Menuju konten utama

Usia Ideal Anak untuk Berpuasa dan Tips Mengajarinya Menurut Dokter

Berapa usia ideal bagi anak-anak untuk menjalani puasa Ramadhan? 

Usia Ideal Anak untuk Berpuasa dan Tips Mengajarinya Menurut Dokter
Ilustrasi Anak Puasa. foto/istockphoto

tirto.id - Ramadhan adalah bulan suci bagi seluruh umat Islam, yang dirayakan dengan berpuasa selama satu bulan penuh.

Selama menjalani ibadah puasa, umat muslim yang telah memenuhi syarat harus menahan rasa lapar, haus, dan hawa nafsu dari terbit fajar hingga tenggelamnya.

Lalu, bagaimana dengan anak-anak yang ingin menjalani puasa?

Meski anak-anak belum wajib berpuasa, orangtua perlu memperkenalkan dan mengajarinya agar terbiasa menjalankan ibadah Ramadhan.

Dokter spesialis anak konsultan nutrisi metabolik Cut Nurul Hafifah mengatakan, anak bisa diajari puasa ketika berusia tujuh tahun.

"Pada usia ini dampak kesehatan yang tidak diinginkan akibat berpuasa semakin jarang ditemui," kata Cut dalam keterangan resmi, Kamis (15/4), seperti dilansir Antara.

Cut menjelaskan, puasa bisa mengubah kondisi tubuh anak. Setelah puasa enam jam, tubuh mulai memecah cadangan gula dalam tubuh (glikogen) untuk menjaga kadar gula dalam darah.

Bila puasa dilanjutkan hingga mencapai 16 jam, perlahan cadangan glikogen akan habis. Tubuh kemudian akan menggunakan lemak sebagai sumber energi.

Protein sebagai zat pembangun tubuh akan diusahakan untuk dijaga dan merupakan komponen terakhir yang akan dipakai bila puasa terus berlanjut.

Semakin kecil usia seorang anak, maka cadangan glikogen yang dimiliki semakin sedikit. Akibatnya bayi dan balita lebih berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu berkurangnya kadar gula darah dalam tubuh.

"Anak yang berusia di bawah usia 7 tahun merupakan kelompok yang lebih berisiko mengalami hipoglikemia apabila berpuasa," kata dokter yang praktik di RS Pondok Indah ini.

Selain itu, kelompok usia ini lebih rentan mengalami kekurangan cairan. Perubahan pola tidur akibat bangun sahur juga dapat berdampak pada kemampuan di sekolah.

Seiring berjalannya usia, dampak kesehatan yang tak diinginkan akibat puasa makin jarang ditemui. Ketika anak remaja, risiko hipoglikemia juga berkurang. Anak sudah mampu menahan lapar dan haus.

Puasa makanan padat

Sebagai langkah awal, coba ajari anak puasa dari makanan padat terlebih dahulu. Izinkan anak tetap minum air untuk menghindari kekurangan cairan, terutama bila cuaca panas.

Anda dapat memulai mengajak anak berpuasa selama 6 jam, misal berpuasa sejak bangun pagi hingga jam 12 siang.

Dengan pola seperti ini, anak belajar menahan lapar dari makanan yang sehari-hari dimakan.

Selanjutnya Anda dapat mulai mengajarinya untuk menahan haus. Umumnya anak masih dapat menoleransi tidak minum air selama 2-4 jam.

Cut mengingatkan orangtua untuk memberi makanan bergizi saat sahur dan berbuka karena anak masih tumbuh dan berkembang.

Saat sahur, berikan anak makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, protein, dan lemak. Hindari memberikan makanan yang mengandung gula sederhana, seperti makanan ringan yang manis.

Anda dapat memberikan susu yang merupakan sumber zat gizi yang lengkap untuk anak pada saat sahur dan berbuka.

Tips dan Cara Mengenalkan Puasa pada Anak

Mengenalkan dan mengajarkan anak untuk melakukan ibadah puasa, bisa dibilang gampang-gampang susah namun yang terpenting orangtua harus memberikan penjelasan yang mudah dipahami dan dimengerti oleh anak-anak.

Psikolog klinis anak dan remaja dari Klinik Terpadu Universitas Indonesia, Andini Sugeng mengatakan mengenalkan anak dengan berpuasa memiliki berbagai tahapan mulai dari siapa saja yang berpuasa, apa yang dilakukan saat puasa, kapan waktunya dan bagaimana cara melakukannya.

"Pertama, anak harus tahu dan pernah mendengar kata puasa itu sendiri. Dia juga akan nanya soal durasi, kalau baru awal dan supaya tidak membuat anak takut pada kata puasa dan menjadi berat, latihannya bertahap," ujar Andini kepada ANTARA, Rabu (14/4)/

Untuk mengajarkan anak yang baru pertama kali memulai puasa, orangtua bisa memberikan penjelasan melalui contoh yang konkrit atau dapat dilihat serta dirasakan anak, bukan berdasarkan telaah yang abstrak.

"Penjelasan yang konkrit itu yang anak-anak bisa rasakan, puasa itu secara manfaat baik untuk kesehatan karena perut butuh istirahat dan nanti ada waktunya makan. Pokoknya yang sifatnya fisik dan kelihatan," kata Andini.

"Kalau yang abstrak itu yang muatan-muatan agama yang butuh dianalisa, itu kan belum dimengerti anak, kayak dosa atau neraka. Nanti mereka akan nanya dosa itu apa, neraka apa. Itu kan mereka belum bisa melihat. Karena tahapan usia anak-anak itu, yang mereka tahunya yang mereka bisa melihat, mendengar, menyentuhnya secara langsung," imbuhnya.

Andini juga mengatakan anak-anak khususnya yang berusia 5-7 tahun sebaiknya tidak memaksa anak berpuasa tanpa memberikan penjelasan. Sedangkan untuk anak yang sudah memiliki syarat wajib berpuasa, orangtua juga harus memberikan penjelasan dan pemahaman yang tidak terkesan menggurui.

"Ada aturannya kapan orang Islam mulai wajib puasa. Tapi kalau usia 5 tahun atau baru masuk SD, orangtua memaksa puasa tanpa memberi penjelasan, itu enggak boleh, caranya jangan begitu harus diberi penjelasan," kata Andini.

Sebagian orangtua mungkin mengalami kesulitan berkomunikasi atau memberi pengetahuan tentang berpuasa. Andini menyarankan untuk membeli buku anak-anak bertema puasa atau meminta bantuan kepada orang terdekat untuk memberikan pengenalan terhadap puasa.

"Intinya si anak pernah mendengar dulu beberapa kata terkait puasa, itu sebenarnya bisa dicari tahu dari buku. Buku-buku untuk anak itu bahasanya sudah disesuaikan dengan yang dapat dipahami oleh anak," ujar Andini.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2021 atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Nur Hidayah Perwitasari