang tinggal di blok apartemen yang padat dikemas sehingga mudah untuk nomor tinggi orang untuk terinfeksi bahkan jika hanya ada beberapa nyamuk terbang di sekitar," jelas Ooi.
Berbeda dengan DB, virus Zika yang dibawa Aedes bisa menular. Jika nyamuk itu menggigit pengidap Zika, dan nyamuk itu kemudian mengiggit orang lain, maka orang itupun akan tertular Zika. Dengan pola ini, wajar jika Zika persebarannya meluas dengan cepat.
Tapi meski wabah ini merembet kemana-mana, masyarakat tak perlu panik berlebihan. Hanya satu dari lima orang terinfeksi kemudian menjadi sakit. Rawat inap dan kematian akibat virus ini jarang terjadi.
Zika sangat sulit dilacak karena infeksi akibat virus ini gejalanya tak kentara. Banyak orang tak sadar mereka terinfeksi, sehingga tak segera mencari pengobatan. Ketidaksadaran ini yang membuat nyamuk dengan leluasa menyebarkannya.
Laporan Harvard Medical School mencantumkan sekira 20 persen pasien Zika menunjukkan gejala umum: demam ringan, sakit badan, dan sakit kepala, mata merah, dan ruam pada tubuh. Pada sedikit kasus, ada keluhan sakit perut, mual, dan diare.
Untuk bisa mendeteksi terjangkit atau tidak, butuh alat canggih dan waktu lama. Padahal, gejala-gejala tadi ada yang baru muncul 12 hari setelah gigitan. Meski ada juga yang mengalami gejala berselang 2 hari setelah digigit. Karenanya, WHO sedang mengembangkan tes cepat agar bisa mendiagnosa infeksi Zika lebih dini.
Penanganan orang terinfeksi Zika, seperti pada infeksi virus lain, tak memerlukan pengobatan khusus. Banyak beristirahat dan minum cukup cairan sudah cukup menyembuhkan. Setelah bersemayam selama 12 hari, Zika pun akan pergi dengan sendirinya.
Inilah yang membuat hampir separuh orang terinfeksi Virus Zika di Singapura kini sudah dinyatakan sembuh dan pulang ke rumah. Meski sudah dinyatakan sembuh, dalam banyak kasus, virus Zika membawa komplikasi yang menjadi menjadi ancaman.
Wabah Zika secara tak langsung meningkatkan risiko pengidap sindrom Guillain-Barré, penyakit pada sel syaraf. Penderita akan kehilangan sensitivitas seperti kesemutan, kebas, rasa terbakar, atau nyeri, dengan pola persebaran yang tidak teratur. Imbasnya, penderita bisa lumpuh dan paru-parunya rusak. Di beberapa negara seperti Brazil dan Kepulauan Polinesia, Perancis, angka penderita sindrom Guillain-Barré meningkat pesat setelah wabah virus Zika menyerbu mereka.
John Ross, Asisten Profesor di Harvard Medicine School memprediksi epidemi virus Zika akan meningkatkan tingkat sindrom Guillain-Barré dari 1:100.000 orang per tahun menjadi 1: 5.000 orang per tahun. Bagi Singapura, peredaran Zika di negara mereka adalah ancaman.
Selain sindrom Guillain-Barré, Zika dibicarakan orang karena menyebabkan mikrosefali pada bayi. Mikrosefali adalah keadaan kepala bayi menyusut karena otak gagal tumbuh sempurna. Tercatat sejak wabah Zika menyebar 2014 lalu, hampir 4.000 bayi Brasil lahir dengan kondisi ini, melonjak 20 kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pada satu kasus, peneliti di Brasil menemukan Zika ada di dalam cairan ketuban ibu hamil yang anaknya meninggal 24 jam setelah lahir dengan mikrosefali.
Beberapa negara yang terjangkit wabah Zika mengumumkan keadaan darurat. Pemerintah El Salvador memberi menganjurkan warga perempuannya tidak hamil sampai 2018. Peringatan sama dilakukan pejabat kesehatan di Kolombia, Honduras, Ekuador, dan Jamaika.
Ibu-ibu hamil yang tinggal di Singapura akan ketar-ketir dengan kabar ini mengingat Kemenkes Singapura mengakui dua ibu hamil positif terinfeksi virus Zika. Saat ini, setidaknya ada lebih dari 28.000 perempuan Singapura yang hamil. Angka-angka ini tidak kecil. Jika Zika merebak di masyarakat, banyak dari mereka yang akan terinfeksi.
Associate Professor Arijit Biswas, kepala kebidanan dan ginekologi di Rumah Sakit National University, mengatakan jika virus benar merebak maka ada kemungkinan 1 sampai 10 persen wanita hamil di Singapura akan melahirkan bayi dengan cacat lahir, termasuk kerusakan otak.
Ya, si ibu memang bisa mengecek adakah tanda-tanda mikrosefali itu di janinnya. Jika iya maka si ibu disarankan menggugurkan kandungannya jika kehamilan itu masih berusia kurang dari 24 minggu - batas hukum untuk aborsi. Diprediksikan akan banyak orang mengambil pilihan ini. Akan jadi sebuah tragedi aborsi besar-besaran jika Zika tak segera dihentikan.
Sampai sekarang vaksin Zika belum berhasil ditemukan. Ini adalah ancaman bagi pasangan muda berencana untuk memiliki anak di Singapura. Ancaman Zika ini tidak hanya diperuntukan bagi mereka yang tinggal di Singapura. Bagi para ibu hamil yang hendak pergi ke Singapura pun harus hati-hati, kemarin Kementerian Kesehatan Malaysia menemukan seorang ibu hamil positif Zika, dan penularan itu terjadi setelah ibu tersebut pergi ke Singapura.
Seperti diketahui Singapura adalah rumah kedua bagi sebagian besar orang kelas menengah atas Indonesia. Tidak menutup kemungkinan Zika dari Singapura pada akhirnya akan menyebar parah juga di Indonesia. Zika kini telah mengetuk pintu Indonesia, tergantung kita, ingin menolaknya atau mempersilakannya masuk.
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti