Menuju konten utama

Yang Mengekang Yang Menyelamatkan

Bukan tanpa alasan para produsen mobil merancang sabuk pengaman pada setiap kendaraannya. Itu demi keselamatan para konsumen mereka. Tapi para konsumen seringkali nakal dan lalai menggunakan sabuk pengaman. Survei menunjukkan penggunaan sabuk pengamanan di Asia Pasifik masih sangat rendah.

Yang Mengekang Yang Menyelamatkan
Ilustrasi Sabuk Pengaman. [Foto/Shuttestock]

tirto.id - Tahun lalu, matematikawan dari Universitas Princeton, John Forbes Nash meninggal dalam kecelakaan maut bersama istrinya Alicia Nash. Nash yang kisah hidupnya menginspirasi film “A Beautiful Mind” itu terlempar keluar dari mobil saat taksi yang mereka tumpangi menabrak palang rel dan dinyatakan meninggal di tempat kejadian. Ia terlempar karena tidak mengenakan sabuk pengaman.

Sabuk pengaman memang hal penting yang sering diremehkan. Banyak pengemudi yang merasa tidak nyaman karena seperti terkekang di kursi sandaran. Kesadaran orang untuk mengenakan sabuk pengaman ini masih cukup rendah. Padahal, sudah banyak kasus kecelakaan akibat abai mengenakan sabuk pengaman.

Data dari WHO menyebutkan kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab terbesar kematian di dunia. Kecelakaan telah merenggut sekitar 1,3 juta jiwa pada 2014 dan melukai setidaknya 50 juta orang. Angka itu menempatkan kecelakaan lalu lintas pada posisi ke-9 penyebab kematian terbesar di dunia.

Kecelakaan yang terjadi di dunia lebih sering terjadi di negara berkembang dan negara dunia ketiga seperti di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Karibia dan Eropa Timur dibandingkan pada negara maju seperti Amerika Utara, Eropa Barat dan Jepang. WHO memprediksikan kondisi ini akan terus meningkat hingga 83 persen pada negara berkembang dan dan akan menurun sebesar 27 persen pada negara maju.

Global Status Report on Road Safety 2013 juga pernah menyebutkan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian anak muda dengan usia 15 tahun hingga 29 tahun. Inspektur Jenderal Pudji Hartanto saat menjabat sebagai Kepala Korps Lalu Lintas Polri juga pernah menyebutkan faktor kelalaian manusia menduduki posisi puncak pemicu terjadinya kecelakaan.

WHO baru-baru ini juga merilis The Global Report on Road Safety 2015 yang memaparkan angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi sepanjang tahun di 180 negara di dunia. India adalah negara dengan jumlah laporan kematian akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi di dunia, sebanyak 137.572 kasus. Di susul oleh Cina sebanyak 62.945 kasus. Indonesia sendiri berada pada urutan keenam dengan jumlah laporan sebanyak 26.416 kasus.

Untuk meminimalisir angka kematian saat terjadi kecelakaan, para produsen kendaraan sudah merancang dengan menggunakan sabuk pengaman dan airbag. Sabuk pengaman dirancang untuk menyelamatkan para pengendara mobil agar tetap di tempat saat terjadi benturan yang kemudian dibantu oleh airbag. Karena benturan yang sangat keras dapat mengakibatkan mereka yang berada di dalam mobil dapat terlempar keluar.

Selain itu, sabuk pengaman juga dirancang untuk mengurangi cedera dengan menahan si pemakai dari benturan dengan bagian-bagian dalam kendaraan itu. Di dalam mobil, sabuk pengaman juga berfungsi untuk mencegah penumpang yang duduk di kursi belakang membentur penumpang yang duduk di barisan depan saat terjadi kecelakaan atau berhenti mendadak. Namun sabuk pengaman masih sering diabaikan.

Berdasarkan survei Toyota Motor Asia Pacific (TMAP), penggunaan sabuk pengaman atau seat belt di kawasan Asia Pasifik dinilai masih sangat rendah. Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara, tingkat penggunaan sabuk pengaman rata-rata hanya sekitar 25 persen.

Jika ditelusuri berdasarkan negara, penggunaan sabuk pengaman di Indonesia dan Thailand masih berada di atas rata-rata itu yakni 30 persen. Angka ini masih lebih tinggi dari Malaysia yang hanya 22 persen atau Filipina yang hanya 20 persen.

Ironisnya, meski penggunaan sabuk pengaman di Indonesia lebih tinggi dari Malaysia, tetapi angka kematian akibat kecelakaan kedua negara sama. Terdapat 3,1 kematian dalam 10.000 kendaraan. Berbeda dengan Thailand yang lebih baik yakni 2,8 kematian per 10.000 kendaraan.

Di Jepang, hanya 0,6 kematian per 10.000 kendaraan. Begitu pula dengan negara maju lain seperti Jerman, Inggris dan Perancis yang angka kematian berada di bawah angka satu. Hanya Amerika Serikat yang menembus angka 1,3 kematian per 10.000 kendaraan.

Dalam Toyota Regional Safety Campaign Survey (2014) ditemukan lima alasan utama mengapa para pengendara enggan menggunakan sabuk pengaman saat berkendaraan. Pertama, karena ada airbag di mobil, membuat mereka merasa aman. Hakekatnya, airbag dan sabuk pengaman itu bekerja saling melengkapi saat terjadi benturan. Karena airbag yang mengembang juga dapat berakibat fatal saat pengendara tak menggunakan sabuk pengaman.

Alasan kedua yakni tingginya kepercayaan kepada kemampuan sang pengemudi sehingga enggan menggunakan sabuk pengaman. Ketiga, jarak tempuh yang dekat sehingga mengacuhkan sabuk pengaman. Keempat, ketidaknyamanan dalam menggunakan sabuk pengaman karena membatasi ruang gerak dalam mobil. Terakhir, khawatir akan pakaian yang menjadi kusut saat menggunakan sabuk pengaman.

Apapun alasannya, mereka yang tak mau mengenakan sabuk pengaman harus belajar dari kematian Nash. Takdir memang sudah ditentukan, tetapi tugas manusia berikhtiar dengan aman berkendara.

Baca juga artikel terkait KECELAKAAN LALU LINTAS atau tulisan lainnya dari Yantina Debora

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yantina Debora
Penulis: Yantina Debora
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti