tirto.id - Kehadiran ratusan Warga Negara Indonesia (WNI) asal Wuhan, Cina di Kepulauan Riau yang diterima masyarakat Natuna mendapat ucapan terima kasih dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Para WNI tersebut akan diobservasi kesehatannya di pangkalan militer TNI di Natuna.
"Saya berterima kasih kepada masyarakat Natuna yang sudah memberikan 'lampu hijau' karena ini saudara-saudara kita sendiri," kata Jokowi saat meninjau desa terdampak longsor di Sukajaya, Bogor, Jawa Barat, Senin (3/2/2020) seperti dilansir Antara.
Presiden menyebutkan, ratusan WNI yang diobservasi kesehatannya di Natuna dalam kondisi baik. Namun menurutnya, dalam protokol kesehatan diperlukan tahapan-tahapan sebelum dikembalikan ke keluarga.
"Diperlukan tahapan observasi sehingga betul-betul dinyatakan mereka clean, bersih, sehingga dapat kembali ke keluarga masing-masing. Itu protokol kesehatan yg harus diikuti," ujarnya.
Pemilihan Natuna di Kepulauan Riau sebagai tempat observasi WNI dari Wuhan, Cina, kata Jokowi, merupakan keputusan bersama setelah mengukur segala tingkat kesiapan.
"Saya kira kita memerlukan kebesaran hati seluruh masyarakat Indonesia. Apapun itu adalah saudara-saudara kita," tambahnya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Anung Sugihantono di Kementerian Kesehatan Jakarta, pada Senin (3/2/2020) mengatakan, WNI yang dipulangkan dari Provinsi Hubei Cina dan sedang menjalani obeservasi di Natuna.
Ia mengatakan, mereka melakukan pemeriksaan kesehatan sebanyak dua kali sehari sebagai bagian dari proses karantina kesehatan sesuai standar kesehatan dunia. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Ahad (2/2/2020) malam dan pagi hari ini seluruh WNI dinyatakan sehat.
"Sampai tadi malam jam 23.00 dilaporkan semua dalam keadaan baik. Hari ini sedang dilakukan proses pengukuran suhu setelah mereka melakukan olahraga dan sarapan," kata Anung.
Sebanyak 238 WNI yang dilakukan evakuasi dari Hubei Cina ditempatkan di hangar yang sudah disiapkan dengan modifikasi tertentu ditempatkan di 10 tenda, tujuh kamar secara terpisah, laki-laki dan perempuan dipisahkan.
Selain itu sebanyak 27 anggota tim penjemput lainnya di luar tenaga kesehatan yaitu lima anggota tim advance dari Kemlu RI dan 15 kru Batik Air ditempatkan terpisah tidak di dalam satu kompleks hanggar, namun tetap di dalam ring satu wilayah karantina yang aksesnya dibatasi dari lingkungan luar.
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Yulaika Ramadhani