tirto.id - Hasil riset terbaru yang dikerjakan oleh tim peneliti asal Inggris menunjukkan virus corona B117 memicu tingkat kematian lebih tinggi daripada varian yang dominan sebelumnya. Laporan studi yang memuat temuan itu diterbitkan the British Medical Journal (BMJ) pada Rabu, 10 Maret 2021.
Studi tersebut mengamati dampak infeksi Covid-19 pada 109.812 pasien di Inggris. Lantas, para peneliti menemukan ada 227 kasus kematian di antara 54.906 pasien Covid-19 yang terinfeksi virus B117.
Angka kematian tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan data pada kelompok pasien yang terinfeksi varian virus corona lainnya. Hanya ada 141 kematian di kelompok 54.906 pasien Covid-19 yang terinfeksi varian lain.
"Ditambah dengan kemampuannya menyebar cepat, membuat B117 menjadi ancaman yang harus ditanggapi serius," kata Robert Challen, peneliti Exeter University yang memimpin penelitian itu, dikutip dari Reuters.
Ahli Virologi dan Onkologi Molekuler University of Warwick, Profesor Lawrence Young menjelaskan laporan studi terbaru di BMJ memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang mengindikasikan virus B117 meningkatkan risiko kematian akibat Covid-19. Studi yang ia maksud adalah riset NERVTAG yang dipublikasikan pada awal 2021 lalu.
"Studi independen dari Exeter University merupakan analisis kasus-kontrol dari data pengujian komunitas yang terkait dengan data kematian, yang semuanya disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, etnis dan lokasi," kata Lawrence seperti dilansir Science Media Centre.
"Studi ini menegaskan bahwa infeksi varian B117 berkaitan dengan risiko kematian 64 persen lebih tinggi (rasio bahaya kematian) pada mereka yang positif COVID-19," dia menambahkan.
Menurut Lawrence, penyebab infeksi virus corona B117 memicu peningkatan rasio kematian pada pasien Covid-19 masih belum diketahui pasti. Namun, dia mengakui ada indikasi hal itu terkait tingkat replikasi virus yang lebih tinggi serta lonjakan angka penularan akibat varian B117.
"Varian virus Inggris (B117) memicu lonjakan infeksi baru-baru ini di seluruh Eropa dengan lebih dari 1 juta kasus baru dilaporkan minggu lalu, meningkat 9 persen dari minggu sebelumnya," ujar Lawrence.
Virus B117 atau VOC-202012/1 merupakan varian baru virus corona (SARS-CoV-2) yang pertama kali ditemukan di Inggris dan terlacak mulai muncul sejak 20 September 2020. Varian ini terbukti memiliki tingkat penularan tinggi.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan hingga 9 Maret 2021, sebaran varian corona B117 sudah ditemukan di 111 negara. Indonesia termasuk negara lokasi persebaran varian yang memiliki 23 mutasi di kode genetiknya itu.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa B117 mereplikasi dirinya sendiri dua kali lebih cepat dari strain yang muncul dari Wuhan. Beberapa petinggi lembaga kesehatan pun sudah memprediksi virus B117 akan mendominasi peredaran virus corona di banyak negara, termasuk AS, demikian mengutip BBC.
Editor: Iswara N Raditya